SALAM PAPUA (TIMIKA) – Masyarakat Mimika mengeluhkan
kenaikan harga beras yang kian memberatkan. Sebagai kebutuhan pokok utama,
beras tetap menjadi pilihan utama warga meski harganya terus meningkat.
Salah seorang warga, Henny Boiya, yang ditemui di Pasar
Sentral Timika, mengatakan bahwa harga beras memang mengalami kenaikan. Namun,
karena merupakan kebutuhan pokok, ia tetap membelinya.
"Memang harganya naik, tapi mau bagaimana lagi? Ini
kebutuhan utama kami setiap hari, jadi tetap harus dibeli," ujarnya kepada
Salampapua.com, Selasa (8/7/2025).
Hal serupa disampaikan oleh pembeli lainnya, Lully. Ia
mengaku terpaksa membeli beras dengan harga lebih mahal karena beras program
Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog yang biasanya ia
konsumsi, kini tidak tersedia di pasaran.
"Yang bikin bingung, kenapa beras Bulog SPHP tidak
dijual lagi? Padahal harganya lebih murah dan kualitasnya bagus. Sekarang
terpaksa beli yang ada, meskipun mahal," keluhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Mimika, Ouceu Satyadipura, S.ST., GradDipl.PSt., MAPS, menjelaskan bahwa
kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama
inflasi di Mimika pada bulan Juni, yaitu sebesar 3,93 persen.
Ia merinci, komoditas pangan yang memberikan andil terhadap
inflasi month-to-month (m-to-m) antara lain: terong sebesar 0,06 persen, beras
0,04 persen, udang basah 0,03 persen, serta tomat, gula pasir, tauge, labu
siam, jeruk nipis, tempe, dan tahu mentah masing-masing sebesar 0,01 persen.
"Meskipun daging babi menjadi penyumbang inflasi
year-on-year (y-on-y) tertinggi di bulan Juni sebesar 1,17 persen, namun beras
juga turut memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,04 persen pada periode yang
sama," jelas Ouceu.
Penulis: Evita
Editor: Sianturi