SALAM
PAPUA (TIMIKA) - Melihat banyaknya penjual takjil pada
setiap bulan suci Ramadhan, sebagian warga Kabupaten Mimika khususnya yang
non muslim mungkin saja berpikir bahwa itu merupakan jajanan khusus dijual dan
dikonsumsi oleh saudara dan saudari umat muslim.
Berdasarkan penelusuran artikel, takjil adalah
istilah umum untuk kudapan yang dimakan sesaat setelah berbuka puasa, yang biasanya
berupa makanan manis seperti kolak pisang, sup buah, es campur, dan sebagainya.
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Mimika,
Ustadz Abdul Muthalib menyebutkan bahwa takjil adalah makanan yang disiapkan
untuk mempermudah setiap orang yang tidak sempat memasak di rumahnya
masing-masing. Setiap orang berarti orang muslim dan non muslim.
"Jadi takjil itu tidak ada kekhususannya,
berarti saudara dan saudari yang non muslim juga boleh mengonsumsinya. Intinya
takjil itu diperuntukkan bagi orang yang tidak sempat masak di rumahnya, baik
saat bulan puasa ataupun saat bulan-bulan lainnya," ungkap Ustadz Abdul yang
juga menjabat sebagai Wakil Ketua II Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Mimika ini saat ditemui salampapua.com di kediamannya di Kompleks Kehutanan
Timika, Selasa (2/4/2024).
Selain menjelaskan secara singkat tentang
takjil, Ustadz yang terkenal humoris ini juga mengajak agar seluruh masyarakat
Mimika bersama-sama menjaga toleransi sehingga Mimika menjadi contoh bagi daerah-daerah
lainnya di Indonesia.
Tahun ini umat Muslim dan Kristiani sama-sama
merayakan bulan puasa dan paskah, karena itu kita saling menjaga dan menjunjung
dengan tetap menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing.
Ia pun berharap, dengan momen dua bulan suci
ini bisa membawa keberkahan dan kebahagiaan serta bisa membentuk kebersamaan
bagu seluruh masyarakat Mimika. Diharapkan juga agar hikmah Ramadhan dan Paskah
bisa menanam rasa persaudaraan bagi seluruh masyarakat Mimika sehingga
terhindar dari berbagai hal yang menyebabkan perpecahan.
"Kita semua sama saja, sama-sama
mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mari kita saling menghargai dan menghormati satu sama lain serta memupuk rasa
kekeluargaan. Saya selalu menyampaikan imbauan ini secara berulang-ulang,"
ujarnya.
Ia menyebutkan, saat Almarhum Klemen Tinal
menjabat sebagai Bupati Mimika selalu menitip pesan kepadanya agar jangan
berhenti menyuarakan tentang toleransi di atas tanah Mimika. Almarhum pun
berharap agar Mimika menjadi satu rumah besar yang hanya memiliki satu pintu
masuk, tetapi di dalamnya terdapat lima kamar sehingga meskipun pintu kamar
berbeda, akan tetapi sama-sama keluar dalam satu pintu dan bisa saling menyapa,
tersenyum dan bersalaman.
"Almarhum Klemen Tinal pesan hal itu
kepada saya. Almarhum mau jadikan Timika seperti rumah bagi umat dari berbagai
agama, tapi pintu masuknya hanya satu tanpa pintu dapur. Itulah sebabnya saya
selalu menyuarakan hal ini," ujarnya.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy