SALAM PAPUA (TIMIKA) - Yayasan Pendidikan Kamoro Bangkit (YPKB) merupakan Yayasan Pendidikan yang merangkul anak-anak asli Kamoro dengan memberikan beasiswa pendidikan dan mendapat anggaran dari Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme-Kamoro (YPMAK).

Ketua YPKB, Thomas Too menjelaskan Yayasan ini berdiri sejak tahun 2011 dan telah berganti nama beberapa kali. Awal mulanya di tahun 2011 didirikan dengan nama Biro Pendidikan Yuamako namun seiringnya waktu di tahun 2019 dan bertambahnya peserta didik serta Yayasan diharapkan memiliki payung hukum sehingga berubah nama menjadi Yayasan Yuamako dan di tahun 2023 berganti nama lagi menjadi YPKB.

“YPKB ini didirikan oleh 3 anak Kamoro yaitu Alm. Agapitus Mairimau, Yohanis Mamiri dan saya sendiri. Kami membangun Yayasan ini untuk membantu mereka (anak-anak Kamoro) mendapatkan dana pendidikan, yang merupakan anak-anak dari lima Daskam yakni Nayaro, Tipuka, Ayuka, Nawaripi dan Koperapoka,” ujarnya saat menggelar Jumpa Pers, Kamis (25/4/2024).

Awal mula berdiri hanya ada 30 peserta penerima beasiswa, namun saat ini di tahun 2024 ada 600 peserta yang menerima beasiswa dari YPKB, dari jenjang SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi yang tersebar di beberapa Kota seperti Jayapura, Semarang, Bali dan Jogjakarta.

“Setelah kami lihat kami berpikir pendidikan ini jalan dan pondasi bagi kami anak-anak Kamoro, karena hanya pendidikan yang tinggi yang dapat meningkatkan wawasan anak-anak Kamoro,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, memang ada beasiswa dari YPMAK namun terkadang kuota tidak mencukupi bagi anak-anak Kamoro, sehingga dengan adanya YPKB, anak-anak yang tidak mendapatkan kuota dari YPMAK bisa mendapatkan beasiswa dari YPKB.

“Kami berterimakasih kepada PTFI dan juga YPMAK yang selalu mensupport anak-anak Kamoro. Dengan support yang diberikan sangat bermaanfaat bagi anak-anak Kamoro,” ungkapnya.

Sementara Sekretaris YPKB, Rafael Taorekeyau mengatakan, lima Daskam ini harus terus disupport oleh PTFI sebagai tanggungjawab sosial, karena dampak yang ditimbulkan oleh PTFI telah merusak ekosistem di wilayah tersebut, yang pastinya membutuhkan puluhan tahun untuk memperbaikinya.

“Mengapa YPKB fokus kepada pendidikan? Karena menurut kami, sudah tidak ada jalan lain, salah satu gerbang sukses adalah pendidikan, kita mau menanam sudah tidak bisa lagi, dusun kami sudah dipenuhi oleh limbah tailling, sehingga pemerintah dan PTFI harus mendukung kami semaksimal mungkin karena ke depan YPKB juga akan fokus pada  program seni budaya agar generasi muda tidak melupakan adat istiadat suku Kamoro,” ungkapnya.

Penulis: Evita

Editor: Jimmy