SALAM PAPUA (TIMIKA) - Forecaster Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Mimika, William Titahena
menyebutkan intensitas curah hujan yang terpantau sedang hingga lebat di Mimika
belakangan ini karena memasuki musim pancaroba.
"Jadi zona musim di Indonesia ini ada tiga, pertama
Monsun, Equatorial dan Local. Nah Mimika masuk di zona local yang berlawanan
dengan Monsun yang puncak curah hujannya di bulan Desember, Januari dan Februari.
Kalau zona local di bulan Juni, Juli, Agustus," ujar William saat
diwawancara di ruang kerjanya, Jumat (19/5/2023).
William menjelaskan, pancaroba merupakan sebuah musim yang
merupakan masa peralihan di antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu
iklim di antara musim penghujan dan musim kemarau. Sehingga musim ini mempunyai
tanda cuaca yang tidak menentu dan terjadi tidak terduga seperti misalnya angin
yang kencang yang disertai hujan.
"Biasanya ketika musim pancaroba mulai muncul atau
memasuki musim hujan, kondisi cuaca akan seperti ini, durasi hujannya susah
ditebak, intensitasnya bisa sedang sampai lebat atau sedang saja, itu (tanda)
mau masuk musim penghujan," jelasnya.
Dia mengungkapkan, puncak curah hujan di Mimika akan terjadi
pada bulan Juli mendatang.
"Juni itu awal musim hujan, Juli itu puncaknya, Agustus
mulai penurunan. Jadi kalau belakangan ini setiap malam sampai subuh hujan
terus, itu karena musim pancaroba," ungkapnya.
Menurut dia, ciri-ciri musim pancaroba cenderung tidak ada
petir yang terjadi meskipun ada awan comulus nimbus (CB) yang terbentuk.
Untuk itu cuaca di Mimika yang terjadi saat ini belum dapat
disebut sebagai cuaca ekstrim.
"Mungkin ada (petir) tetapi tidak banyak seperti yang
saya bilang kita (Mimika) kan berlawanan dengan musim monsun, nah di Januari
itu harusnya kering, di situ malah petirnya banyak sekali namun di Mimika tetap
hujan, musim panas pun tetap akan hujan," tuturnya.
Wartawan: Evita
Editor: Jimmy