SALAM
PAPUA (TIMIKA) – PT Freeport Indonesia (PTFI) melalui Institut
Pertambangan Nemangkawi (IPN) kembali menggelar pelatihan pembelajaran Papuan
Bridge Program Youth Entrepreneurship (PBP) kepada 11 wirausaha muda asli
Papua.
Pembukaan pelatihan ini secara resmi dilakukan
oleh Senior Vice Presiden Community Development PTFI, Nathan Kum, yang dilaksanakan
di Multifunction Room NMI LIP Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Rabu (17/4/2014).
Nathan Kum dalam sambutannya mengatakan, program
ini dinilai sangat luar biasa, dimana melalui program ini pebisnis muda mendapatkan
berbagai materi sehingga dapat menciptakan kemandirian dalam berusaha dan juga memberikan
keterampilan dalam berusaha.
“Melihat dari semua peserta adalah OAP (Orang
Asli Papua, Red), maka kita yakin
merekapun bisa. Siapa bilang OAP tidak bisa, hanya karena kesalahan dalam
berusaha, dengan program ini, saya yakin anak-anak ini bisa sukses,” ujarnya.
Dirinya juga menekankan, PTFI akan selalu
mendukung program-program yang memberikan perubahan dan peningkatan
kesejahteraan bagi masyarakat, sehingga program yang diberikan bisa digunakan
terus menerus dan dapat dibagikan kepada masyarakat luas.
“PTFI selalu mendukung penuh program-program
yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, yang saya harapkan selesai dari
pelatihan ini, kesebelas pebisnis ini bisa menyampaikan ilmunya kepada keluarga
dan orang terdekat mereka, dan saya di tahun depan pesertanya bisa lebih
banyak,” harapnya.
Sementara itu, Superintendent Apprentice
Management Institut Pertambangan Nemangkawi, Imanuel Kafiar dalam laporannya
mengatakan, aktivitas pembelajaran Papuan Bridge Program Youth Entrepreneurship
akan berlangsung kurang lebih 3-4 bulan. Ini juga sekaligus sebagai ajang
memperkenalkan program ini kepada pihak-pihak terkait untuk mengajak peran
serta dan keterlibatan dalam pengembangan kualitas generasi muda Papua.
Sebagai gambaran umum, Institut Pertambangan
Nemangkawi (IPN) yang didirikan pada tahun 2003 merupakan bentuk Komitmen
Sosial PT Freeport Indonesia untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), khususnya Masyarakat Lokal Papua untuk menjadi tenaga kerja
yang kompeten dan siap kerja melalui program-program pelatihan.
Salah satu program pelatihan reguler yang
dimiliki oleh IPN selain program Apprentice, adalah Papuan Bridge Program.
Papuan Bridge Program (PBP) merupakan program
pengembangan berdurasi singkat (selama 3 bulan) untuk mahasiswa Papua yang
telah lulus dari Perguruan Tinggi atau Universitas, yang nantinya akan
melanjutkan ke dunia kerja dan/atau apabila mereka memiliki potensi (minat
& bakat).
“Mereka dapat terjun ke dunia usaha melalui
program ini. Institut Pertambangan Nemangkawi terus berupaya untuk
mengembangkan kapasitas generasi muda Papua semaksimal mungkin, sehingga para lulusan
PBP nantinya mampu bersaing dan berprestasi di dunia kerja yang sesungguhnya,”
ujarnya.
PBP sejak pertama kali diluncurkan di tahun
2012 hingga tahun 2020 telah berhasil meluluskan 213 siswa yang terbagi dalam
19 angkatan, dan hingga saat ini para alumni PBP telah bekerja di berbagai
bidang profesi dan perusahaan seperti pertambangan, perbankan, BUMN, LSM,
instansi pemerintahan, lembaga pendidikan, pengusaha, perusahaan swasta, dan
kontraktor, termasuk di PT Freeport Indonesia.
