SALAM PAPUA (TIMIKA) - dr. Aisah Dahlan, CMHt CMNPL berharap, agar motivasi pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan narkoba jangan "Melembek".

dr. Aisyah Dahlan, atau yang akrab dipanggil Ustadzah Aisyah Dahlan yang dikenal luas sebagai sosok inspiratif di bidang agama dan kesehatan ini, hadir di Timika menjadi narasumber dalam Seminar Dampak Narkoba dan Pencegahannya yang digelar BNNK Mimika, jelang peringatan Hari Anti Narkotika Internasional, 26 Juni mendatang.

Saat diwawancarai Salampapua.com, ustadzah yang banyak menginspirasi banyak orang dengan berbagai tips psikologi dan ilmu pengasuhan anak berbasis kinerja otak (neuparenting)  ini menuturkan, bahwa sebagai keluarga korban narkoba, ia  sangat merasakan bahaya dan susahnya Pemerintah dalam upaya mencegah.  Sehingga iapun terus menyerukan kepada semua masyarakat, agar mengawasi diri dan keluarga.

"Itu upaya saya untuk membantu pemerintah," ujarnya di Swissbelinn Hotel, Senin (3/6/2024).

Alumni UGM ini berharap, Pemerintah Indonesia harus menambah motivasi dalam penanggulangan, karena persoalan narkoba bukanlah suatu hal yang main-main.

"Karena terkadang dikarenakan seringnya menangani satu masalah, maka masalah itupun menjadi sesuatu yang biasa  sehingga motivasi atau perjuangan pencegahan ataupun pemberantasan menjadi melembek," katanya. 

Patut disyukuri setiap 26 Juni dijadikan sebagai hari Anti Narkotika Internasional, hal ini menjadi momentum untuk lebih peduli. Yang paling banyak berperan dalam persoalan ini adalah masyarakat itu sendiri, dengan cara berani menegur dan mengusir  orang-orang yang diindikasi sebagai pengedar atau bandar narkoba. 

"Kita sebagai masyarakat, kita yang harus menjaga kampung kita sendiri, dalam hal ini harus jeli melihat hal-hal yang tidak baik termasuk narkoba. Kita harus berani menegur, supaya para pengedar atau bandar ini segan masuk ke kampung kita," katanya.

Lebih lanjut, dr. Aisah yang juga memiliki panti rehabilitasi dan berkolaborasi bersama grup Band Slank ini mengatakan, minuman beralkohol juga menjadi salah satu yang mendorong seseorang mengenali narkoba.

"Minuman alkohol itu ibaratnya sebagai pintu untuk naik ke bahan adiktif lainnya, hingga ke psikotropika mulai dari sabu hingga ke yang paling berbahaya,"  ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat Indonesia termasuk di Kabupaten Mimika, tidak menolak para korban narkoba yang telah direhabilitasi. Berdasarkan hasil survei menunjukkan, 60% anak-anak pemakai narkoba adalah anak-anak yang awalnya baik, damai, penurut dan penyayang. Karena itu, diharapkan masyarakat harus menerima mereka dengan baik setelah mereka selesai melakukan rehabilitasi, akan tetapi harus memberi penguatan agar mereka tidak merasa dikucilkan.

"Memang saat mereka masih sebagai pemakai, banyak hal tidak baik yang mereka lakukan, tapi setelah sembuh atau direhabilitasi harusnya masyarakat menerimanya," tutupnya.

Penulis: Acik

Editor: Sianturi