SALAMPAPUA (TIMIKA)- Pernikahan Adat Papua adalah salah satu momen menikah di Indonesia. Nikah di Indonesia itu beragam, berdasarkan agama, suku dan budayanya. Jadi dari Sabang sampai Merauke bicara soal adat dan budaya pernikahan itu memiliki keunikan dan kemeriahannya sendiri-sendiri. Pernikahan adat Aceh sampai Papua ini tentunya akan berbeda-beda.

Ini menandakan banyak hal yang menarik dari ragam budaya ini, termasuk dalam pernikahan adat Papua tepatnya yang dilakukan oleh masyarakat suku Biak. Suku Biak adalah salah satu kelompok masyarakat Papua yang hidup dan tinggal di Kabupaten Biak Numfor. Kegiatan yang ada kaitannya dengan alur kehidupan mereka dijalani berdasarkan aturan adat.

Aturan adat tersebut berasal dari para leluhur suku Biak yang mereka yakini sebagai tetua adat. Beragam kegiatan yang dilakukan berdasarkan aturan adat tersebut salah satunya adalah pernikahan.

Seperti apakah prosesi dan tahapan tahapan pernikahan adat Papua ini? Mari kita simak ulasannya berikut ini. Berikut ini beberapa prosesi cara menikah masyarakat Papua yang biasa dilakukan:

1. Melamar

Sama halnya dengan prosesi menuju pernikahan dalam adat lain di Indonesia. Masyarakat suku Biak lebih dulu melamar wanita yang akan dinikahi dengan anak laki-lakinya. Bedanya terdapat dua jenis lamaran suku Biak yakni Sanepen dan Fakfuken.

Sanepen ini merupakan proses meminang yang dilakukan antara pihak orang tua. Dimana sejak dulu Suku Biak gemar menjodohkan anak anaknya saat masih kecil. Sementara Fakfuken adalah proses lamaran yang ditujukan pada pihak keluarga Wanita, setelah kedua calon mempelai berumur paling tidak 15 tahun.

Dalam proses lamaran jenis Fakfuken, pihak laki laki membawa tanda perkenalan atau disebut kaken, berupa gelang atau kalung dari manik manik. Adapun jumlah kaken yang diberikan oleh pihak laki laki ini bergantung dari kemampuannya. Sementara pihak keluarga wanita juga akan memberikan kaken apabila ia menerima lamaran dari pihak laki laki tersebut.

Jika lamaran dari pihak laki laki diterima, maka langkah selanjutnya adalah menentukan mas kawin yang akan diberikan pihak keluarga laki laki kepada pihak keluarga wanita. Konon, laki laki yang berasal dari kalangan terpandang jaman dulu akan memberikan mas kawin berupa perahu.

Sedangkan kebanyakan masyarakat Suku Biak akan memberikan gelang dari kulit kerang atau disebut kamfar. Saat ini seiring dengan perkembangan jaman, banyak dari mereka yang memberikan perhiasan perak sebagai mas kawin.

Ketika penentuan mas kawin telah disepakati, maka pihak orang tua dari kedua belah pihak akan mendatangi tetua adat yaitu orang yang sangat dihormati untuk menanyakan hal hal terkait pernikahan, termasuk soal hari baik. Oleh orang Suku Biak persiapan pernikahan ini biasa dimulai sejak satu minggu sebelum hari H.

2. Persiapan Pernikahan Adat Papua

Awal mula proses persiapan pernikahan ini dengan mengadakan acara makan bersama dengan semua saudara laki laki dari pihak ibu kedua calon mempelai pengantin. Lalu keesokan harinya, calon mempelai wanita akan dihias dan diantar ke rumah calon mempelai laki laki, dimana nantinya prosesi pernikahan akan diadakan di rumah keluarga calon mempelai laki laki.

Prosesi pernikahan dilangsungkan dengan kedua pengantin mengenakan pakaian adat dan perhiasan perhiasan khas suku Biak.

3. Upacara pernikahan

Pada upacara pernikahan suku Biak ini diawali dengan penyerahan seperangkat benda pusaka, seperti panah, parang, serta tombak oleh keluarga mempelai wanita kepada pihak mempelai laki laki. Tradisi ini menjadi simbol bahwa pihak keluarga mempelai wanita telah sepenuhnya menyerahkan anak gadisnya kepada keluarga mempelai laki laki.

Kemudian pihak keluarga mempelai laki laki akan membalasnya dengan memberikan hal yang sama sebagai simbol bahwa keluarga pihak laki laki menerima gadis tersebut dan akan dijaga selayaknya anak sendiri.

Setelah proses pemberian benda pusaka tersebut selesai, maka akan dilanjutkan dengan memberikan sebatang rokok seperti cerutu yang wajib dihisap oleh kedua mempelai, yang mana mempelai laki laki lah yang akan memulainya terlebih dahulu. Kemudian, tetua adat akan memberikan satu kepada masing masing mempelai pengantin.

Proses ini diiringi dengan doa dan mantera yang dibacakan tetua adat. Adapun doa yang diberikan biasanya berupa permohonan restu pada Yang Maha Kuasa serta harapan supaya kedua mempelai pengantin senantiasa bahagia dalam rumah tangganya.

Setelah doa selesai, lalu kedua mempelai akan saling menyuapi ubi, dan acara pernikahan tersebut akan diakhiri dengan sesi makan bersama oleh keluarga besar. (nasehatperkawinan.com)

Editor: Sianturi