SALAMPAPUA
(JAKARTA)- Nabire adalah kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia, yang
berbatasan dengan provinsi Papua Barat. Ibu kota kabupaten ini terletak di
punggung pulau Irian, yakni distrik Nabire. Jumlah penduduk Nabire pada 2021
tercatat berjumlah 172.960 jiwa.
Kabupaten
Nabire terletak di kawasan Teluk Cendrawasih, Provinsi Papua Tengah dan Samudra
Pasifik. Berada di atas tiga lempengan bumi, kawasan ini rawan diguncang gempa
bumi. Salah satunya terjadi pada 6 Februari 2004, disusul gempa berskala 7,2
skala Richter pada 26 November 2004 di Nabire.
1.
Sejarah Nama Nabire
Ada
beberapa versi asal dan arti kata Nabire. Berdasarkan cerita dari Suku Wate,
kata “Nabire” berasal dari kata “Nawi”, yaitu kondisi alam Nabire yang dulunya
banyak terdapat jangkrik, terutama di sepanjang kali Nabire. Lama kelamaan kata
“Nawi” mengalami perubahan penyebutan menjadi Nawire dan akhirnya menjadi
“Nabire”.
Menurut
versi suku Yerisiam, Nabire berasal dari kata “Navirei” yang artinya daerah
ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan. Penyebutan Navirei muncul sebagai
nama suatu tempat digelarnya pesta pendamaian antara suku Hegure dan Yerisiam.
Pengucapan
Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi dipakai untuk menamai
daerah tersebut. Penetapannya dilakukan oleh Bupati pertama, yaitu almarhum
AKBP Surojotanojo.
Versi
lain suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere, yang artinya daerah
kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang
menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire hingga
daerah itu menjadi sepi. Lambat laun penyebutan Na Wyere berubah menjadi
Nabire.
Versi
lain dari suku Hegure adalah Nabire berasal dari Inambre yang artinya pesisir
pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem seperti pohon sapu ijuk,
pohon enau hutan, pohon nibun dan jenis pohon lainnya. Akibat adanya
hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan
Inambre berubah menjadi Nabire.
2.
Ikan Pasir
Pulau-pulau
kecil di Kepulauan Moora, kawasan Teluk Cendrawasih, Nabire, memiliki ikan
unik. Masyarakat Pulau Mambor menyebutnya ikan pasir karena suka bersembunyi
dengan cara membenamkan diri di dalam pasir ketika merasa terancam.
Ikan
ini hidup di laut berkarang dan berpasir dengan kedalaman satu hingga 90 meter.
Ikan pasir ini juga menghuni daerah dangkal yang jernih dengan dasar berpasir,
biasanya di sekitar padang lamun dan karang.
Ikan
ini memiliki panjang 15 hingga 20 cm dengan bagian depan kepala membentuk ujung
yang tajam. Moncongnya sangat tumpul dan mulut seperti ikan kakatua. Oleh
masyarakat Mambor, Distrik Kepulauan Moora, Nabire, ikan pasir ditangkap untuk
dikonsumsi.
Biasanya
ikan ditangkap pada saat air surut. Untuk mencari ikan ini dibutuhkan
pengetahuan khusus, dengan melihat tanda-tanda di permukaan pasir terdapat
batu-batu karang kecil sebagai penanda sarang ikan ini. Ada kepercayaan bahwa
jika perempuan belum bisa menangkap ikan ini, dianggap belum layak menikah.
3. Pulau
Kapotar
Pulau
Kapotar merupakan wilayah Kampung Mambor, Distrik Kepulauan Moora, Kabupaten
Nabire, Papua. Pulau Kapotar oleh warga Mambor dijadikan sebagai pulau lumbung
pangan. Perairannya tempat mencari hasil laut, sementara daratannya sebagai
tempat berkebun, berburu tikus tanah dan burung maleo dan mengambil hasil hutan
lainnya.
Perairannya
kaya biota laut berbagai jenis, daratannya ditumbuhi pohon kelapa, pisang,
sukun, sagu, pinang, melinjo, nanas, matoa, langsat, durian dan tanaman
umbi-umbian.
Ada
ungkapan di Pulau Mambor, "Ikan belum mati satu jam sudah dimakan."
Begitulah, karena ikan yang dimaksud masih segar. Hasil tangkapan warga pun
selektif. Hanya ikan berukuran besar atau ukuran konsumsi (hasil memancing atau
balobe -menangkap ikan pada malam hari saat air surut), sedangkan ikan kecil
dilepas, dibiarkan, dan tidak diambil.
4.
Konservasi Penyu
Sejak
beberapa dekade terakhir, populasi penyu di dunia menyusut sangat cepat,
lantaran dampak perburuan telur ilegal oleh para tangan-tangan nakal. Sebuah
kawasan wisata berbasis konservasi penyu dibuka di Kabupaten Nabire sebagai
upaya penyelamatan hewan reptil ini
Dengan
adanya ekowisata, masyarakat diarahkan mengalihkan aktivitasnya dari kegiatan
eksploitasi. Ekowisata itu bekerja sama dengan warga Kampung Makimi, Distrik
Makimi Nabire bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nabire.
Di
kampung Makimi, ada Kelompok Konservasi Penyu yang merupakan binaan dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nabire yaitu Kelompok Sadar Konservasi Penyu
Kampung Makimi, Kabupaten Nabire. Kelompok ini mendapat perhatian serius dari
pemerintah, seperti kunjungan Bupati Nabire ke kawasan ini pada pertengahan
2018 lalu, sekaligus melepas 200 anak penyu.
Kampung
Makimi nantinya diharapkan bisa menjadi kampung wisata penyu yang secara sosial
dan ekonomi dapat memberikan manfaat secara maksimal bagi kesejahteraan
masyarakat dengan tetap mengedepankan sisi perlindungan dan kelestarian penyu.
5.
Wisata Nabire
Salah
satu kekayaan alam andalan Nabire adalah deretan pantai indah yang memukau. Ada
Pantai Monalisa yang diambil dari nama pemilik sebuah resor terkenal di kawasan
Nabire yang lokasinya tak jauh dari pantai.
Daya
tarik utama pantai ini terletak pada pemandangannya yang khas dan masih alami.
Anda juga akan melihat ada sebuah jembatan yang tiap sisinya terdapat bale yang
dapat digunakan oleh para wisatawan untuk bersantai.
Ada
Pantai Gedo yang hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit saja berkendara dari
pusat Kota Nabire. Hamparan pasir pantai yang berwarna putih dan lembut
langsung menyambutmu saat tiba di lokasi.
Bagi
Anda yang ingin berenang sekaligus melihat hiu secara langsung, wajib
mengunjungi Pantai Sowa di Nabire. Pantai ini dikenal dengan hiunya yang jinak.
Untuk melihat hiu-hiu tersebut, Anda harus menyeberang pulau terlebih dahulu
dan meminta bantuan penduduk setempat. Itu karena hanya merekalah yang dapat
memanggil hiu.
Selain
hiu, daya pikat lain dari Pantai Sowa adalah luas bibir pantainya mencapai 10
kilometer. Air lautnya juga sangat jernih dan alami.
Ada
juga Air Terjun Bihewa yang mempunyai ketinggian kurang lebih 40 meter dan
memiliki tujuh tingkat. Tingkat yang paling mudah dan banyak dikunjungi
wisatawan adalah tingkat kedua. Di tingkat kedua ini kita sudah dapat melihat
pemandangan yang asri dan sangat hijaunya pepohonan serta nyaman.
Namun,
perlu perjuangan untuk mencapai puncaknya karena harus melewati banyak
rintangan seperti pohon raksasa dan batu besar yang menutupi jalan. Air Terjun
Biweha merupakan air terjun yang tertinggi di Tanah Papua.
6.
Kuliner Khas Nabire
Nabire
punya beberapa kuliner khas, terutama dari Pulau Mambor. Salah satunya adalah
pisang dan keladi masak santan. Cara memasak pisang dan keladi yaitu pisang
tanduk dan keladi direbus menggunakan santan kelapa dengan bumbu garam, direbus
sampai air santan habis.
Rasanya
sangat gurih. Menu ini disajikan dengan tumisan daun pepaya. Walaupun berbahan
daun pepaya, dijamin tidak pahit.
Kuliner
lainnya adalah kerang laut yang direbus. Olahan kerang lainnya yaitu dimasak
dalam bambu. Kerang dipecah, diambil dagingnya, kemudian daging kerang
dimasukan dalam bambu, dan dipanaskan dalam bara api. Bahkan ada kerang instan,
yaitu sejenis kerang yang hanya didapatkan di telaga air asin di tengah Pulau
Kapotar, kerang disiram air panas, dibiarkan sebentar, langsung dimakan,
rasanya sangat manis, tidak amis.
Kuliner
unik lainnya yaitu pisang tongkat langit yang dibakar, dimakan dengan kelapa
tua mentah, tanpa diparut, kelapa tua langsung dimakan. Kuliner lainnya yaitu
tepung sagu kering dicampur dengan ulat sagu, dibungkus daun sagu kemudian
dipanaskan di bara api.
Lemak
ulat sagu akan meresap dalam tepung sagu, menjadikan rasa khas yang gurih,
walaupun tanpa bumbu. Resep alami ini membuat orang Mambor berumur panjang.
Pada usia 60 tahun, mereka masih kuat berkebun dan melaut dan bahkan banyak
yang berusia lebih dari 90 tahun. (liputan6.com)
Editor:
Sianturi