SALAM PAPUA (TIMIKA)- Deiyai merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Paniai yang berpusat di Tigi, Papua. Daerah ini menjadi tempat tinggal 87 ribu jiwa. Meskipun termasuk daerah baru, tempat ini menyediakan banyak potensi alam yang bisa dijadikan pendapatan daerah.

Pemerintah daerah pun mulai membenahi setiap tempat wisata hingga menjadi sebagus sekarang. Kini, turis yang datang dapat menikmati setiap destinasi wisata dengan nyaman. Bahkan untuk menginap di salah satu lokasi wisata juga bisa karena sudah terdapat penginapan.

Keindahan yang bisa dirasakan mulai dari pantai, bukit, telaga, pulau, perkampungan, dan lain-lain. Kondisi wisata juga masih alami sehingga suasana alam sangat terasa. Berikut deretan tempat wisata di Deiyai yang bisa Anda jelajahi.

1. Waghete

Waghete ialah kota yang berada di pinggiran Danau Tigi, Kabupaten Deiyai. Di tempat ini, cuaca akan sejuk karena berada di dataran tinggi, 1700 mdpl. Melihat pemandangan dari ketinggian ini, akan sangat indah baik di malam maupun siang hari. Saat malam hari, pemandangan akan lebih berfokus ke kerlap-kerlip cahaya. Sedangkan saat siang, pelancong dapat menonton penduduk sekitar beraktivitas.

Di sini, pelancong dapat melihat orang-orang yang sedang menjaring ikan di perairan Danau Tigi dengan perahu kayu serta orang yang sedang bercakap-cakap di pinggiran danau. Dan saat pagi hari, kabut sering menyelimuti daerah Waghete.

2. Momaikago

Momaigako ialah wisata pantai yang kaya akan keindahan alamnya. Di pantai ini, tampat gugusan pegunungan serta pasir putih yang terbeber. Biasanya pengunjung akan melihat pasir putih yang gersang dengan beberapa tumbuhan hidup. Di Momaikago ini, pengunjung dapat melihat tumbuhan rerumputan tumbuh segar di atas pasir pantai. Pemandangan yang sungguh menakjubkan.

Momaikago ini memiliki panorama seperti di pantai negara Jepang karena menawarkan pasir putih dengan rumput hijau yang hidup di atasnya dan keberadaan gunung yang tertutup awan serta kabut sehingga tampak kelabu. Panorama seperti ini sangat cocok untuk dijadikan latar belakang memotret.



Menginjakkan kaki di Momaigako, pengunjung dapat berenang, berselancar, memancing, atau bermain pasir sebagai lis kegiatan. Dan saat merasa kepanasan, pengunjung dapat menepi untuk berteduh.

3. Bukit Bobaigo

Bukit Bobaigo menjadi wisata alam menanjak yang tidak terlalu tinggi. Bukit ini banyak ditumbuhi tanaman ilalang. Hanya butuh 45 menit untuk mencapai bukit ini. Di puncak, wisatawan dapat meilhat Telaga Tage, Telaga Tigi, dan Telaga Painai dalam satu tempat. Karena itu, usahakan untuk berkunjung ke bukit ini. Bukit ini pun ada di pinggir Danau Paniai.

Di balik keindahannya, bukit Bobaigo juga memiliki mitos bahwa burung garuda bermula dari bukit ini. Jadi bukit ini erat kaitannya dengan presiden Sukarno. Namun, kebenaran dari mitos ini masih belum bisa dibuktikan dan hanya dipercaya oleh warga Deiyai.

4. Pantai Duamo

Pantai Duamo menjadi wisata pantai lain yang ada di Kabupaten Deiyai. Pantai ini memiliki pasir berwarna cokelat gelap. Air di bibir pantai ini memiliki cukup luas wilayah yang hanya sedalam mata kaki orang dewasa. Arus ombak pun tidak terlalu kuat sehingga anak-anak bisa bermain air serta belajar memberanikan diri untuk berenang di air dengan aman.

Di sini, pengunjung dapat berfoto, memancing, berenang, dan bermain voli. Anda pun tidak akan kekurangan anggota untuk tim voli karena banyak komunitas olahraga voli yang bermain di tempat ini. Bila tidak bagus dalam olahraga tangan ini, pengunjung dapat menonton orang-orang bermain dan membantu menyoraki.

5. Telaga Pantai Berbatu

Telaga Pantai Berbatu terkenal dengan pinggiran telaganya yang tersebar batu-batu sedimen. Bersantai di tempat ini, bisa menyegarkan pikiran. Air telaganya pun jernih dan tenang. Bebatuan di telaga ini, cukup bersudut tajam dan banyak yang berukuran jumbo. Jadi bila pengunjung membawa anak-anak, pastikan untuk mengawasinya dan jangan sampai membiarkan terlalu dekat dengan batu sedimen.

Telaga ini dibuka sepanjang hari dengan tiket masuk dua puluh ribu rupiah. Bila Anda berangkat sendiri lalu menanyakan lokasi tempat ini namun yang ditanya tidak tahu, katakan saja ingin ke Pulau Tanjung Batu. Yang ditanya pun akan mengerti dan Anda dapat melanjutkan perjalanan.

