SALAMPAPUA (TIMIKA)- Provinsi Papua merupakan
provinsi terluas di Indonesia yang terletak di bagian paling timur. Provinsi
ini memiliki kebuayaan yang cukup unik, seperti senjata tradisional, alat
musik, kuliner dan pakaian adat Papua.
Papua sendiri merupakan rumah dari 25 suku yang dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok suku pedalaman (dataran tinggi dan
pegunungan) dan kelompok suku dataran rendah dan pesisir. Dengan medan yang
cukup sulit dilewati kebudayaan Papua sangat sedikit sekali terpengaruh oleh
kebudayaan lain, oleh karena itu dapat disebut kebudayaan Papua masih asli.
Pakaian adat Papua sendiri merupakan salah satu ciri dari
wujud nyata kekayaan budaya yang ada di Provinsi Papua. Terdapat ciri khas dan
keunikan yang sangat melekat pada pakaian adat satu ini. Untuk mengetahui semua
itu, simak ulasan lengkap berikut ini.
Sebagaimana kita tahu pakaian adat Papua masih sangat asli
tanpa adanya pengaruh budaya lain yang masuk, Oleh karena itu pakaian ini
memiliki makna yang lebih tertuju pada kedekatan suatu suku kepada alam
sekitar.
Secara garis besar pakaian ini dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu pakaian adat untuk pria dan pakaian adat untuk wanita.
Kedua pakaian tersebut tidak terlalu banyak memiliki
perbedaan, hanya berbeda pada beberapa bagian saja. Terdapat berbagai aksesoris
yang digunakan seperti hiasan kepala, kalung dan tas yang dapat menambah kesan
unik pada pemakaian pakaian adat tersebut.
Terdapat beberapa macam pakaian adat tradisional yang ada di
provinsi Papua yang memiliki perbedaan satu sama lain, diantaranya ialah:
1. Pakaian Adat Sali
Pakaian adat Sali merupakan pakaian yang digunakan khusus
untuk para wanita yang masih lajang atau belum menikah. Pakaian ini terbuat
dari bahan yang didapat dari alam sekitar yaitu berupa kulit pohon.
Kulit pohon tersebut biasanya memiliki warna coklat, karena
warna tersebut hanya digunakan pada wanita lajang. Sedangkan untuk wanita yang
sudah menikah dianggap tidak boleh lagi menggunakan baju tersebut.
2. Holim/Koteka
Saat pertama kita mendengar kata holim, tidak ada yang
mengenali istilah tersebut. Tetapi holim merupakan sebutan lain dari pakaian
adat Papua yang terkenal yaitu koteka.
Secara harfiah, kata koteka berarti “pakaian” yang digunakan
oleh para pria untuk menutupi kemaluan laki-laki dalam berbagai suku yang ada
di Papua. Ukuran koteka dapat dibedakan dari cara penggunaannya, yaitu koteka
pendek digunakan pada saat bekerja, sedangkan koteka panjang yang berhiaskan
hiasan-hiasan digunakan pada upacara adat.
Koteka terbuat dari bahan dasar tanaman berupa kulit labu
air yang dikeringkan (dijemur) dan bagian dalamnya seperti biji serta daging
buah akan dibuang. Labu yang digunakan biasanya memiliki umur yang cukup tua
karena dipercaya lebih keras dan lebih awet dibandingkan dengan yang lebih
muda.
Terdapat sebuah kampanye yang bernama “Operasi Koteka”
sebagai ajakan untuk mengganti koteka dengan celana pada tahun 1950-an.
Selain itu terdapat perbedaan pada bentuk koteka berdasarkan
suku yang menggunakanya. Suku yali misalnya, menggunakan bentuk labu yang
panjang, sedangkan suku Tiom biasanya menggunakan dua labu. Seiring waktu
penggunaan koteka dilarang pada tempat-tempat umum seperti pada kendaraan umum
dan sekolah-sekolah. Selain itu kebanyakan koteka diperjualbelikan sebagai
cenderamata saja.
3. Pakaian Adat Ewer
Pakaian ini merupakan pakaian yang berasal dari daerah Papua
Barat berupa rok rumbai yang terbuat dari susunan daun sagu atau jerami yang
dikeringkan. Pakaian ini tentu saja untuk menutupi bagian bawah pemaknya yang
dapat digunakan oleh pria maupun wanita.
Cara pembuatan rok ini dengan cara dirangkai menggunakan
tali / ikat pinggang yang berbahan dasar kulit kayu berukirkan ola kotak dengan
susunan geometris pada bagian atasnya. Terdapat dua buah lapisan pada rok, yang
dimana bagian dalam rok memiliki susunan yang lebih panjang dibandingkan dengan
lapisan bagian luar.
Biasanya dalam pemakaian pakaian adat ewer disertakan
aksesoris atau manik-manik dan hiasan seperti bulu burung kasuari dan anyaman
daun sagu.
4. Pakaian Adat Yokal
Bila tadi ada pakaian adat Sali yang digunakan oleh para
wanita lajang, selanjutnya ada pakaian adat Yokal yang hanya dapat digunakan
oleh para wanita yang sudah menikah atau memiliki keluarga yang hanya dapat
dijumpai di daerah pedalaman Papua.
Pakaian ini memiliki warna coklat sedikit kemerahan, tetapi
terdapat aturan khusus dimana baju ini tidak boleh diperjual belikan secara.
Karena baju ini merupakan simbol masyarakat Papua yang dekat dengan semesta
alam.
Terdapat keunikan keunikan yang membedakan pakaian adat
Papua dengan pakaian adat lain, tentu saja dilengkapi dengan berbagai aksesoris
pendamping yang dapat menambah nilai eksotis pakaian ini, yaitu :
1. Gigi Anjing dan Taring Babi
Aksesoris satu ini sangat unik yang terbuat dari gigi anjing
dan taring babi. Keunikan tersebut terdapat dari taring babi yang digunakan
diantara lubang hidung pemakanya. Sedangkan gigi anjing hanya sebagai hiasan
pelengkap pada kalung.
2. Tas Noken
Tas noken merupakan sebuah tas tradisional khas Papua yang
dibawa menggunakan kepala. Tas ini terbuat dari serat kulit kayu yang digunakan
sebagai tempat untuk membawa berbagai macam barang.
Tas noken memiliki banyak jenis yang dibedakan dari ukuran
dan fungsinya. Tas berukuran besar biasa dipakai oleh para mama yang bekerja
sebagai petani untuk mengangkat berbagai hasil alam yang cukup berat, kayu
bakar, berbagai barang belanjaan dan keperluan lainya.
Sedangkan untuk tas noken berukuran kecil, biasa digunakan
para siswa-siswi pelajar untuk membawa peralatan sekolah seperti buku dan alat
tulis lainya.
Tas noken memiliki arti dan makna sebagai simbol kehidupan
yang baik, perdamaian dan kesuburan bagi masyaraka Papua. Selain itu terdapat
aturan khusus yang cukup menarik, yaitu pembuatan tas noken hanya dapat dibuat
oleh orang papua saja, khususnya para mama-mama di Papua.
Tas noken diputuskan menjadi salah satu warisan budaya Dunia
tak berbedan oleh UNESCO pada 4 desember 2012 di Prancis. Oleh karena itu para
wanita di Papua sejak kecil sudah diajarkan untuk membuat tas noken sebagai
lambang kedewasaan wanita Papua.
3. Hiasan Rumbai pada Kepala
Hiasan satu ini berbentuk menyerupai mahkota yang terbuat
dari jerami atau daun sagu kering. Selain itu terdapat bulu burung kasuari
berwarna putih dan bulu kelinci sebagai hiasan pada topi ini. Topi ini dibuat
unik dan berbeda, karena hanya dapat digunakan oleh kepala suku setempat.
4. Gambar pada tubuh
Sebagian besar pakaian adat Papua tidak memiliki bagian
atasan, oleh karena itu sebagai penggantinya merkea menggunakan gambar pada
tubuh mereka. Gambar tersebut umunya memiliki warna: Merah, warna merah terbuat
dari bahan pasta liat. Sedangkan warna putih, terbuat dari bahan dasar kulit
kerang yang dihaluskan. (Guratgarut)
Editor: Sianturi