SALAM PAPUA (TIMIKA) - Sejumlah pembudidaya ikan air tawar
di Kabupaten Mimika mengeluhkan kematian massal benih ikan sejak beberapa bulan
terakhir. Fenomena ini disebut merugikan hampir seluruh pembudidaya di wilayah
tersebut.
Suyono, pembudidaya ikan di SP5, mengatakan kematian benih
ikan terjadi sejak Juli hingga September 2025. Ia menyebutkan jumlah benih yang
mati mencapai ratusan juta ekor, termasuk lele dan beberapa jenis ikan lainnya.
“Bukan hanya saya, tapi 95 persen pembudidaya ikan di Timika
mengalami hal yang sama,” ungkapnya saat menghadiri Sosialisasi Diseminasi
Sistem Bioflok Hama dan Penyakit Ikan Air Tawar yang digelar Dinas Perikanan
Mimika, Selasa (16/9/2025).
Meski kondisi ini sudah dilaporkan ke Dinas Perikanan, namun
upaya penanganan terkendala ketiadaan laboratorium untuk meneliti penyakit ikan
di Timika. Selama ini, pembudidaya hanya bisa memilah benih yang masih hidup
dan mencoba berbagai cara secara mandiri.
“Kalaupun pakai keramba, tetap saja penyebab matinya benih
tidak bisa diketahui, karena di Timika tidak ada laboratorium,” lanjut Suyono.
Hal senada disampaikan Halim, pembudidaya di SP1.
Menurutnya, kematian massal bukan hanya terjadi pada ikan lele, tetapi juga
jenis lain seperti nila.
Melalui forum sosialisasi tersebut, para pembudidaya
berharap adanya solusi nyata, baik berupa pakan, obat, maupun langkah teknis
pencegahan dari Dinas Perikanan maupun Balai Perikanan.
“Kami berharap ada bantuan obat atau langkah yang bisa
menekan angka kematian benih ikan,” tambah Manulang, pembudidaya asal SP4.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi