SALAM PAPUA (TIMIKA)- Mengajari anak untuk menggunakan
toilet sendiri atau toilet training sangatlah penting. Namun, sebelum orang tua
menerapkannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar anak lebih siap
melakukannya.
Toilet training merupakan proses anak belajar untuk buang
air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet layaknya orang dewasa. Pada
tahap ini, anak diajarkan untuk tidak lagi BAK dan BAB di popok seperti yang
biasa dilakukannya.
Tujuan dari toilet training sendiri bukan hanya mengajarkan
anak untuk memakai toilet, tetapi juga menjadi bagian dari tahap pertumbuhan
anak.
Tanda Anak Siap Menjalani Toilet Training
Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda,
sehingga usia tidak bisa dijadikan patokan anak siap menjalani toilet training.
Namun, anak umumnya siap menjalani toilet training ketika usianya menginjak 1,5
tahun atau 2 tahun.
Anak perempuan biasanya memiliki ketertarikan lebih untuk
mempelajari toilet traning, sehingga lebih cepat paham dibandingkan anak
laki-laki.
Untuk mengetahui kapan pastinya anak siap menjalani toilet
training, cobalah lihat kesiapan fisik dan emosionalnya. Tanda-tanda anak siap
secara fisik adalah ketika anak mampu mengontrol keinginan untuk BAK dan BAB.
Selain itu, kesiapan fisik lain yang bisa menjadi tanda anak
siap menjalani toilet training meliputi: Muncul ekspresi yang menjadi tanda
anak sedang menahan BAK atau BAB, popok kering saat bangun tidur atau setelah 2
jam pemakaian, tidak BAB di popok saat malam hari, BAB terjadi pada waktu yang
sama tiap hari atau pada waktu yang tidak bisa diprediksi.
Anak mampu melepas dan memakai pakaian serta mampu
berkomunikasi tentang pemakaian toilet, berbeda dengan kesiapan fisik, kesiapan
emosional butuh waktu lama. Berikut ini adalah tanda-tanda anak sudah siap
secara emosional untuk melakukan toilet training:
Menunjukkan tanda tidak nyaman ketika popoknya basah atau
kotor dan meminta untuk diganti dengan yang baru, lebih memilih memakai celana
dalam ketimbang popok, menunjukkan ketertarikannya ketika orang tuanya memakai
kamar mandi, memberi tahu orang tuanya saat merasa ingin buang air
Menghentikan aktivitasnya atau menjauh dari orang lain
ketika sadar bahwa dirinya ingin BAK atau BAB meski sedang menggunakan popok, bersemangat
mengikuti semua proses toilet training.
Cara Melatih Anak untuk Melakukan Toilet Training
Saat Si Kecil terlihat siap untuk menjalani toilet training,
berikut adalah hal-hal yang bisa Anda lakukan:
1. Mengenalkannya kepada toilet
Mulailah dengan menjelaskan penggunaan toilet untuk BAK dan
BAB. Katakan bahwa ketika ingin BAK atau BAB, ia perlu ke toilet dan melepas
popok atau celana dalamnya. Jelaskan kepada Si Kecil bahwa ia tak selamanya
bisa BAK dan BAB pada popok atau celana dalam.
2. Memberikan contoh kepadanya
Agar Si Kecil “lebih dekat” dengan toilet, berikan contoh
kepadanya terkait penggunaan toilet. Misalnya, saat Anda ingin BAK, ajak Si
Kecil untuk pergi ke toilet, kemudian duduklah di toilet duduk dan jelaskan apa
yang sedang Anda lakukan.
Tahap selanjutnya adalah mengenalkan penggunakan pispot
khusus anak kepadanya. Anda bisa meletakkan pispot tersebut di kamar mandi dan
ajari ia untuk menggunakanannya selayaknya Anda sedang duduk di toilet duduk.
3. Mengajari cara penggunaan toilet
Untuk mempermudah toilet training, pakaikan Si Kecil celana
yang mudah dilepas dan dipakai secara mandiri. Selanjutnya, ajari ia tata cara
penggunaan toilet, yaitu: Mengajari cara duduk yang benar di kloset, mengajari
cara membersihkan alat kelaminnya setelah BAK dan BAB, mengajari cara menekan
tombol flush setiap selesai BAK atau BAB, menunjukkan proses pembuangan air
seni atau tinja dari pispot ke kloset, apabila ia menggunakan pispot untuk BAK
atau BAB dan mengajari cara mencuci tangan dengan cara yang benar setiap
selesai memakai toilet.
4. Jadikan sebagai rutinitas
Jadikan kegiatan ke toilet menjadi sebuah rutinias.
Misalnya, setelah Si Kecil bangun tidur, Anda dapat mengajaknya pergi ke toilet
sebentar untuk BAK. Ajak Si Kecil duduk di pispot 45 menit atau 1 jam setelah
ia banyak minum atau makan.
Dengan menerapkan hal ini, Si Kecil akan mulai terbiasa BAK
dan BAB di pispot atau toilet duduk. Agar Si Kecil tidak merasa bosan, bawa
mainan kesayangannya ketika pergi ke toilet.
Berikan Si Kecil pujian atas apa yang dilakukannya selama menjalani proses toilet training. Puji setiap aktivitas yang berhasil ia lakukan untuk menambah kepercayaan dirinya di masa mendatang.
Ingat, selama proses ini jangan pernah meninggalkan Si Kecil
sendirian tanpa pengawasan di dalam kamar mandi atau toilet guna menghindari
kecelakaan, seperti terpeleset atau memasukkan sesuatu yang berbahaya ke dalam
mulutnya.
Mengajari anak menggunakan toilet memang butuh kesabaran.
Hari ini mungkin Si Kecil mau mengikuti semua proses toilet training, tetapi
kemauannya bisa berubah pada keesokan harinya. Jadi, jangan paksakan jika
memang Si Kecil tidak mau melakukannya. Bersabarlah hingga ia benar-benar
terbiasa tanpa popoknya.
Meski telah menunjukkan kesiapan fisik dan emosional, bukan
berarti semua anak siap untuk diberi toilet training. Ada sebagian anak yang
belum siap melakukannya, terutama jika ia merespons setiap permintaan orang tua
dengan kata ‘tidak’.
Jika ini dialami, langkah terbaiknya adalah berkonsultasi
melalui Chat Bersama Dokter atau berbagi pengalaman dengan orang tua atau teman
yang pernah mengalami keluhan serupa.
Anda sebaiknya tidak memaksakan Si Kecil untuk menjalani
toilet training ketika ia terlihat menolak atau belum siap. Pasalnya, pemaksaan
yang Anda lakukan bisa memicu stres pada anak yang justru bisa memperlambat
kesiapannya melepas popok. (Alodokter)
Editor: Sianturi