SALAM PAPUA (TIMIKA) – Ribuan umat Katolik di Timika
menghadiri Misa Malam Natal di Gereja Katedral Tiga Raja, Jalan Yos Sudarso,
Timika, Kamis (24/12/2025).
Meski sempat diguyur hujan deras, misa pertama yang dipimpin
Pastor Rinto Dumatubun, Pr., berlangsung dengan khidmat. Perayaan Ekaristi
tersebut dimulai pukul 18.00 WIT dan berakhir sekitar pukul 20.00 WIT.
Dalam homilinya, Pastor Rinto Dumatubun menjelaskan bahwa
kelahiran Yesus Kristus merupakan peristiwa iman yang senantiasa dinantikan dan
dirayakan umat beriman setiap tahun. Yesus hadir sebagai Juruselamat dan Raja
Damai yang lahir di tengah-tengah manusia.
“Kelahiran Yesus menjadi pernyataan kasih karunia Allah bagi
semua orang, sekaligus wujud nyata betapa Allah sangat mencintai manusia,”
ungkapnya.
Ia menuturkan, Nabi Yesaya dalam bacaan pertama melukiskan
peristiwa kelahiran Sang Juruselamat sebagai peristiwa yang penuh sukacita,
seperti kegembiraan saat panen raya dan sorak-sorai ketika membagikan jarahan.
Kelahiran Yesus di kandang Betlehem, kata dia, merupakan bagian dari rencana
keselamatan Allah bagi umat manusia.
“Segala sesuatu memiliki makna dan misteri. Kelahiran Yesus
di kandang domba, dibungkus kain lampin dan dibaringkan di palungan,
menunjukkan kerendahan hati Allah yang hadir bagi manusia,” jelasnya.
Pastor Rinto mengatakan, sukacita atas kelahiran Yesus tidak
hanya dirasakan oleh Maria dan Yosef sebagai orang tua-Nya, tetapi juga menjadi
milik seluruh surga dan bumi, termasuk umat beriman yang merayakan Natal.
“Kita patut bersukacita karena Allah begitu baik dan
mencintai kita. Malam ini, bersama Maria dan Yosef, kita dianugerahi kasih
Allah yang menyelamatkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, dosa sering kali membuat manusia jauh dari
Tuhan dan hidup dalam kegelapan. Namun melalui kelahiran Yesus, Allah
menyatakan diri-Nya secara nyata dengan mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan
manusia dari dosa.
“Hanya melalui Yesus kita memperoleh keselamatan,
diperdamaikan, dan dapat hidup bersama Allah,” tegasnya.
Mengakhiri homilinya, Pastor Rinto mengajak seluruh umat
untuk mengejar hidup kudus dan menjauhi perbuatan dosa, dimulai dari lingkungan
keluarga. Orang tua, menurutnya, harus menjadi teladan nyata bagi anak-anak
dalam menciptakan jalan kekudusan.
“Jika kita hidup suci, maka kita memuji dan memuliakan Allah
bukan hanya lewat kata-kata, tetapi secara istimewa melalui perbuatan-perbuatan
baik kita,” pesannya.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi

