SALAM PAPUA (TIMIKA) - Hubertina Dogopia mama Papua,
ikut ambil bagian dalam memperkenalkan kerajinan Papua yaitu Noken dan berbagai
macam rajutan khas Papua. Hubertina menjelaskan, dirinya mulai bergabung pada
UMKM dan terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Mimika
pada tahun 2001. Namun sejak SMP ia mulai menyukai dan belajar untuk merajut
noken dari bahan kulit kayu hingga menggunakan benang.
“Dari SMP saya sudah mulai suka merajut, awalnya kita
dulu-dulu pakai kulit kayu saja, pada saat ramai orang pakai benang saya mulai
ikut pakai benang, dan di tahun 2001 saya mulai ikut UMKM dan terdaftar di
Disperindag,” ujarnya saat mengikuti sosialisasi di Hotel Kanguru, Sabtu
(13/7/2024).
Perempuan yang berasal dari Suku Mee ini menjelaskan,
semenjak ia bergabung bersama Disperindag dirinya telah keberbagai tempat di
Indonesia, untuk memperkenalkan kerajinan dan budaya asli Papua.
Mulai pada tahun 2007, ia pertama kali menginjakkan kaki
keluar daerah yaitu Tasikmalaya, untuk memperkenalkan Noken di salah satu acara
kebudayaan se-Indonesia. Kemudian di tahun 2022 ia diajak oleh Dinas Koperasi
Mimika untuk menghadiri kegiatan budaya di Kota Bali.
“Kemudian tahun 2023 saya ikut Penas ke Sumatera Barat. Di
sana bukan hanya saya bawa Noken, saya juga memperkenalkan sagu dari Mimika.
Dan Desember 2023 saya ke Batam ikut kegiatan Disperindag perkenalkan budaya
kami,” jelasnya.
Menurut wanita berumur 57 tahun ini, dengan mengikuti
kegiatan keluar Papua, membuat dirinya bangga akan hasil dari alam Mimika,
sehingga ia sangat antusias dalam membuat kerajinan. Meskipun terkadang ia
merasa lelah menjahit, namun ia dengan senang hati merajut.
“Saya setiap hari merajut, jadi saat dipanggil untuk mengisi
stand saya sudah siap untuk menjual anyaman saya. Mulai dari noken hingga
sepatu bisa saya anyam,” ungkapnya.
Ia yang memiliki 7 orang anak berharap, adanya perhatian
lebih dari Pemerintah, untuk menyediakannya stand tetap yang dapat ia gunakan
untuk berjualan sehari-hari tanpa harus menunggu adanya event.
“Saya berharap Pemkab dapat memberikan saya stand yang
menetap. Selama ini saya berjualan saat ada kegiatan saja, kalau tidak ada
kegiatan yah barang tertumpuk di rumah. Dengan merajut saya menghidupi 7 orang
anak saya dan semua bersekolah,” pungkasnya.
Penulis: Evita
Editor: Sianturi