SALAMPAPUA (TIMIKA)- Bersekolah di sekolah negeri atau milik pemerintah masih menjadi incaran para orang tua pada tahun ajaran baru 2024/2025 di Mimika. Terbukti, para orang tua bersama siswa baru sejak subuh sudah mengantri sejak subuh di SMA Negeri 1 Mimika dan SMP Negeri 2 Mimika.

Para orang tua tidak menghiraukan hujan atau antrian yang Panjang asalkan mendapatkan formulir pendaftaran dan berjibun meringsek ke pagar sekolah SMA Negeri 1 Mimika yang masih terkunci. Para orang tua sempat menuliskan nama-nama siswa yang sudah datang dalam satu buku, namun sesudah petugas keamanan sekolah membuka pagar, tulisan nama itu tidak berlaku. Yang berlaku adalah nomor antri bagi para calon siswa.

Berebut, dorong-dorongan bahkan ada yang terluka karena terdorong peserta lain, jadi pemandangan Senin pagi. Karena para calon siswa tidak mau ketinggalan pada Peneriman Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah yang dijadikan ikon Mimika ini. Para siswa hanya diminta menunjukkan kartu pengenal siswa dari sekolah atau Kartu Identitas Anak (KIA) baru kemudian bisa mengambil formulir.

Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa panitia PPDB tahun ini tidak menggunakan teknologi saat pendaftaran dan penentuan nomor urut. Sehingga para siswa dan orang tua tidak perlu repot berdesak-desakan saat mengambil nomor antri dan formulir pendaftaran. Tidak ada yang harus teriak-teriak dan tindakan lain ketika melakukan pendaftaran.

Panitia pada tahun ajaran berikutnya sebaiknya menerapkan teknologi terkini sehingga tidak perlu repot harus menunggu antrian di sekolah. Tinggal daftar dari rumah dan download formulir, lalu isi dan tinggal antar berkas, simple toh. Di SMA Negeri 1 Mimika sendiri tahun ini akan menerima 320 siswa dari 4 kategori. Yakni Jalur Zonasi 70 persen atau 221 siswa, Jalur Afirmasi 15 persen atau 49 siswa, kemudian Jalur Prestasi 10 Persen atau 33 orang dan Jalur Perindahan Orang Tua 5 persen atau 17 siswa.

Yang jadi pertanyaan adalah, jika jalur perpindahan orang tua lebih dari 17 orang, apa dasar panitia PPDB untuk menetapkan jumlah atau kuota tersebut. Apakah nilai rapor, prestasi di sekolah asal atau ketentuan lain. Pertanyaan ini muncul dari beberapa orang tua saat mengambil formulir. Nah, makanya jika pendaftaran dilakukan secara tersistem apalagi online, semua jalur sudah langsung bisa diketahui siapa-siapa yang berhak diterima. Karena secara otomatis sistem akan mengolah data para calon siswa. Apakah ini mungkin dilakukan di masa depan, tergantung dana dan niat dari panitia peneriman peserta didik baru.

Jalur Zona juga harus benar-benar diterapkan oleh sekolah dimaksud, sehingga semua siswa sesuai zonasi bisa mendapatkan haknya bersekolah. Jangan sampai ada calon siswa dari zonasi lain namun memaksakan diri ke sekolah dimaksud. Bisa saja toh ada titipan atau karena pengaruh dari orang-orang penting. Semoga hal itu tidak terjadi ya. Demikian juga jalur afirmasi khusus untuk putra daerah bisa digunakan sesuai dengan kuota masing-masing.

Di Mimika sendiri terdapat beberapa SMA yakni SMA Negeri 1 di Jalan Yos Sudarso, SMA Negeri 2 di SP 5, SMA Negeri 6 di Jalan Irigasi dan SMA Negeri 4 dan yang terbaru adalah SMA Negeri 7 Mimika yang kabarnya akan segera dibangun dan menerima siswa baru juga tahun ajaran ini. Sehingga perebutan zona sebenarnya tidak perlu terjadi karena semua sudah ada zona masing-masing. Tidak ada alasan berpindah zonasi, sebab semua sudah diatur sedemikian rupa.

Pihak sekolah negeri di Mimika harus terus melakukan terobosan dan inovasi dalam mengembangkan dunia pendidikan, sehingga semakin tahun semakin berkualitas. Status sekolah unggulan juga harus dihilangkan, agar orang tua tidak lagi memaksakan anak-anaknya harus di satu sekolah. Pemerataan kualitas pendidikan sudah harus jadi standar utama semua sekolah terutama milik pemerintah, sebab swasta secara otomatis pasti terus melengkapi fasilitas sekolahnya agar menjadi pilihan orang tua menyekolahkan anak-anaknya.

Kabupaten Mimika dengan APBD 7,5 Triliun untuk tahun 2024, sudah seharusnya memiliki sekolah-sekolah yang berkualitas dan merata. Sehingga image ada sekolah unggulan dan non unggulan atau sekolah dengan akreditasi yang sudah bagus tidak lagi jadi alasan untuk berpindah zona sekolah. Dinas Pendidikan Mimika juga harus terus melakukan bagiannya mewujudkan pemerataan mutu pendidikan yang semakin baik. Semoga PPDB tahun ini berjalan baik dan tidak ada orang tua atau siswa yang dirugikan dalam penerimaan siswa baru mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA dan SMK. Harapan selalu ada, asalkan mau bekerja keras dan diimbangi dengan doa. Amole, Nimawitimi, Saipa. Selamat berjuang dan mendaftar di sekolah jenjang yang baru. (redaksi)

Editor: Sianturi