SALAM PAPUA (TIMIKA)- Setiap bulan Desember, sosok berjubah
merah dengan janggut putih kembali menghiasi suasana Natal di berbagai belahan
dunia. Santa Claus dikenal sebagai pembawa hadiah bagi anak-anak dan simbol
sukacita Natal. Namun, di balik kisah dan legenda yang berkembang, Santa Claus
memiliki jejak sejarah panjang yang berakar pada keteladanan dan semangat
berbagi.
Asal-usul Santa Claus diyakini berasal dari Santo Nikolas,
seorang uskup yang hidup pada abad ke-4 di wilayah Myra, yang kini berada di
Turki. Santo Nikolas dikenal sebagai tokoh yang sangat dermawan dan memiliki
perhatian besar terhadap kaum miskin, anak-anak, serta para pelaut. Kisah-kisah
tentang kebaikannya, termasuk kebiasaannya memberikan hadiah secara diam-diam,
menjadi dasar lahirnya legenda Santa Claus.
Nama “Santa Claus” sendiri merupakan adaptasi dari bahasa
Belanda Sinterklaas, sebutan untuk Santo Nikolas. Tradisi ini dibawa oleh para
imigran Belanda ke Amerika pada abad ke-17. Dari sanalah sosok Santa Claus
mulai berkembang dan dikenal lebih luas, terutama di Eropa dan Amerika Utara.
Perkembangan citra Santa Claus semakin kuat pada abad ke-19.
Pada tahun 1823, puisi terkenal berjudul A Visit from St. Nicholas karya
Clement Clarke Moore menggambarkan Santa Claus sebagai figur ceria yang datang
pada malam Natal dengan kereta luncur yang ditarik rusa. Gambaran inilah yang
kemudian membentuk bayangan Santa Claus modern seperti yang dikenal saat ini.
Citra Santa Claus berjubah merah, bertopi khas, dan berwajah
ramah semakin dipopulerkan pada abad ke-20 melalui ilustrasi dan media massa.
Sejak saat itu, Santa Claus menjadi simbol global perayaan Natal, melampaui
batas budaya dan negara.
Namun, esensi Santa Claus tidak pernah berubah: semangat
memberi dengan tulus. Hadiah yang dibawanya memang sering diidentikkan dengan
mainan dan bingkisan, tetapi makna terdalamnya adalah kasih, kepedulian, dan
harapan. Santa Claus mengajarkan bahwa kebahagiaan Natal terletak pada tindakan
berbagi, bukan pada nilai materi.
Di berbagai belahan dunia, nilai-nilai Santa Claus terus
hidup melalui aksi nyata. Banyak orang mengenakan kostum Santa dan membagikan
hadiah kepada anak-anak di panti asuhan, rumah sakit, dan daerah terpencil.
Dalam momen-momen inilah, Santa Claus menjadi simbol kemanusiaan yang nyata hadir
bukan hanya dalam cerita, tetapi juga dalam tindakan.
Pada akhirnya, Santa Claus adalah lebih dari sekadar legenda
Natal. Ia adalah warisan nilai yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Selama semangat berbagi, kasih, dan kepedulian masih hidup, Santa Claus akan
selalu hadir, membawa hadiah Natal yang paling berharga: harapan dan
kebahagiaan bagi semua. (Wikipedia)
Editor: Sianturi

