SALAM PAPUA (TIMIKA) - Tahun 2023 Yayasan
Pemberdayaan Masyarakat Amungme-Kamoro (YPMAK) telah memberdayakan 59 Kampung
di wilayah Pegunungan (Highland) Mimika dan 65 Kampung di wilayah Pesisir
(Lowland).
Direktur YPMAK, Vebian Magal mengatakan, sejak berubah
status menjadi yayasan, pengurus YPMAK menganut 3 hal penting yakni transparan,
akuntabel, dan tepat sasaran.
Dari hal tersebut, YPMAK melaksanakan satu program yang
bernama Program Kampung dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat di
kampung-kampung, baik di wilayah pesisir (dataran rendah) maupun di wilayah pegunungan
(dataran tinggi) Kabupaten Mimika.
“Program kampung sendiri untuk mengembangkan perekonomian
masyarakat melalui padat karya,” kata Vebian kepada wartawan di Kantor YPMAK,
jalan Yos Soedarso Timika , Jumat (5/5/2023).
Vebian menjelaskan, Program Kampung YPMAK memberikan banyak
manfaat kepada masyarakat. Manfaat yang dimaksudkan adalah mengedukasi
masyarakat terkait budaya kerja, dalam arti orang asli Papua jika mau dapat
uang harus bekerja. Kemudian, dengan bekerja maka lingkungan mereka menjadi
bersih, sehat, tertata dan merasa memiliki.
“Kami sadar, YPMAK perlu ada langkah-langkah memberdayakan
masyarakat lokal 2 suku asli dan 5 suku kekerabatan. Melalui program ini orang
akan melihat ternyata kerja YPMAK tidak hanya bantuan di kantor saja tapi di lapangan
dengan melihat secara langsung kegiatan masyarakat,” katanya.
Dia mengungkapkan, anggaran yang diberikan untuk kedua
wilayah sebesar Rp 40 Miliar, untuk pembangunan program-program di wilayah
tersebut. Dirinya mengakui bahwa program-program yang dilakukan dan dikerjakan
semua atas dasar kemauan masyarakat bersama Kelompok Kerja Pilihan (Pokja),
yang mana Pokja pun terdiri dari masyarakat lokal.
“Jadi setiap wilayah mendapatkan Rp 20 Miliar yang akan dibagikan
ke setiap kampung dan mereka melakukan program-program yang masyarakat
diskusikan sendiri bersama Pokja, sehingga kami YPMAK hanya sebagai
fasilitator,” ungkapnya.
Sementara itu, Wadir Program dan Monev YPMAK yang juga
Koordiantor Program Kampung wilayah pesisir, Nur Ihfa Karupukaro mengatakan
bahwa program-program yang dijalankan YPMAK yakni Pembuatan Pasar Tradisional,
Talut dan Penimbunan, Pembuatan Drainase, Pembuatan Jembatan, Pembuatan Lapapangan
Bola Voli, Pembuatan Pos Kamling, Perkebunan Pisang, dan Rumah Adat.
“Tujuan program yang dilakukan yaitu: pertama, memberikan
penghasilan tambahan bagi masyarakat di Kampung; kedua, meningkatkan ekonomi;
ketiga, masyarakat harus bekerja terlebih dahulu sebelum mendapatkan hasil; dan
keempat, program ini berfokus kepada masyarakat suku Amungme dan Kamoro,” tuturnya.
Pokja sendiri bertujuan untuk melihat langsung terkait
program kerja yang diusulkan dan dilakukan oleh masyarakat, serta menerima dana
dari hasil kerja masyarakat di kampung.
“Proses pemilihan Pokja dilakukan secara musyawarah dan TPPK
YPMAK turun dengan masyarakat melihat langsung apa yang sudah mereka lakukan
untuk memilih perwakilan tersebut. Kemudian masyarakat dan Pokja menyusun
program yang diusulkan ke TPPK YPMAK,” terangnya.
Sedangkan Sekretaris YPMAK yang juga koordinator wilayah
pegunungan, Johana Saidui menambahkan, awal dari pelaksanaan Program Kampung di
tahun 2021 lalu, untuk wilayah pegunungan Program Kampung menyasar pada 8
lembah atau wilayah, yakni Aroanop, Tsinga, Banti I, II, dan Opitawak, serta Hoeya,
Jila, Agimuga, Bela-Alama, dan Duma-Dama.
Namun karena di wilayah pegunungan yang memiliki medan yang
berat, maka dipecah menjadi 10 lembah, yakni Aroanop, Tsinga, Banti I, II, dan
Opitawak, serta Hoeya, Jila, Agimuga, Bela, Alama, Duma, dan Dama.
“10 lembah ini mencakup 59 kampung di wilayah pegunungan,”
katanya.
Untuk wilayah pegunungan jumlah Pokjanya tidak 5 orang,
tetapi bisa mencapai 7 orang bahkan kurang dari 5 orang. Hal ini terjadi karena
melihat jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi dan
pelatihan, seperti penyusunan rencana anggaran belanja (RAB), rencana kerja,
dan laporan pertanggungjawaban.
Kemudian untuk anggaran program kampung, dibagi menjadi 2,
yakni 20 persen untuk operasional dan 80 persen untuk program.
“Operasional untuk wilayah dataran tinggi banyak dipakai
untuk transportasi, khususnya transportasi udara. Dan Program ini sangat
diminati oleh masyarakat karena hasilnya kembali kepada masyarakat,” ujarnya.
Wartawan: Evita
Editor: Jimmy