SALAM PAPUA (TIMIKA) – Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Tengah menggelar Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) ke III Tahun 2025, yang dilaksanakan di Ballroom Hotel Grand Tembaga, Timika, Senin (10/11/2025).

Rakerkesda ini berlangsung selama dua hari, 10–11 November 2025, dengan mengusung tema “Aksi Bersama untuk Papua Tengah Sehat: Strategi dan Efektivitas Peningkatan Kesehatan.”

Kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk menyelaraskan kebijakan, memperkuat sinergi lintas sektor, serta memastikan pemerataan akses kesehatan bagi seluruh masyarakat Papua Tengah.

Peserta Rakerkesda terdiri atas kepala dinas kesehatan, kepala RSUD, kepala puskesmas, serta pejabat eselon III dan IV bagian program dari delapan kabupaten se-Papua Tengah.

Direktur Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Dr. Jefri Ardiyanto, menyampaikan bahwa pihaknya siap menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah.

“Permasalahan kesehatan di Papua Tengah hanya dapat diselesaikan bersama jika ada koordinasi dan sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Papua Tengah, Dr. drg. Yohanes Tebay, menjelaskan bahwa sejumlah isu penting yang dibahas meliputi peningkatan akses pelayanan kesehatan primer dan rujukan, penyediaan tenaga kesehatan, sarana prasarana, serta perencanaan anggaran.

“Beberapa poin utama yang kita bahas adalah penambahan fasilitas, tenaga kesehatan, dan penyediaan prasarana. Ini menjadi fokus kita di Rakerkesda kali ini,” jelas Yohanes.

Ia memaparkan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persebaran penduduk di Papua Tengah rata-rata hanya 24 kepala keluarga per kilometer persegi, dengan 150 puskesmas, di mana 130 telah teregistrasi dan 20 lainnya masih dalam proses.

“Dengan sebaran penduduk yang luas dan akses terbatas, pelayanan tidak bisa hanya berpusat di gedung puskesmas. Kita harus mencari model pelayanan yang lebih adaptif,” tambahnya.

Menurut Yohanes, keterbatasan tenaga kesehatan juga masih menjadi tantangan.

“Masih ada kabupaten tanpa dokter gigi, seperti Dogiyai. Deiyai sementara didatangkan satu dokter oleh bupati, Paniai dua dokter, sedangkan Puncak dan Puncak Jaya masing-masing satu dokter,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Rizal Ubra, turut menyampaikan bahwa Mimika menjadi wilayah dengan fasilitas kesehatan terbanyak di Papua Tengah, seiring dengan tingginya mobilitas penduduk.

“Mimika memiliki 26 puskesmas, 20 di antaranya sudah terakreditasi. Sementara lima puskesmas di wilayah pegunungan dan satu di pesisir masih dalam proses akreditasi,” jelasnya.

Reynold menambahkan, terdapat 208 fasilitas kesehatan dan sekitar 3.000 tenaga kesehatan di Mimika yang sudah terverifikasi.

Adapun fasilitas rumah sakit di Mimika meliputi RSUD Mimika, RSMM, RS Waa Banti, RS TNI, RS Polri, dan RSIA.

Untuk penyakit menular, Reynold menuturkan bahwa Mimika berhasil menurunkan angka kasus malaria hingga 20 persen pada Mei 2025, dari hampir satu juta penduduk yang telah mengikuti tes malaria.

“Walaupun beban pelayanan tinggi, kami berupaya melakukan terobosan seperti program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk masyarakat umum dan anak sekolah. Hingga kini sudah 29 ribu orang menerima layanan, atau 61 persen dari target provinsi,” pungkasnya.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi