SALAMPAPUA (TIMIKA)- Papua yang dikenal sebagai “Surga Kecil di Ujung Timur Indonesia” selalu berhasil memikat para wisatawan dengan keindahan alamnya. Tak hanya alamnya, Papua juga memiliki seni dan budaya tradisional yang unik sehingga banyak turis yang tertarik. Salah satu seni dari Papua adalah tarian.

Artikel berikut ini akan membahas beragam tarian adat Papua yang menarik untuk dipelajari. Simak ulasannya yuk!

1. Tari Sajojo

Tarian adat Papua yang sudah cukup terkenal ini bernama tari Sajojo. Tari ini merupakan jenis tarian pergaulan beragam suku adat yang berada di Papua. Tarian dikenal sebagai jenis tarian penyambut tamu dari Papua. Tari ini dibawakan dalam acara penyambutan tamu ataupun acara lainnya.

Pada sekitar tahun 1990 tarian ini mulai terkenal. Tarian Sajojo ketika itu banyak dibawakan oleh masyarakat Indonesia. Tarian memiliki gerakan yang dinamis ini memang bisa dibawakan oleh semua orang. Gerakan tarian ini dilakukan dengan melompat dan menghentak-hentakkan kaki.

Alat musik tradisional yang mengiringi tarian ini adalah alat-alat musik tradisional Papua contohnya Tifa. Musik pengiring tari sajojo kini semakin berkembang dengan adanya penggunaan alat musik modern yang sudah dikenal banyak masyarakat. Lagu Sajojo mengisahkan gadis Papua yang jadi idola di desanya.

2. Tari Suanggi

Salah satu nama tarian adat Papua Barat ini bernama tari Suanggi. Tarian ini kental dengan nuansa mistis dan magis. Suanggi menceritakan mengenai seorang laki-laki yang istrinya meninggal diakibatkan angi-angi atau roh jahat.

Istilah Suanggi digunakan oleh penduduk Papua Barat untuk menyebut roh jahat (kapes) yang hidupnya di alam baka belum tenang. Roh-roh ini dipercaya senang memasuki tubuh perempuan. Perempuan yang berhasil dirasuki oleh roh-roh ini disebut Kapes Fane atau Kapes Mapo.

Kadang-kadang Kapes Fane yang disebut juga perempuan Suanggi suka menyerang orang lain. Para tetua pun akhrinya melakukan Mawi dikarenakan fenomena ini agar mereka bisa mengetahui siapa perempuan Suanggi tersebut. Kalau ditemukan, perempuan itu akan dibunuh atau perutnya dibedah.

Ringkasnya, keberadaan Suanggi yang menjadi kepercayaan masyarakat Papua diabadikan dalam bentuk seni pertunjukan, maka lahirlah tari Suanggi yang di pelihara dan senantiasa dilestarikan secara turun temurun hingga saat ini.

3. Tari Awaijale Rilejale

Tarian adat Papua ini bernama tari Awaijale Rilejale. Asalnya dari Kabupaten Jayapura, tepatnya di daerah Sentani. Yang digambarkan oleh tarian ini yaitu keindahan alam Danau Sentani saat senja ketika para penduduk naik perahu sepulang bekerja. Para penari nya yaitu kelompok perempuan dan laki-laki.

 Para penari yang membawakan tarian Awaijale Rilejale ini mengenakan pakaian adat Papua yang disebut Pea Malo. Pakaian adat yang dikenakan para penari ini dibuat dari pohon genemo, kulit kayu, dan daun sagu. Penari juga mengenakan perhiasan hamboni atau disebut juga kalung manik-manik.

4. Tari Fela Mandu

Selanjutnya ada tarian adat Papua lainnya, yaitu tari Fela Mandu. Tarian ini merupakan sejenis tari perang yang berasal dari Puyo Kecil yang letaknya di daerah Sentani Tengah. Fela Mandu dibawakan oleh penari perempuan dan laki-laki ditarikan dengan alat musik pengiringnya musik tifa dan wakhu.

Tarian Fela Mandu dianggap oleh masyarakat setempat sebagai ciptaan leluhur mereka. Leluhur mereka tersebut yaitu Abar, Putali, dan Amatali, yang berperang dan menang ketika melawan suku Sekori yang waktu ada di wilayah Abar Sentani Tengah.

Hingga sekarang, tarian adat Papua, Fela Mandu dibawakan dengan tujuan untuk menghibur dan sering kali ditarikan saat acara-acara besar, contohnya tarian ini dibawakan ketika acara menyambut tamu kehormatan.

5. Tari Perang

Tari Perang adalah salah satu tarian adat Papua yang mempunyai makna jiwa kepahlawanan penduduk Papua. Biasanya tarian ini dibawakan oleh laki-laki karena tarian ini memperlihatkan jiwa seseorang yang gagah perkasa. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian adat serta perlengkapan perang.

Menurut sejarahnya, tarian ini diambil dari cerita zaman dahulu yang kerap terjadi peperangan antara suku Sentani dengan beberapa suku lainnya. Para leluhur pun lalu membuat tari perang ini yang tujuannya yaitu untuk memberikan semangat kepada para pasukan Papua.

Seiring perubahan zaman, kini peperangan telah dihilangkan, tetapi tarian tersebut masih dilestarikan. Saat ini, tarian perang dibawakan secara simbolik untuk memberikan penghargaan kepada para leluhur yang telah berjuang keras untuk melindungi daerah Papua.

Tarian ini biasanya dibawakan oleh 7 orang penari atau lebih. Alat musik pengiring untuk tarian ini, di antaranya adalah tifa, gendang, dan kerang. Gerakan tariannya cukup enerjik dan memperlihatkan beberapa gerakan saat berperang, seperti loncat, memanah, mengintip musuh, dan lain-lain.

6. Tari Aluyen

Aluyen berarti lagu yang dinyanyikan. Tarian adat Papua ini adalah tarian tradisional ini dibawakan saat upacara adat yang berkaitan dengan membuat kebun baru, yang berhubungan dengan membangun rumah baru, dan lain sebagainya.

Dalam tarian ini terdapat seorang penari yang memimpin tarian dan dibawakan oleh penari-penari laki-laki dan perempuan. Pada tarian aluyen, penari perempuan membuat dua barisan panjang dan posisinya di belakang pemimpin. Sedangkan penari laki-laki posisinya dua baris di belakang penari perempuan.

Mengikuti irama musik, penari melakukan gerak kaki sambil menggoyang-goyangkan pinggul. Pakaian yang dikenakan penari disebut kamlanan, serta perhiasan yang dipakai di tangan dibuat dari medik (gelang dari sejenis tali tertentu), dan li (manik-manik), dan eme (perhiasan dari daun pandan).

 

7. Tari Yospan

Tari ini adalah kepanjangan dari yosim pancar yang dibawakan oleh kerap kali dibawakan oleh para pemuda dan pemudi sebagai bentuk persahabatan. Tarian ini merupakan tarian pergaulan. Yospan merupakan tarian hasil gabungan antara dua tarian rakyat Papua, yakni tari yosim dan tari pancar.

Yosim yang asalnya dari Sarmi, sebuah kabupaten di pesisir utara Papua, berada dekat dengan Sungai Mamberamo merupakan tarian yang hampir sama dengan tarian poloneis. Sumber lain mengatakan kalau tarian ini juga asalnya dari  daerah Teluk Saireri (Serui, Waropen).

Sedangkan tari pancar dikembangkan pada awal tahun 1960-an di daerah Biak Numfor serta  Manokwari. Awalnya, nama tarian ini adalah pancar gas, lalu disingkat jadi disingkat menjadi pancar. Dalam tari yosim pancar terdapat dua kelompok pemain yakni penari dan musisi regu musisi dan penari.

Tari yospan dibawakan oleh lebih dari satu orang dan memiliki gerakan dasar yang energik, semangat, dinamis dan menarik. Tarian ini mempunyai keunikan dari segi pakaian, aksesori, serta alat musik. Gitar, tifa, ukulele (juk), dan bass akustik (stem bass) adalah alat musik pengiring tarian ini.

Karena sangat populer tari yospan sering dibawakan untuk acara-acara adat, penyambutan, dan festival seni budaya. Tak hanya di Indonesia, tarian ini juga tampil di beberapa acara festival budaya di luar negeri.

8. Tari Det Pok Mbui

Berasal dari 3 kecamatan yakni Sauwa Ema, Pirimapun, dan Agats, tari Det Pok Mbui memiliki arti upacara topeng setan. Tari adat Papua yang satu ini dibawakan saat siang hari. Adapun lama pertunjukannya kurang lebih 4 jam. Wajah dan tubuh penari diwarnai dengan dan juga putih kapur.

Yang membawakan tarian ini adalah sekelompok perempuan dan laki-laki dan tariannya dibawakan pada siang ataupun sore hari sesudah panen mencari sagu. Tempat pertunjukan untuk tarian ini berada di tepi sungai karena terdapat adegan menaiki perahu.

9. Tari Magasa

Tarian adat Papua ini merupakan tarian khas suku Arfak yang hidup di pegunungan Arfak Manokwari. Tari Magasa disebut juga tari ular karena penarinya yang terdiri dari para pemuda dan pemudi itu berbaris panjang menyerupai ular.

Walaupun fungsi tarian ini sebagai tarian penyambutan, tapi tari magasa mempunyai nilai yang mendalam mengenai suku Arfak melakukan perayaan selepas memenangi peperangan. Tiap gerakannya menggambarkan persatuan dan saling menghormati perbedaan.

Penari membawakan tarian ini dalam posisi berselingan antara perempuan dan laki-laki. Ketika menari mereka saling bergandengan tangan serta saling berhimpitan. Gerakan tarian ini cukup sederhana serta diulang-ulang, bersemangat penuh penghayatan. Tarian ini hanya diiringi lagu tanpa musik.

10. Tari Seka

Tari Seka adalah tarian adat Papua, terutama di daerah Papua bagian selatan termasuk daerah Timika, Kaimana serta Fakfak. Seka merupakan tarian pesisir yang menggambarkan rasa syukur penduduk kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah.

Tak hanya sebagai tarian adat, seka juga sering dibawakan dalam prosesi adat pernikahan, yakni menghantarkan calon mempelai waniki kepada calon mempelai laki-laki. Akan tetapi, dengan perkembangan zaman, tari ini juga berfungsi sebagai tari penyambutan tamu dan pergaulan.

Tarian ini tetap dilestarikan dalam aktivitas keseharian oleh penduduk suku Napiti dan Suku Miere di Kaimana. Sementara Suku Kamoro pada zaman dahulu menghidupkan tarian ini untuk melambangkan semangat saat akan pergi perang.

Seperti halnya tarian dari suku lain di Indonesia, tarian adat Papua pun memiliki banyak ragam dan ada juga cerita unik di balik tarian tersebut. Apakah kamu sudah pernah menyaksikan semua tarian adat Papua yang dijelaskan di atas?. (keluyuran)

Editor: Sianturi