SALAM PAPUA (TIMIKA)- Sebagian perokok aktif menjadikan vape
sebagai pengganti rokok tembakau karena dianggap lebih sehat. Padahal, risiko
gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari merokok dengan vape juga tidak
main-main, mulai dari batuk hingga kanker paru-paru.
Rokok elektrik atau vape bekerja dengan cara memanaskan
cairan menjadi uap atau aerosol. Cairan vape ini mengandung gliserin atau
propilen glikol, nikotin, dan zat perasa atau zat tambahan lainnya. Nikotin
sendiri diketahui merupakan zat yang umum ditemukan dalam rokok biasa
(konvensional).
Benarkah Vape Lebih Aman daripada Rokok?
Memang ada beberapa zat berbahaya pada rokok biasa yang
tidak ditemukan dalam vape, seperti tar dan karbon monoksida. Meski begitu,
berbagai zat kimia pada vape lainnya tetap berbahaya dan berisiko menyebabkan
gangguan kesehatan.
Berbagai riset kesehatan sejauh ini menemukan kandungan zat
beracun dan zat penyebab kanker (karsinogen) dalam vape memang lebih rendah
daripada rokok biasa. Namun, jumlah zat tersebut tidak berkurang secara
signifikan, terutama jika pengguna vape juga masih merokok dengan tembakau
biasa.
Selain itu, uap hasil pemanasan cairan vape mengandung zat
kimia berbahaya lainnya, seperti formaldehida, akrolein, dan logam berat. Bahan
kimia ini dapat menempel di paru-paru dan memicu berbagai gangguan kesehatan.
Apa Saja Risiko Merokok Vape yang Perlu Diwaspadai?
Berikut ini adalah beberapa risiko kesehatan yang mungkin
terjadi jika seseorang merokok vape:
1. Memperparah penyakit jantung
Nikotin merupakan bahan utama yang terdapat dalam cairan
vape. Zat ini tergolong beracun karena dapat meningkatkan tekanan darah dan
memacu adrenalin. Kondisi ini dapat meningkatkan detak jantung dan risiko
terkena serangan jantung, serta memperparah kondisi penderita penyakit jantung.
2. Membahayakan ibu hamil dan janin
Bagi wanita hamil, penggunaan vape maupun rokok biasa
sebaiknya dihindari. Kandungan nikotin pada vape atau rokok diketahui dapat
mengganggu perkembangan otak dan organ tubuh janin.
3. Memicu efek kecandunan nikotin
Seperti halnya pada rokok, nikotin pada vape juga dapat
menyebabkan penggunanya kecanduan. Ketika sudah terbiasa mengonsumsi nikotin
lalu menghentikannya secara tiba-tiba, perokok berisiko mengalami gejala putus
nikotin, seperti merasa sedih dan cemas, kelelahan, serta sulit tidur.
4. Menyebabkan gangguan pada paru-paru
Diasetil merupakan bahan kimia yang terkandung dalam zat
perasa vape. Bila terhirup, bahan kimia ini berisiko membahayakan tubuh,
khususnya paru-paru.
Salah satu penyakit yang dapat terjadi karena menghirup
diasetil adalah penyakit bronkiolitis obliterans atau dikenal sebagai “popcorn
lung”. Penyakit ini dapat menimbulkan beberapa gejala, di antaranya: Batuk
kering yang tidak kunjung sembuh, sesak napas, mengi, demam, sakit kepala
Selain itu, diasetil juga dapat menyebabkan efek samping
lain seperti iritasi pada kulit, mata, hidung, dan tenggorokan.
5. Meningkatkan risiko terkena kanker
Salah satu zat kimia yang terkandung di dalam cairan vape
adalah formaldehida. Zat ini sering kali digunakan sebagai pengawet hingga zat
tambahan pada beberapa bahan bangunan. Bila terhirup, formaldehida sangat
berbahaya bagi tubuh karena dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
Perlu diingat, meski zat berbahaya yang terkandung dalam
vape lebih sedikit dibandingkan rokok biasa, bukan berarti vape tidak bisa
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Oleh karena itu, disarankan untuk
berhenti merokok, baik rokok biasa maupun vape, jika Anda benar-benar ingin
memulai pola hidup sehat.
Namun, jika merasa kesulitan untuk berhenti merokok, Anda
bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran atau terapi yang
sesuai dengan kondisi Anda. (Alodokter)
Editor: Sianturi