SALAM PAPUA (TIMIKA)- Plasmodium adalah parasit yang menjadi
penyebab utama penyakit malaria. Jika tidak dideteksi dan diobati dengan
segera, infeksi Plasmodium dapat menimbulkan komplikasi berat yang berisiko
mengancam nyawa, terutama pada anak-anak serta orang dengan daya tahan tubuh
yang lemah.
Indonesia masih tergolong sebagai negara endemis malaria,
sehingga infeksi Plasmodium sering menjadi tantangan besar dalam menjaga
kesehatan masyarakat. Parasit ini berpindah ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang sudah terinfeksi.
Setelah masuk ke aliran darah, Plasmodium akan berkembang
biak dan menyerang sel darah merah, sehingga muncul gejala demam naik-turun,
menggigil, hingga berkeringat banyak. Untuk memahami risiko dan penanganan
malaria, mari kenali lebih jauh cara kerja serta bahaya Plasmodium berikut ini.
Jenis Plasmodium Penyebab Malaria pada Manusia
Ada beberapa jenis Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia
dan menyebabkan malaria, dengan gejala dan tingkat keparahan yang berbeda.
Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis utama Plasmodium penyebab malaria:
1. Plasmodium falciparum
Jenis ini paling sering ditemukan di Indonesia dan dunia,
serta menjadi penyebab utama malaria berat dan kematian, terutama pada
anak-anak serta ibu hamil. Gejalanya seringkali lebih parah dan berkembang
sangat cepat.
Selain itu, parasit Plasmodium falciparum dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kecil, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi serius, seperti malaria serebral atau kegagalan organ.
2. Plasmodium vivax
Jenis ini sering menyebabkan malaria kambuhan karena bisa
bersembunyi di hati, kemudian aktif kembali setelah beberapa bulan bahkan
tahun. Gejalanya biasanya lebih ringan dibanding P. falciparum, tetapi tetap
harus diwaspadai.
Plasmodium vivax juga dapat ditemukan di berbagai wilayah
endemis di Indonesia dan menjadi salah satu penyebab utama kasus malaria di
Asia Tenggara.
3. Plasmodium ovale
Infeksi jenis ini lebih jarang ditemukan dan umumnya
menimbulkan gejala ringan hingga sedang. P. ovale juga dapat bersembunyi di
hati, seperti P. vivax. Selain itu, masa inkubasi infeksi P. ovale umumnya
sedikit lebih lama dibandingkan jenis lainnya, sehingga gejala malaria bisa
baru muncul beberapa minggu setelah terinfeksi.
4. Plasmodium malariae
Jenis ini menyebabkan infeksi yang berkembang lambat dan
sering menimbulkan anemia kronis, tetapi jarang berujung pada komplikasi berat.
Infeksi Plasmodium malariae juga dapat menetap di dalam tubuh selama
bertahun-tahun, sehingga penderitanya bisa menjadi sumber penularan malaria
meskipun tidak menunjukkan gejala.
5. Plasmodium knowlesi
Awalnya ditemukan pada monyet, kini P. knowlesi juga dapat
menginfeksi manusia. Gejalanya bisa mirip infeksi P. falciparum, sehingga perlu
penanganan cepat. Selain itu, siklus hidup P. knowlesi di dalam tubuh manusia
tergolong singkat, sehingga gejala dapat berkembang dengan cepat dan harus
segera ditangani untuk mencegah komplikasi.
Penularan Infeksi Plasmodium
Penularan Plasmodium ke manusia terutama terjadi melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi setelah menggigit penderita
malaria. Selain melalui gigitan nyamuk, penularan juga dapat terjadi melalui
transfusi darah dari penderita, penggunaan jarum suntik yang tidak steril,
serta penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, meskipun kasus ini sangat
jarang.
Setelah masuk ke dalam tubuh, Plasmodium akan berkembang
biak di organ hati, lalu menyerang sel darah merah. Proses ini memicu gejala
khas malaria, seperti demam berulang setiap 2–3 hari, menggigil, sakit kepala,
lemas, mual, muntah, dan keringat berlebihan.
Risiko dan Komplikasi Infeksi Plasmodium
Infeksi Plasmodium bisa menimbulkan komplikasi serius,
terutama jika disebabkan oleh P. falciparum. Berikut beberapa komplikasi yang
bisa terjadi akibat infeksi malaria:
Anemia berat, akibat banyaknya sel darah merah yang hancur,
kerusakan organ, seperti ginjal, hati, atau otak (malaria serebral), yang dapat
menyebabkan kejang, koma, hingga kematian, penurunan kesadaran dan syok, akibat
kegagalan organ vital.
Risiko keguguran, kelahiran prematur, atau bayi lahir dengan
berat badan rendah jika terinfeksi saat hamil, kematian, terutama pada
anak-anak karena sistem imun tubuhnya yang belum matang dan komplikasi lebih
sering muncul apabila malaria tidak segera diobati. Oleh karena itu, deteksi
dini dan penanganan medis sangat penting agar tidak menimbulkan dampak fatal.
Pencegahan Infeksi Plasmodium untuk Menghindari Malaria
Pencegahan infeksi Plasmodium merupakan kunci utama untuk
menurunkan angka kejadian malaria. Berikut langkah-langkah pencegahan yang
dapat Anda lakukan:
Gunakan kelambu saat tidur untuk mencegah gigitan nyamuk. Oleskan
obat antinyamuk sebelum tidur atau saat beraktivitas di luar ruangan, terutama
pada malam hari. Kenakan pakaian berlengan panjang dan celana panjang saat
berada di daerah rawan malaria.
Tutup rapat tempat penampungan air dan rutin membersihkan
lingkungan sekitar rumah agar nyamuk tidak bersarang. Lakukan pengasapan
(fogging) secara berkala di lingkungan tempat tinggal dan konsumsi obat
pencegah malaria sesuai anjuran dokter, terutama jika akan bepergian ke daerah
endemis
Jika Anda baru pulang dari daerah endemis malaria dan
mengalami gejala yang mengarah pada infeksi Plasmodium, seperti demam tinggi
yang sulit turun, menggigil, dan berkeringat banyak, segera konsultasikan
dengan dokter. Dokter akan membantu mengevaluasi gejala Anda, memberikan saran
pemeriksaan lanjutan jika diperlukan, serta merekomendasikan penanganan yang
sesuai untuk mencegah komplikasi. (Alodokter)
Editor: Sianturi