SALAMPAPUA (TIMIKA)- Masih ingat dengan Anggota Brimob Satgas Amole yang tergabung dalam pengamanan objek vital nasional PT Freeport Indonesia, Bripka Desri Sahrondi, tewas digigit ular. Desri digigit saat sedang bersantai di Kali Iwaka, Timika, Papua pada 29 Juli 2019 silam.

Sebelumya disebut jenis ular yang menggigit Desri adalah derik. Namun, menurut keterangan Jessik Kukuh dari Reptile Rescue Timika, jenis ular yang menggigit Desri adalah death beludak Australia atau dikenal dengan Death Adder sebagaimana dikutip dari Kumparannews.

"Death Adder adalah salah satu ular dengan tingkat bisa tinggi. Kebanyakan korban gigitan berujung fatal atau kematian," kata Jessik, Senin (29/7).

Death Adder tersebar hampir di seluruh wilayah Australia dan Papua bagian selatan, termasuk Kabupaten Mimika. Kata Jessik, Death Adder juga sebelumnya pernah menggigit seorang anak kecil hingga tewas di wilayah Mapurujaya, Distrik Mimika Timur beberapa waktu lalu.

Menurut Jessik, Death Adder biasanya menyuntikkan sekitar 40-100 miligram racun Saraf. Gigitannya dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian hanya dalam waktu 6 jam.

"Karena kurangnya pengetahuan tentang ular tersebut dan penanganan awal saat digigit, sehingga kebanyakan berakibat fatal atau kematian," kata Jessik.

Pemberian antibisa yang cepat disebut dapat mengobati gigitan Death Adder. Di samping itu, korban gigitan diperingatkan untuk tidak melakukan reaksi apapun.

"Hal pertama yang harus dilakukan adalah mobilisasi, tidak menggerakkan anggota tubuh yang tergigit agar racun tidak semakin terpacu masuk ke dalam darah," imbuhnya.

Kasus kematian Bripka Desri akibat gigitan Death Adder juga mengalami kondisi yang sama. Beberapa saat setelah digigit, Bripka Desri langsung tak sadarkan diri dan mengalami kelumpuhan saraf otak.

Death Adder bahkan menempati urutan keempat ular paling berbisa di dunia. Bisa ular ini disebut-sebut paling berbahaya karena racunnya bereaksi sangat cepat jika tidak langsung mendapat perawatan.

Ular jenis ini adalah kelompok ular senawan yang bernama ilmiah Achantophis. Ular ini masuk dalam bangsa Denisoniini dan kekerabatan dengan Elapidae.

Death Adder memiliki morfologi bertubuh pendek dan gemuk, kepala berbentuk kapak, sisik-sisik di atas kepala berukuran kecil, mata memiliki pupil vertikal, dan taring berukuran panjang.

Selain itu, ular ini memiliki ekor berbentuk seperti cacing yang fungsinya untuk memancing mangsa agar tidak takut mendekat.

Tubuhnya berwarna dasar cokelat kelabu dengan belang-belang berwarna pucat, terkadang cokelat kemerahan atau abu-abu dengan belang-belang berwarna oranye pucat dan putih.

Ular ini menyerang mangsanya secepat kilat. Serangan Death Adder adalah salah satu gaya serangan ular tercepat di dunia, kurang dari 0,15 detik. Ketika ditemui di rerumputan atau tempat yang lembab, ular jenis ini terlihat diam bahkan ketika kita sentuh dengan kayu atau dengan benda lain, dia memilih dia makanya disebut di Papua sebagai ular bodok.

Tapi ketika dia terinjak kaki yang tidak safety, saat itulah gigi beracunnya masuk ke pembuluh darah dan menyemprotkan bisa mematikannya. Makanya ketika memasuki lahan berrumput atau bersemak atau hutan, selalu gunakan sepatu safety seperti sepatu boot. Aman deh. (kumparannews)

Editor: Sianturi