SALAM PAPUA (JAYAPURA) – Pertandingan antara Waanal
Brothers FC (WBFC) Mimika versus Persido Dogiyai pada kompetisi Liga 3 Papua
2023 yang digelar di stadion Barnabas Youwe Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua,
Selasa (21/11/2023), berakhir imbang 1-1.
Namun sayangnya, setelah berakhirnya pertandingan tersebut
terjadi insiden pemukulan kepada beberapa pemain WBFC Mimika yang diduga dilakukan oleh beberapa pemain dari tim lawan,
yang membuat aparat keamanan harus turun mengamankan situasi.
Salah satu Board WBFC Mimika, Aples Tecuary yang berada di
lapangan saat terjadinya insiden tersebut mengungkapkan bahwa dari sisi kedua
kesebelasan sebenarnya bermain normal. Walaupun sempat mengalami tensi tinggi
saat berlangsungnya pertandingan, tapi semua dapat diatasi.
Namun menurut Dia, insiden terjadinya kekacauan setelah
pertandingan berakhir itu karena dipicu oleh penyelenggara pertandingan
khususnya wasit yang tidak memberlakukan fair play dengan baik, sehingga khususnya
tim WBFC Mimika merasa cukup dirugikan.
“Sudah 2 kali WBFC menggeluti pertandingan yang dipimpin
oleh wasit yang sama ini, dua-duanya kita tidak menikmati fair play itu. Saya tidak
tahu kenapa demikian? Saya selaku pelatih dan juga mantan pemain, memang tidak
melihat adanya fair play itu,” ujarnya.
Aples pun mengisahkan salah satu kejadian di saat
pertandingan berlangsung di babak kedua, dimana ada salah satu pemain WBFC
Mimika yang berteriak “Ayo ini Papua, jangan
lemah”. Hal ini yang membuat wasit pendamping menyampaikan kepada wasit yang
memimpin pertandingan untuk memberi imbauan kepada seluruh tim agar tidak
menyampaikan hal-hal yang bersifat rasis. Namun ternyata wasit yang memimpin
pertandingan tiba-tiba mengeluarkan kartu merah kepada kapten tim WBFC Mimika.
“Itulah yang membuat kami memprotes wasit, tapi wasit
pendamping itu mengaku bahwa yang dia sampaikan kepada wasit yang memimpin
pertandingan bukan tentang adanya pelanggaran dari pemain tapi hanya sekedar
menyampaikan agat wasit tersebut memberi imbauan kepada kedua tim, namun
ternyata wasit mengeluarkan kartu merah. Setelah dilakukan koordinasi antar sesama
wasit, akhirnya wasit yang memimpin pertandingan menganulir kartu merah tersebut,”
ungkapnya.
Aples mengatakan bahwa WBFC Mimika telah memaafkan kepada
pihak-pihak yang membuat beberapa pemainnya mengalami luka akibat pemukulan. Namun
pihaknya tetap akan memproses hukum pelaku yang melakukan pemukulan dan akan
melaporkan ke PSSI Pusat bersama bukti-bukti yang dimiliki, termasuk bukti
video, agar hal seperti ini dapat menjadi pembelajaran dan tidak terulang
kembali.
Sementara itu, head coach WBFC Mimika, Sahala Saragih mengapresiasi
permainan anak-anak asuhannya yang dalam 3 kali pertandingan ini tetap
konsisten.
Terkait terjadinya insiden saat WBFC Mimika berhadapan
dengan Persido Digiyai tersebut, coach Sahala mengatakan bahwa semua tim, baik
official, pelatih maupun para pemain, harus tetap memiliki sportivitas yang
tinggi. Karena menang, kalah dan seri itu hal yang pasti dialami semua tim saat
menjalani sebuah pertandingan.
Dia pun mengimbau kepada semua pihak, khususnya kepada
Asprov PSSI Papua, agar bersama-sama memikirkan anak-anak Papua yang memiliki
talenta-talenta bagus dalam permainan sepakbola, sehingga perlu dijaga atau
dipelihara dan disupport yang nantinya mereka akan menjadi pilihan untuk
bermain di tingkat nasional. Untuk itu perlu dibantu menjaga mentalitas mereka
dengan hal-hal yang positif seperti fair play, sehingga nanti saat di tingkat
nasional, anak-anak ini terbiasa dengan bermain sepakbola yang benar dan sesuai
dengan regulasi yang PSSI tentukan.
“Itu yang penting dalam permainan sepakbola supaya tidak
terjadi lagi (insiden seperti tadi). Karena biar bagaimanapun, pasti ada tim
yang bagus dan ada tim yang belum bagus, artinya antara siap atau tidak siap. Itu
nyata dalam 3 kali pertandingan cukup menarik dan enak ditonton (saat WBFC
bermain). Sebenarnya Persido Dogiyai tadi bermain tidak jelek, cuma perlu kita
sikapi bersama bahwa itulah pertandingan sepakbola, selalu ada yang menang dan
ada yang kalah. Artinya, okey hari ini kita kalah, tapi besok coba kita lebih
baik lagi. Itulah yang perlu dipegang bersama dan saya mau bantu anak-anak
Papua ini supaya punya mentalitas yang benar-benar positif, yang bisa
mengangkat nama Papua ke kancah Nasional nanti,” tuturnya.
Coach Sahala pun menegaskan bahwa terjadinya insiden tadi
masalahnya karena adanya provokasi-provokasi yang dilakukan oleh wasit. Menurut
dia, wasit perlu berbenah setelah terjadinya insiden tersebut.
“Tadi itu pertandingannya cukup menarik sebenarnya. Hanya saja
ada kejadian-kejadian yang menurut saya konyol gitu ya. Dia (wasit) terlalu
cepat mengeluarkan kartu merah, kemudian ditarik lagi kartu merah itu dan itu
yang membuat suporter ataupun tim kedua belah pihak menjadi marah. Makanya saya
pikir kalau wasit tadi cukup fair, tidak melakukan hal-hal yang konyol seperti itu.
Itulah yang saya mau imbau agar wasit berbenah, harus belajar menyadari
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu seperti itu,” tegasnya.
Dirinya pun memberi catatan kepada Asprov PSSI Papua,
terutama di departemen yang membidangi tentang wasit ini, agar bekerja keras
membenahi SDM perwasitan.
Di sisi lain, bagi para pemain WBFC Mimika, Dia mengungkapkan
bahwa anak-anak asuhannya sudah terlatih mentalitasnya dengan insiden seperti
itu selama di Bandung saat melakoni 16 kali pertandingan uji coba. Untuk itu,
saat ini WBFC sudah harus mempersiapkan diri untuk menjalani
pertandingan-pertandingan selanjutnya.
“Dalam satu hari ini kita istirahat dulu, kita coba discuss
sama pemain, mengembalikan lagi energi yang tadi negatif menjadi positif. Saya juga
yakin manajer tim, pak Ray Manurung, selalu mengingatkan kami untuk selalu
rendah hati dan terus memegang sportivitas,” tutupnya.
Penulis/Editor: Jimmy