SALAM PAPUA (TIMIKA) – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mimika, Ouceu Satyadipura, S.S.T., mengungkapkan bahwa mendatangkan daging babi dari luar daerah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi tekanan inflasi di Mimika, menyusul menurunnya produksi lokal akibat wabah African Swine Fever (ASF).

Menurutnya, harga daging babi menjadi salah satu komponen penting dalam penghitungan inflasi daerah, meskipun tidak semua masyarakat Mimika mengonsumsinya.

“Produksi babi di Mimika sempat menurun karena ASF. Solusi jangka pendek untuk menekan harga adalah dengan mendatangkan babi dari luar daerah,” jelas Ouceu.

BPS, sebagai lembaga yang memiliki peran kunci dalam penghitungan inflasi, menetapkan komoditas berdasarkan data konsumsi aktual masyarakat. Daging babi, lanjut Ouceu, masih dikonsumsi cukup tinggi oleh sebagian masyarakat Mimika, sehingga secara statistik masih relevan masuk dalam penghitungan inflasi.

Terkait adanya permintaan Bupati Mimika untuk mengeluarkan komoditas babi dari indikator inflasi, Ouceu menyebutkan bahwa hal tersebut telah dikomunikasikan, namun belum ada tindak lanjut dalam bentuk pertemuan resmi.

“Permintaan tersebut sudah dikonfirmasi ke kami, tapi untuk menindaklanjuti, BPS Mimika perlu berkoordinasi dengan BPS pusat. Penghitungan inflasi tidak bisa dilakukan sembarangan karena harus sesuai kaidah statistik nasional dan dapat dibandingkan antarwilayah,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa konsumsi daging babi tetap signifikan di beberapa wilayah, terutama yang mayoritas penduduknya mengonsumsi daging tersebut.

“Di Mimika sendiri, konsumsi babi masih tergolong tinggi. Bahkan masyarakat cenderung memilih bagian-bagian seperti perut babi yang harganya lebih terjangkau,” tambahnya.

BPS berharap kebijakan pengendalian harga daging babi ke depan dapat mendukung stabilitas inflasi daerah secara menyeluruh, sembari terus memperhatikan karakteristik konsumsi masyarakat lokal.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi