SALAM PAPUA (TIMIKA)- Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya di Provinsi Papua Pegunungan, dikenal sebagai jantung budaya masyarakat pegunungan tengah Papua. Dari wilayah ini, lahir berbagai ekspresi seni dan tradisi yang unik, salah satunya adalah Tarian Aster. Tarian ini menjadi simbol perdamaian, persatuan, dan semangat masyarakat Pegunungan Tengah dalam menjaga nilai-nilai leluhur di tengah arus modernisasi.

Tarian Aster berasal dari suku Dani, suku terbesar yang mendiami Lembah Baliem dan sekitarnya. Kata "Aster" dalam konteks ini bukan berasal dari bahasa lokal, tetapi merupakan sebutan populer yang kemudian digunakan dalam kegiatan seni dan festival budaya.

Tarian ini biasanya ditampilkan dalam acara penyambutan tamu, festival budaya, atau perayaan adat, seperti pesta bakar batu. Dalam praktiknya, Tarian Aster melambangkan sukacita, persaudaraan, dan semangat kolektif. Tarian ini juga menjadi bagian penting dalam promosi budaya lokal di berbagai ajang, termasuk Festival Lembah Baliem yang digelar setiap tahun.

Ciri Khas Gerakan dan Musik

Tarian Aster dibawakan oleh kelompok penari pria dan wanita dengan gerakan kaki yang menghentak ke tanah secara berirama, diiringi sorakan atau nyanyian adat khas Papua Pegunungan. Gerakan ini mencerminkan keterhubungan masyarakat dengan bumi dan leluhur.

Para penari membentuk barisan panjang atau melingkar, dengan tangan saling menggenggam atau melambai, menciptakan harmoni gerakan yang ritmis dan energik. Iringan musiknya sederhana namun dinamis, biasanya terdiri dari tifa, nyanyian adat, dan kadang-kadang suling bambu.

Busana dan Atribut Tradisional

Dalam Tarian Aster, para penari mengenakan busana tradisional suku Dani, seperti: Koteka untuk pria, rok rumbai dari serat alam (noken atau daun sagu) untuk wanita, aksesori kepala dari bulu burung kasuari, kerang, dan tulang hewan, dan lukisan tubuh dengan tanah liat putih dan merah sebagai penanda identitas dan perlindungan spiritual.

Busana ini bukan hanya simbol estetika, tetapi juga mewakili filosofi hidup masyarakat yang menyatu dengan alam dan menghormati warisan leluhur.

Tarian Aster menjadi alat penting dalam pelestarian identitas budaya masyarakat Wamena. Di tengah arus globalisasi dan pengaruh luar, tarian ini tetap menjadi ruang edukatif bagi generasi muda untuk mempelajari sejarah, nilai adat, dan solidaritas sosial.

Pemerintah daerah dan komunitas adat kini aktif mengangkat Tarian Aster dalam berbagai event seni, baik lokal maupun nasional, sebagai bentuk promosi budaya Papua Pegunungan kepada publik luas.

Tarian Aster dari Wamena bukan hanya hiburan semata, tetapi juga simbol budaya yang hidup, mencerminkan kekuatan, kesederhanaan, dan keharmonisan masyarakat pegunungan Papua. Melestarikannya berarti menjaga denyut kebudayaan asli yang menjadi kekayaan tak ternilai bangsa Indonesia. (AI)

Editor: Sianturi