SALAM PAPUA (TIMIKA)- Maloklusi adalah istilah medis untuk
menggambarkan posisi atau susunan gigi dan rahang yang tidak normal. Jika
sampai mengganggu penampilan atau mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini
bisa diatasi dengan memasang kawat gigi atau operasi.
Maloklusi ringan tidak memerlukan perawatan apa pun. Namun,
maloklusi berat dapat membuat pipi bagian dalam, gusi, atau lidah sering
tergigit secara tidak sengaja. Bahkan, di kasus-kasus tertentu, maloklusi juga
membuat penderitanya sulit berbicara dan menimbulkan rasa tidak nyaman saat
mengunyah.
Penyebab Maloklusi
Maloklusi umumnya bersifat genetik, artinya kondisi ini
dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya. Meski demikian, terdapat beberapa
kebiasaan waktu kecil yang dapat mengubah struktur rahang dan menyebabkan
maloklusi. Beberapa kebiasaan itu adalah:
Menggunakan dot atau menyusu dengan botol hingga usia 3
tahun, sering mengisap jempol, perawatan gigi yang kurang tepat.
Selain kebiasaan-kebiasaan di atas, maloklusi juga dapat
disebabkan oleh beberapa kondisi berikut ini: Jumlah gigi yang berlebih, gigi
berbentuk tidak normal, atau gigi tanggal, cedera pada gigi atau rahang, tumor
mulut dan bibir sumbing atau terdapat belahan pada langit-langit mulut.
Cara terbaik untuk mengetahui penyebab pasti maloklusi
adalah dengan memeriksakan diri ke dokter gigi. Dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan serangkaian tes guna mendiagnosis kondisi maloklusi dan
menentukan penyebabnya.
Jenis-Jenis Maloklusi
Dokter gigi akan memeriksa kondisi gigi dan melakukan
pemeriksaan tambahan, seperti membuat cetakan gigi dan foto Rontgen gigi, untuk
menentukan apakah posisi gigi selaras atau tidak. Jika tidak selaras, maloklusi
akan diklasifikasikan berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya.
Berdasarkan jenisnya, maloklusi dapat dibagi menjadi 3 kelas
besar, yaitu:
Kelas 1
Jenis maloklusi yang paling sering terjadi. Kondisi ini
ditandai dengan gigi atas yang tumpang tindih dengan gigi bawah.
Kelas 2
Jenis maloklusi ini disebut juga overbite, retrognathism,
atau tonggos. Gigi tonggos adalah kondisi ketika gigi dan rahang bagian atas
lebih maju secara signifikan dibanding rahang dan gigi bagian bawah.
Kelas 3
Pada maloklusi ini, rahang bagian bawah maju ke depan hingga
membuat gigi bawah lebih maju daripada gigi dan rahang atas. Di Indonesia,
kondisi ini dikenal dengan sebutan ‘cameh’. Namun, secara medis, maloklusi
kelas 3 disebut underbite atau prognathisme.
Maloklusi kelas 1 biasanya tidak menimbulkan keluhan.
Tetapi, bila kondisinya berat, maloklusi ini dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman saat menggigit atau mengunyah makanan, wajah terlihat kurang simetris,
cenderung bernapas lewat mulut, dan sering tergigitnya lidah atau pipi bagian
dalam.
Cara Mengobati Maloklusi
Maloklusi yang tergolong ringan biasanya tidak membutuhkan
penanganan khusus. Penanganan lebih sering dilakukan ketika maloklusi yang
diderita sudah parah dan menimbulkan gangguan, seperti kesulitan dalam
berbicara atau mengunyah makanan.
Dokter akan memilih metode penanganan sesuai dengan tipe
maloklusi yang diderita. Beberapa metode yang dapat digunakan adalah: Pemasangan
kawat atau pelat khusus untuk mengukuhkan atau menstabilkan tulang rahang, pencabutan
gigi tertentu untuk memperbaiki posisi gigi yang terlalu berdesakan, pemasangan
crown gigi atau dental crown, operasi untuk memperpendek atau memperbaiki
bentuk tulang rahang serta pemasangan kawat gigi.
Meski bertujuan untuk mengobati, metode-metode penanganan
tersebut juga berpotensi menimbulkan efek samping, yaitu iritasi gigi dan
mulut, nyeri, serta sulit bicara dan mengunyah. Tidak menutup kemungkinan, gigi
juga dapat menjadi rusak.
Jika maloklusi yang Anda alami terasa mengganggu, baik untuk bicara, mengunyah, maupun penampilan, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan gigi serta penanganan yang tepat. (Alodokter)
Editor: Sianturi