SALAM PAPUA (TIMIKA) – Kabupaten Mimika menjadi penyumbang kasus malaria terbesar kedua di Indonesia setelah Kabupaten Keerom. Demikian disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Papua Tengah, Yenice Derek, ST., M.Kes.

Yenice menjelaskan, dari delapan kabupaten di wilayah Papua Tengah, Mimika mencatat angka kesakitan malaria tertinggi.

“Secara nasional, ambang batas kasus malaria adalah 1 per 1.000 penduduk. Artinya, dari 1.000 orang, hanya boleh ada satu kasus malaria. Namun di Mimika, jumlahnya mencapai 500 kasus per 1.000 penduduk. Ini adalah data yang kami peroleh di lapangan,” jelasnya saat menghadiri kegiatan sosialisasi penanganan lingkungan di salah satu hotel di Timika, Rabu (7/5/2025).

Menanggapi tingginya angka tersebut, Dinkes Papua Tengah menggelar sosialisasi penanganan lingkungan kepada 26 puskesmas se-Kabupaten Mimika. Kegiatan ini bertujuan membekali tenaga kesehatan dengan pengetahuan dasar entomologi serta teknik penanganan vektor di lapangan.

“Dalam sosialisasi ini, kami memberikan pemahaman mengenai penanganan lapangan, termasuk dasar-dasar entomologi,” kata Yenice.

Ia menambahkan, penyebab utama malaria adalah gigitan nyamuk Anopheles, terutama Anopheles betina. Oleh karena itu, tenaga kesehatan juga diberikan pelatihan untuk mengidentifikasi jenis nyamuk tersebut serta metode surveilans.

“Bukan hanya teori, tapi juga ada simulasi langsung di lapangan,” ungkapnya.

Saat ditanya soal pelaporan kasus, Yenice menyebutkan bahwa Dinkes Mimika cukup aktif dan lancar dalam menyampaikan data. Namun, kompleksitas wilayah Mimika turut memengaruhi tingginya kasus malaria.

“Curah hujan tinggi dan banyaknya area rawa di Mimika menjadi faktor utama. Tempat-tempat seperti ini sangat disukai nyamuk. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih peduli terhadap kebersihan dan pengelolaan lingkungan sekitar,” tutupnya.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi