SALAM PAPUA (TIMIKA)- Hikikomori adalah istilah untuk
menggambarkan seseorang yang tidak mau bersosialisasi, menarik diri dari
lingkungan, dan berdiam diri di rumah dalam waktu yang lama. Keadaan ini tidak
boleh dianggap sepele karena bisa menyebabkan stres, depresi, bahkan muncul
keinginan untuk bunuh diri.
Sebagai makhluk sosial, normalnya seseorang akan
bersosialisasi dan berteman dengan orang lain agar bisa menjalani kehidupan
dengan baik. Bersosialisasi tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bermanfaat
untuk mengurangi stres, meningkatkan kualitas hidup, serta menjadi media untuk
bertukar pikiran.
Namun, pelaku hikikomori cenderung menghindari aktivitas
sosial dan mengisolasi diri dari lingkungan. Pelaku hikikomori justru akan
mengisolasi diri dan tidak melakukan kontak sama sekali dengan orang lain,
selain anggota keluarganya. Hikikomori juga kerap membuat orang menjadi
kehilangan tujuan hidup.
Kenali Hikikomori
Istilah hikikomori pertama kali dipelopori oleh Tamaki Saito
pada tahun 1998 untuk menyebut seseorang yang berhenti sekolah atau bekerja dan
hanya berdiam diri di rumah selama lebih dari 6 bulan.
Hikikomori tidak hanya dialami oleh penduduk Jepang, karena
sebagian penduduk di berbagai negara juga mengalaminya. Umumnya, hikikomori
lebih sering dialami oleh remaja dan dewasa muda, khususnya kaum pria. Namun,
kondisi ini juga bisa dialami oleh wanita segala usia, termasuk para lansia.
Ada 2 jenis hikikomori, yaitu hikikomori primer di mana
pelaku tidak memiliki gangguan kejiwaan penyerta yang menyebabkannya
mengisolasi diri dan hikikomori sekunder di mana pelaku memiliki gangguan
kejiwaan.
Sebenarnya, sampai saat ini penyebab pasti dari hikikomori
belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa
memicu timbulnya kondisi ini, yaitu:
Mendapatkan bullying di sekolah, kantor, atau masyarakat, memperoleh
pola pengasuhan yang salah, yaitu terlalu sering dimanja oleh keluarga,
sehingga tidak ada keinginan untuk keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang
lain.
Memiliki sifat penyendiri dan tidak terbiasa untuk memulai
percakapan atau hubungan dengan orang lain, terutama yang tidak dikenal, mengalami
kecanduan internet dan ponsel sehingga enggan untuk keluar rumah dan
bersosialisasi dan mengalami gangguan kejiwaan (pada hikikomori sekunder).
Bahaya Hikikomori bagi Kesehatan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kondisi hikikomori
bisa terjadi dengan atau tanpa gangguan kejiwaan. Jadi, kondisi ini dapat
memberikan dampak negatif pada kesehatan mental pelakunya.
Isolasi ekstrem yang dilakukan oleh pelaku hikikomori bisa
memicu munculnya beragam kondisi berikut ini: stress, depresi, gangguan
kepribadian, gangguan kecemasan, skizofrenia.
Keinginan bunuh diri
Karena menghindari komunikasi sosial, bahkan dengan anggota
keluarga, pelaku hikikomori cenderung merasa kesepian. Nah, selain menimbulkan
dampak buruk pada kesehatan mental, kesepian juga turut memberikan pengaruh
buruk pada kesehatan fisik, lho.
Beberapa dampak negatif kesepian bagi kesehatan, antara lain
menurunkan kualitas tidur, meningkatkan risiko terjadinya demensia, berisiko
tinggi mengalami penyakit kardiovaskular, serta muncul keinginan untuk
melakukan kebiasaan buruk yang bisa mengundang penyakit, seperti merokok dan
minum minuman beralkohol.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hikikomori
menimbulkan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental pelakunya. Jika
tidak ditangani, hikikomori yang parah dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
Jika kamu merasa ingin selalu sendiri dan tidak tertarik
untuk berkomunikasi dengan orang lain, seperti orang dengan kondisi hikikomori,
ditambah lagi tidak ada keinginan untuk beraktivitas atau berpikir untuk
mengakhiri hidup saja, cobalah untuk menceritakan hal tersebut pada sahabat,
keluarga, atau pasangan. (Alodokter)
Editor: Sianturi