SALAM
PAPUA (TIMIKA) - Sejumlah pedagang sembilan bahan
pokok (Sembako) di pasar Sentral Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua
Tengah, terpaksa gigit jari dengan penghasilan mereka yang kini merosot.
Nurlela yang merupakan salah satu pedagang Sembako
di pasar milik pemerintah itu mengaku merosotnya penghasilan mereka saat ini
diakibatkan ulah beberapa dinas yang gencar menggelar pasar murah dengan
harga murah meriah.
Berdasarkan pantauannya, harga bawang merah yang
mereka jual di pasar Rp 55 ribu/kg, tetapi pemerintah menggelar pasar murah dan
menjual bawang merah dengan harga yang murah meriah yaitu Rp 30 ribu/kg.
Demikian halnya bawang putih yang dijual di pasar Sentral Rp 60 ribu/kg, tapi
di pasar murah pemerintah dijual Rp 35 ribu/kg, sedangkan tomat seharga Rp 30
ribu/kg di pasar Sentral, tapi di pasar murah pemerintah dijual Rp 15 ribu/kg.
"Bayangkan saja kami jual bawang merah Rp
55 ribu/kg, lalu di pasar murah pemerintah harganya Rp 35 ribu/kg, yang jelas
masyarakat memilih ke pasar murah semua, padahal kami beli bawang merah di
distributor seharga Rp 55 ribu/kg, jadi kami hanya ambil keuntungan Rp 5 ribu.
Begitu juga untuk jenis barang lainnya, kami benar-benar sepi sekarang,"
ungkapnya, Kamis (4/4/2024).
Ia mengungkapkan bahwa dirinya dan pedagang
lain tidak menyalahkan pemerintah menggelar pasar murah, mengingat hal itu
sangat membantu masyarakat, namun dia berharap pemerintah juga dapat
mempertimbangkan dampaknya bagi pedagang.
"Pasar murah Pemkab itu sangat gencar
sejak sebelum natal 2023 sampai saat ini, bagaimana masyarakat mau datang
belanja ke pasar Sentral? Penghasilan kami sekarang sangat turun jauh
sekali," ujarnya.
Di samping itu, penyebab lainnya karena
masyarakat Timika cenderung memilih berbelanja di pasar lain sesuai jangkauan
tempat tinggal sehingga diharapkan Pemkab Mimika bertindak tegas agar semua
pedagang di pasar lainnya dipindahkan ke pasar sentral.
"Saya pindah dari pasar lama karena
pemerintah yang perintahkan, tapi setelah saya pindah lalu kenapa yang pedagang
lain masih dibiarkan di pasar lama? Saya harapkan Pemkab tegas untuk persoalan
relokasi pedagang," katanya.
Ame yang juga merupakan pedagang Sembako di
pasar Sentral juga merasakan hal yang sama. Ia menyebutkan, pasar murah yang
digelar Pemkab benar-benar menekan dan menutup rejeki bagi pedagang di pasar Sentral.
"Kita tahu alasan pemerintah gelar pasar
murah itu untuk mengendalikan inflasi daerah, tapi apakah harus menutup rejeki
pedagang? Saya berharap media bisa menjembatani kami dan Pemkab supaya mencari
solusinya," ujarnya.
Pedagang lainnya, Bude Tempe menyebutkan bahwa
salah satu penyebab yang menjadikan pasar Sentral sepi ialah ditutupnya akses
dua arah di jalan Budi Utomo. Karena itu, ia berharap Pemkab Mimika bisa
mengkaji ulang dan membuka kembali dua arah di jalur tersebut.
"Penghasilan kami berkurang lantaran
Pemkab Mimika jadikan jalan Budi Utomo hanya satu jalur. Jadinya masyarakat
kesulitan ke sini," katanya.
Penulis : Acik
Editor : Jimmy