SALAM PAPUA (TIMIKA) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika mencatat dari Minggu pertama bulan Januari hingga minggu ke-4 bulan April atau minggu ke-16 tahun 2023, total kasus malaria di Mimika mencapai angka 31.381 kasus.

Hal ini terungkap dalam konferensi pers yang digelar Dinkes Kabupaten Mimika yang berlangsung di Hotel Horison Diana Timika, Sabtu (27/5/2023).

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Mimika, Reynold Rizal Ubra mengatakan bahwa kasus Malaria di Kabupaten Mimika mengalami peningkatan dan banyak pasien yang mengeluhkan stock ketersediaan obat yang semakin menipis.

“Memang meningkat dan yang paling tinggi itu di Wania. Bagaimana tidak tinggi, lingkungan Pasar yang kurang sehat, nyamuk ini kan berkembang? Kalau kita bersihkan di dalam rumah, terus yang di halaman masih banyak air tergenang sama saja, nyamuknya juga berkembang,” ungkapnya.

Reynold juga mengungkapkan, ada isu dan keluhan masyarakat bahwa ketersediaan obat malaria di Mimika kosong, padahal yang sebenarnya obat malaria di Puskesmas aman dan masih mencukupi, sedangkan yang menjadi keluhan masyarakat tersebut sebenarnya adalah kekosongan obat Malaria di Fasilitas Kesehatan (Faskes) Swasta atau Klinik-Klinik Swasta.

Menurut dia, setiap Faskes Swasta mempunyai kewenangan sendiri dalam menyetok obat malaria, dan memiliki dosis yang berbeda dengan obat yang disediakan oleh Pemerintah.

“Jadi kalau yang memakai BPJS itu langsung ada Faskesnya di mana, milik Pemerintah atau Swasta? Kalau yang BPJS dibayarkan oleh Pemerintah, jelas Faskesnya di Puskesmas, kalau bayar mandiri yang biasanya Faskesnya Swasta,” jelasnya.

Apabila obat di Faskes Swasta kosong, maka masyarakat dapat mengambilnya di Puskesmas terdekat, hanya saja harus jelas resep dan memiliki hasil pemeriksaan.

“Jadi saya harap masyarakat tidak khawatir terkait persediaan obat, tetapi tolong masyarakat jangan menilai karena obat mencukupi jadi tidak mempedulikan kebersihan lingkungan. Malaria ini kuncinya hanya satu, lingkungan yang bersih,” tegasnya.

Di sisi lain, Reynold mengungkapkan, untuk kasus HIV/AIDS di Mimika, dari bulan Januari sampai Mei tercatat 160 Kasus, dengan rincian jenis kelamin laki-laki 78 kasus, perempuan 82 kasus, dan ibu hamil dengan 17 kasus. Dari kelompok usia yang mendominasi di umur 35 Tahun.

“Kalau kita lihat ibu hamil 10 persen lebih kasusnya dan cukup tinggi. HIV ini menjadi tantangan tersendiri untuk Dinkes dalam memutuskan rantai penyakit ini. Jadi saya berharap masyarakat bisa melakukan tes HIV, sehingga bisa mengetahui lebih cepat dan diobati,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa pengobatan HIV/AIDS di Mimika memiliki Fasilitas Kesehatan yang lengkap sehingga masyarakat tidak boleh takut, harus berani untuk dilakukan pemeriksaan.

“Karena hanya dengan minum obat secara teratur maka jumlah virusnya bisa diturunkan. Jadi jangan takut, untuk fasilitas pelayanan orang dengan penyakit HIV sudah lengkap pemeriksaannya. Kalau bisa memutuskan rantai penyakitnya, maka kasus ini bisa menurun (di Mimika),” tutupnya.

Wartawan: Evita

Editor: Jimmy