Proses pembelajaran di PBP mengadopsi metode
yang dinamis, dimana peserta diajarkan berbagai hal, yang pada umumnya akan
dijumpai dan dihadapi dalam dunia kerja, maupun usaha, seperti ketrampilan
berbicara di muka umum, kemampuan presentasi, ketrampilan computer, kemampuan
berbahasa Inggris, kepemimpinan, kewirausahaan, tips menghadapi psikotes dan
wawancara, serta materi-materi lainnya.
Dalam menjalankan program-program pelatihan
tersebut, IPN berkolaborasi dengan berbagai, divisi atau departemen di PTFI,
seperti L&OD, PAD, Community Economic Development, Dept. Environmental dan
instansi terkait lainnya di internal, maupun eksternal PTFI.
Lebih lanjut, PBP adalah bukan program ikatan
dinas dengan Institute Pertambangan Nemangkawi maupun PTFI, sehingga setelah
menyelesaikan program ini, para peserta dapat mendaftarkan diri ke berbagai
perusahaan, organisasi, termasuk instansi pemerintahan.
Di tahun ini 2024, setelah vakum lebih dari
tiga tahun, PBP kembali dibuka dengan konsep baru bernama Papuan Bridge Program
Youth Entrepreneurship yang lebih difokuskan kepada pengembangan kapasitas
anak-anak muda asli Papua yang memiliki minat dan bakat di bidang kewirausahaan
(bisnis).
Secara spesifik tujuan PBP Youth
Entrepreneurship yaitu:
1. Mengembangkan minat dan bakat generasi muda
Papua untuk menjadi pengusaha mandiri dan berdaya saing,
2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan,
serta mental para generasi muda asli Papua untuk menjadi pengusaha yang
kompeten di dunia usaha,
3. Menciptakan agen-agen perubahan (agents of
change) yang menjadi magnet, contoh dan teladan bagi generasi muda Papua
lainnya untuk berani terjun ke dunia usaha.
Selanjutnya,untuk menunjang berjalannya
program pelatihan ini, PBP Youth Entrepreneurship mengadopsi materi
pembelajaran dari program Dream Builder yang dibuat oleh Freeport McMoran
Foundation yang berkolaborasi dengan Thunderbird School of Global Management
dan Arizona State University (ASU).
Dream Builder merupakan program pelatihan
bersertifikasi online gratis yang telah diikuti oleh lebih dari 185 ribu orang
di 182 negara.
Program berbahasa Inggris ini memiliki 13
modul pembelajaran mencakup pengetahuan bisnis dasar yang diperlukan untuk
memulai dan mengembangkan usaha kecil, seperti membuat rencana bisnis, pemasaran,
penetapan harga, dan materi lainnya.
Metode pembelajaran dilengkapi secara
visualisasi, video animasi, cerita pengalaman dari praktisi usaha, dan
dilengkapi dengan template-template bisnis sederhana, sehingga memudahkan para
pelaku usaha yang baru belajar berbisnis atau mereka yangsudah memiliki bisnis
dan ingin mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya.
Untuk menopang program ini, IPN juga
berkolaborasi dengan seksi Pembinaan & Pengembangan UMKM (PPUMKM) Departemen Community Economic
Development (CED)) yang akan bertindak sebagai instruktur dan fasilitator,
dimana PPUMKM-CED dinilai telah memiliki segudang pengalaman dalam
mengembangkan dan membina pengusaha-pengusaha lokal asli Papua.
Berkaitan dengan proses penjaringan kandidat
PBP Youth Entrepreneurship, dimana tim PBP NMI dan tim PPUMKM CED telah mulai
melakukan proses seleksi kandidat PBP Youth Entrepreneurship sejak pertengahan
tahun 2023, hingga awal tahun 2024.
Para kandidat PBP Youth Entrepreneurship dijaring
melalui beberapa tahapan proses seleksi, yaitu tes verbal dan numerik, wawancara, kunjungan lapangan ke
tempat usaha calon peserta, dan tes kesehatan (MCU).
Proses penjaringan dan seleksi dilakukan di
beberapa kampus di Timika dan bagi peserta yang
berdomisili di luar Timika dilakukan secara online.
Tahapan tes verbal dan numerik diikuti oleh
252 orang, kemudian yang dinyatakan lolos ke tahapan wawancara sebanyak 115
orang, dan diperoleh 48 orang yang lolos tes wawancara. Setelah dilakukan verifikasi
tempat usaha, minat dan bakat, maka diperoleh 16 orang yang lolos ke tahapan
Tes Kesehatan (MCU).
Dari 16 kandidat PBP Youth Entrepreneurship tersebut,
1 orang mengundurkan diri, 5 orang tidak lolos tes kesehatan dan 11 orang dinyatakan lolos tes kesehatan.
“11 orang tersebut adalah mereka yang saat ini
hadir bersama-sama dengan kita, terdiri dari 1 laki-laki dan 10 perempuan,
dimana 2 peserta berasal dari suku Amungme, 3 peserta dari suku Kamoro, 1
peserta dari suku Dani, 1 peserta dari suku Damal, 1 peserta dari suku Moni dan
3 peserta dari Papua lainnya (yakni Biak, Waropen dan Raja Ampat),” jelasnya.
Para peserta akan mengikuti pembelajaran
selama 15 Minggu atau 3-4 bulan secara hybrid (online & offline) yang akan
dipandu oleh para instruktur dari IPN dan Program Pembinaan dan Pengembangan UMKM CED untuk mengakses dan
menyelesaikan 13 modul Dream Builder yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia untuk memudahkan para siswa/peserta memahami materi yang diberikan.
“Harapan kami, para peserta PBP Youth
Entrepreneurship mampu mengaplikasikan materi-materi Dream Builder secara
praktis ke dalam aktivitas usahanya, sehingga berdampak positif bagi kemajuan
usaha mereka. Juga, pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dapat dibagikan
dengan orang lain di sekitar mereka,” harapnya.
Peserta pelatihan asli dari Waropen Biak yang
berprofesi sebagai mahasiswa, Agatha Eva Yenusi, yang juga merupakan pedagang
coconut oil selama dua tahun berjalan, di kesempatan yang sama ia mengutarakan
rasa terima kasihnya kepada PTFI, dalam hal ini Institut Nemangkawi yang telah
menyelenggarakan program ini.
“Ini semua karena rencana Tuhan, saya bisa
terpilih sebagai salah satu peserta program PBP Youth Entrepreneurship, dan
saya berjanji akan mengikuti hingga selesai,” ucapnya.
Begitu juga disampaikan Fatima Onawame salah
satu peserta asal suku Amungme yang berbisnis mengontrakkan tempat kontener
pulsa, ia mengungkapkan rasa bahagianya terpilih mengikuti program PBP Youth
Entrepreneurship. Ia berharap llmu yang diperoleh ini bisa diterapkan nanti
dalam usaha yang ia jalankan sekarang.
“Pernah sebelumnya saya membuka usaha kontener
pulsa, tetapi saya akhirnya tutup, dan saya mulai buka usaha menyewakan
kontener tempat jual pulsa. Saya berharap setelah mendapatkan ilmu dari para
mentor, saya bisa terapkan itu di usaha saya, agar bisa maju lagi,” cetusnya.
Kemudian, Fransina Weyau peserta asal suku Kamoro
yang keseharianya berjualan pinang dan membuka usaha warung kopi, dirinya
berterima kasih kepada PTFI karena begitu banyak perserta namun ia bisa menjadi
salah satu orang yang terpilih menjalani program PBP Youth Entrepreneurship.
Ia bercerita hingga ada di tahap ini, dirinya
menjalani proses yang sangat panjang, kurang lebih hampir setahun mengikuti
tahapan, mulai dari memasukan surat permohonan, tes wawancara, tes terlulis
hingga MCU.
“Awalnya saya mendapat informasi bila
Nemangkawi sedang membuka program PBP Youth Entrepreneurship, dari WhatsApp grup,
dan saya mencoba memasukan lamaran. Intinya di sini kita harus bersabar saja
dan tetap jaga kesehatan, karena proses untuk mengikuti program ini sangat
panjang,” ungkapnya.
Penulis: Evita
Editor: Jimmy