SALAM
PAPUA (TIMIKA) - PT Freeport Indonesia (PTFI) bersama
Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) menandatangani kerja sama pengembangan
ekonomi masyarakat berbasis bambu yang inovatif dan berkelanjutan untuk
masyarakat di Pesisir Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Penandatanganan perjanjian kerja sama
dilakukan oleh Wakil Presiden Direktur PTFI Jenpino Ngabdi dan Ketua YBLL
Monica Tanuhandaru, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Minggu (8/9/2024).
Jenpino Ngabdi mengatakan kerjasama ini
merupakan bentuk dukungan PTFI untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan
pembangunan berkelanjutan.
“Kerja sama ini menegaskan komitmen PTFI untuk
melaksanakan kegiatan operasi pertambangan secara bertanggung jawab serta terus
memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat,”
katanya.
Dalam impelementasinya, Koperasi Maria Bintang
Laut (KMBL) dari Keuskupan Timika sebagai mitra PTFI akan bekerja sama dengan
YBLL dalam memberikan pelatihan intensif bagi masyarakat untuk pembibitan,
penanaman dan pemanenan bambu. Setelahnya akan dilakukan penanaman demo plot di
Timika, hingga pendampingan dan monitoring di 3 rencana lokasi yaitu Kampung
Nayaro, Tipuka, dan Ayuka, Mimika, Papua Tengah serta beberapa wilayah di
Indonesia. Sejak 2006 KMBL telah menjadi mitra PTFI dalam pemberdayaan
masyarakat di dataran rendah dan pesisir Kabupaten Mimika.
Kolaborasi ini bertujuan menciptakan model
pengembangan ekonomi berbasis bambu yang inovatif dan berkelanjutan, mendukung
pencapaian SDGs lokal, dan menjadi contoh keselarasan antara industri dan
konservasi lingkungan.
Seperti yang diketahui, bambu memiliki karakteristik
unik, diantaranya satu rumpun sehat dapat menyimpan 3.600 liter air dan
menyerap 3,33 ton CO2 eq. Dengan sekitar 1.500 jenis penggunaan, bambu
menawarkan potensi ekonomi yang besar.
Monica Tanuhandaru menjelaskan bahwa program
dirancang untuk memberikan keterampilan praktis kepada masyarakat.
“Program dijalankan melalui pengembangan model
percontohan budidaya bambu dengan metode Hutan Bambu Lestari yang dikembangkan
oleh YBLL di Timika, dan memastikan keberlanjutan jangka panjang melalui
pelatihan lanjutan untuk pemanfaatan bambu, perawatan dan pendampingan
berkelanjutan,” kata Monica.
Selain mencakup pelatihan intensif dan
penanaman bambu, kerja sama ini juga meliputi program pemberdayaan dan
kesetaraan gender dengan fokus pada peserta perempuan dalam program pelatihan
dan implementasi.
PTFI bersama Pemerintah Kabupaten Mimika dan
masyarakat berupaya mempercepat restorasi ekosistem mangrove di muara Sungai
Ajkwa, Mimika melalui program Estuary Structure. Salah satunya dengan metode
Struktur Bambu untuk menangkap sedimentasi dari tailing atau pasir sisa tambang
untuk dibentuk menjadi daratan baru yang ditanami dengan mangrove.
Struktur Bambu adalah metode menangkap dan
menahan sedimen yang dibuat dengan menggunakan bambu yang disusun membentuk
huruf “E” atau “T” sehingga sering disebut dengan E-Groin atau T-Groin. Estuary
Structure melibatkan 18 kelompok masyarakat dari Suku Kamoro yang mendiami area
dataran rendah Kabupaten Mimika. Pada akhir tahun 2022 hingga 2024 PTFI
mempekerjakan 200 karyawan asli Suku Kamoro.
Diharapkan program ini akan berkontribusi pada
pengembangan ekonomi lokal, konservasi lingkungan, penyerapan karbon dan
peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara
berkelanjutan.
Editor: Jimmy