6. Telaga Tigi

Telaga Tigi menjadi wisata wajib yang direkomendasikan oleh pemandu wisata. Telaga ini begitu alami keadaannya. Menuju telaga ini, pengunjung harus membawa kendaraannya berjalan menanjak karena berada di 1700 mdpl dan bawah gunung Deiyai. Bisa memakai pesawat rintisan sebagai kendaraan udara maupun mobil sewa sebagai kendaraan darat.

Air di telaga ini sedalam 150 meter. Karena cukup dalam, ikan-ikan pun hidup di dalamnya. Ditemui ikan nila, belut, ikan karper, ikan sembilan hitam, dan ikan mujair di perairan tawar ini. Sering, orang-orang memancing di telaga ini. Terkadang ada juga yang berhasil menangkap udang selingkuh yang termasuk hewan langka di sini. Anda pun bisa berkeliling danau bila merasa tidak berbakat memancing.

7. Pulau Yugaitegee

Pulau satu ini mendapat nama alias Pulau Batu Layar. Disebut begitu karena ada sebongkah batu besar serupa layar kapal. Batu tersebut berada di pinggir pantai pulau ini. Pulau ini pun termasuk pulau tanpa penghuni di sebaran pulau kecil di Papua. Letak pastinya di Desa Okomoke. Pulau ini tidak banyak dikenal wisatawan yang baru datang ke tanah Deiyai.

Namun meskipun begitu, warga lokal sudah paham bahwa pulau ini juga sering dipakai menginap. Wisatawan yang berniat menginap pun sangat dipersilahkan untuk bermalam di Pulau Yugaitegee ini. Tetapi, pastikan untuk membawa semua kebutuhan yang diperlukan. Siapkan banyak logistik dan pemantik untuk menyalakan perapian.

8. Pulau Duamo

Berdekatan dengan Telaga Tigi, Pulau Duamo berada di lokasi yang sama. Pulau ini sama seperti Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah sebuah danau. Untuk menjangkau tempat ini, wisatawan harus menaiki perahu kayu dan menyeberang danau. Sampai di permukaan daratan pulau, wisatawan dapat melihat batu berbentuk wajah.

Burung walet banyak berkeliaran di pulau ini. Sarangnya pun dapat ditemukan di langit-langit gua. Dan ada sebuah gua yang selain menjadi hunian sarang burung walet, juga dihuni oleh patung Yesus dan Bunda Maria. Tidak ada yang tahu siapa yang membuat dua patung ini.

Selain itu, saat sedang musim ikan gurami, danau akan dipenuhi dengan populasi ikan jenis ini. Sehingga, pihak pengelola membuat acara lomba memancing selain untuk menambah daya tarik juga sebagai penambah pendapatan. Dan Pulau Duamo pun juga sering dijadikan tempat berpiknik kala memasuki bulan akhir tahun.

9. Telaga Tage

Telaga Tage merupakan perairan yang memiliki bentuk air permukaan. Telaga ini memiliki luas yang kecil dengan 150 hektar. Di telaga ini, terdapat pasir putih di tepiannya. Dan lumut yang bisa muncul serta menghilang di waktu-waktu tertentu.


Untuk sampai ke telaga menggunakan pesawat, pengunjung bisa membayar sebesar 1,2 juta rupiah. Untuk yang menggunakan mobil sewa bisa membayar tiga juta rupiah untuk sehari dan bila memilih naik taksi bisa membayar lima ratus ribu untuk sekali perjalanan.

10. Telaga Paniai

Telaga Paniai berada di lokasi yang hampir sama dengan dua telaga lainnya, Tigi dan Tage. Telaga ini sangat luas. Saking luasnya, hampir menyentuh angka lima belas ribu hektar. Ikan yang tinggal di telaga ini pun sama dengan biota telaga seberangnya. Ditambah dengan populasi ikan pelangi yang dijadikan nelayan sebagai ikan tangkapan untuk ikan hias.

Berkunjung ke Telaga Paniani, saluran pernapasan akan dimanjakan dengan asupan oksigen yang berkualitas. Udara di tempat ini sangat ramah pada penderita asma. Di samping menyegarkan paru-paru, pengunjung dapat berkeliling telaga, memancing, dan kulineran. Bisa juga pengunjung menginap di dekat telaga karena sudah tersedia penginapan.

11. Kampung Suku Mee

Kampung Suku Mee berada di sekitar Danau Tigi. Di kampung ini, penghuninya akan melakukan pertunjukan seni untuk menyambut turis yang mengunjungi tempat tinggal mereka sesekali. Mereka juga akan memberikan buah tangan spesial kepada turis spesial.

Di kampung ini, warganya masih beratap daun kering dan bertempat tinggal di rumah honai. Warganya pun merasa nyaman mengenakan koteka untuk pakaian sehari-hari. Mereka juga berladang umbi-umbian dan sayur sebagai makanan sehari-hari. Bertani semacam ini, oleh mereka disebut “bugi”.

Meskipun tampilan penduduknya masih sangat tradisional, mereka sangat ramah kepada turis. Turis yang mencoba berbicara pun pasti akan dijawab dengan seulas senyum. Suku Mee memakai Bahasa Mee sebagai bahasa utama dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Kedua bahasa ini dipakai selama interaksi sehari-hari. (Celebes.co)

Editor: Sianturi