SALAM PAPUA (TIMIKA) – Isu gender dikotomi laki-laki-perempuan merupakan salah satu isu yang mengemuka bukan saja di Indonesia tapi juga di seluruh belahan dunia, namun bagi PT Freeport Indonesia (PTFI), gender bukan lagi menjadi isu sebab yang difokuskan adalah kualitas dan pengalaman bekerja dalam menghasilkan tujuan produksinya.

PTFI memandang laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan serta peluang karier yang sama di ranah manajemen dan di area kerja operasinya.

Dari sekian banyak wanita yang bekerja di PTFI, sebut saja, Rode Yetmince Florence Ajomi, atau yang akrab disapa Roce, merupakan wanita Papua yang dipercayakan PTFI untuk menduduki posisi stategis sebagai manajer di Grasberg Erathworks PTFI.

Seperti diketahui, untuk leveling staf di PTFI, posisi manajer menduduki level 5. Dimana Level 1 adalah foreman, level 2 general foreman, level 3 superintendent, level 4 general superintendent, level 5 manajer, dan level 6 vice president sebagai senior staf di PTFI. Kemudian di bawah level staf ini juga terdapat level non-staf terdiri dari 5 level.

Memang merupakan proses perjalanan karier yang tidak mudah Rode dapat melewati berbagai level posisi di PTFI yang akhirnya dirinya berada di posisi saat ini.

Dalam wawancara eksklusif dengan salampapua.com belum lama ini, wanita yang berasal dari kampung Doromena, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua ini mengaku merasa senang dan bangga bercampur khawatir saat dirinya ditunjuk sebagai manajer di perusahaan tambang raksasa berskala internasional sekelas PTFI sejak tanggal 4 September 2023.

Lulusan Teknik Industri dari Universitas Atmajaya Yogyakarya ini menjelaskan perasaan senang dan bangganya karena dirinya dalam perjuangan, dedikasi dan komitmen yang begitu kuat selama 20 tahun lebih bekerja di area tambang terbuka Grasberg PTFI akhirnya bisa dipercayakan di posisi tersebut. Sedangkan rasa khawatir yang dia miliki karena harus memegang tanggung jawab yang lebih tinggi di samping harus membawahi para pekerja yang notabene didominasi pekerja laki-laki.

Namun rasa khawatirnya ini pun kemudian langsung dapat dikikis karena sebuah prinsip yang begitu kokoh selalu dia pegang dalam kepemimpinan yakni menjadi pemimpin yang menunjukkan contoh bukan sekedar instruksi.

“Rasa senangnya ada, rasa bangganya ada, rasa khawatirnya juga ada (saat ditunjuk sebagai Manajer), karena kan tanggungjawabnya semakin besar ya. Karena kita harus melihatnya lebih tinggi lagi dan kalau menurut saya, begitu kita mendapat satu tanggung jawab yang lebih dan kita banyak dilihat orang, kita harus betul-betul menjadi contoh. Itu harus harus kita pegang dan kita komit. Komitmen ini yang memang harus ada dalam diri kita, karena di Freeport ini, terutama untuk tim kami, yang banyak berhubungan dengan pekerja di lapangan,” ujar wanita yang mengaku Ayahnya berasal dari Nabire dan Ibunya dari Jayapura ini.

Rode mengungkapkan, sebagai manajer yang membawahi begitu banyak krunya yang didominasi laki-laki dengan wanita yang hanya berjumlah 3 orang, dia harus juga menjadi sosok yang loyal menaati berbagai aturan yang begitu ketat di PTFI sembari menunjukkan etos kerja yang kuat kepada bawahannya, yang mana dia sebut banyak juga pekerja orang asli Papua, khususnya dari 7 suku yang berasal dari Kabupaten Mimika.

Di samping itu, menurut dia, dalam dunia pekerjaan, sebuah keberhasilan pekerjaan itu bukan dilihat dari posisi atau latar belakang apapun yang dimiliki, tapi bagaimana kerjasama tim dan selalu membangun komunikasi dengan tim itu menjadi faktor yang sangat penting.

“Ketika kita bicarakan sesuatu aturan, kita menyosialisasikan aturan itu, kita juga harus menjalankan aturan itu. Kita harus berikan yang terbaik dalam pekerjaan kita. Jadi kalau di Freeport itu, sebelum anak buah atau kru masuk ke tempat kerja, kami harus memastikan keamanan di situ dan kami yang di posisi superintendent sampai manajer harus memastikan aman dulu baru kita perbolehkan mereka masuk,” ungkapnya.

Di akhir wawancara dengan sosok yang rendah hari namun begitu lugas dan to the point dalam kata-kata sebagai sebuah habitual dengan lingkungan kerja di area operasi ini, Rode turut menyampaikan motivasi dan pesan khususnya kepada kaum perempuan, termasuk orang asli Papua, untuk tidak selalu mengambil berbagai peluang yang ada dan jangan pernah batasi diri tapi selalu mau berkomunikasi dengan siapapun.

“Selain itu, saat kita akan bekerja di Papua, mempelajari budaya dan karakteristik Papua juga sangat penting dilakukan di samping secara konsisten melakukan pengembangan diri dalam bidang keahlian yang dimiliki,” tutupnya. (Adv)

Penulis/Editor: Jimmy