SALAM PAPUA (TIMIKA) - Ada sekitar 200 lebih titik
rawan gempa di Mimika, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Balai Besar Wilayah V Jayapura, menggelar Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG)
Mimika, yang dilaksanakan di Hotel Diana, Rabu (24/7/2024).
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Penjabat Sekretaris Daerah
(Pj Sekda) Kabupaten Mimika, Petrus Yumte mewakili Bupati Mimika, Johannes
Rettob. Dengan mengambil tema “Membangun Budaya Masyarakat Tanggap Gempabumi
dan Tsunami di Kabupaten Mimika”.
Bupati Mimika, Johannes Rettob yang dibacakan Pj Sekda Yumte
mengatakan, history kejadian gempabumi di Kabupaten Mimika tergolong dalam
wilayah dengan intensitas kejadian gempabumi yang cukup tinggi.
Dari data BMKG menunjukkan dalam periode tahun 2009-2024,
telah terjadi setidaknya 258 kejadian gempabumi di wilayah Kabupaten Mimika dan
sekitarnya.
“Dengan melihat historis tersebut, data dan informasi dari
BMKG menjadi penting dan diharapkan dapat mendukung proses pembangunan
infrastruktur di Kabupaten Mimika,” ujarnya.
Menurutnya, melalui Sekolah Lapang Gempabumi tahun 2024 ini,
diharapkan masyarakat Kabupaten Mimika dapat mengerti dan memanfaatkan data dan
informasi dari BMKG, sebagai upaya untuk mengurangi dampak gempabumi yang bisa
timbul kapan saja dan dimana saja.
Bukan hanya itu, dengan meningkatkan pemahaman membangun
kewaspadaan dan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta
peran pemerintah Kabupaten Mimika maupun swasta, untuk terus memberikan
perhatian dan dukungan yang lebih konkret maka antisipasi dapat dilakukan
terhadap bencana alam.
“Saya berharap antara instansi pemerintah maupun swasta
dapat bersinergi dan bekerja sama, dalam upaya mendukung keselamatan dan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Mimika. Semoga SLG ini dapat menciptakan
pemahaman kepada semua peserta terkait bencana alam,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Angkasapura
Jayapura, Herlambang Huda mengatakan, ada sekitar lebih dari 200 titik rawan
gempabumi di Mimika, sehingga SLG ini penting dilakukan agar masyarakat Mimika
mampu membaca peta kerawanan.
Dimana materi yang akan diberikan dalam SLG yaitu, apa itu
gempabumi, kemudian potensi gempabumi dan tsunami, mitigasi, titik-titik lokasi
rawan, apa saja yang harus dilakukan saat gempa dan juga akan disampaikan peta
kerawanan.
“Memang ada lebih dari 200an titik rawan, namun di Timika
kerawanan itu tergantung dengan kapasitas daerahnya. Jadi kalau misalnya
gempanya skalanya sama tapi kapasitas daerahnya tidak sama, maka jelas
resikonya kan berbeda,” ujar Huda.
Menurut Herlambang, untuk di Mimika yang memiliki kapasitas
tanah yang rendah, sehingga resiko yang ditimbulkan berskala kecil. Beda halnya
apabila memiliki kapasitas tanah yang tinggi, maka resiko skalanya akan tinggi.
“Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi dan
efektivitas dalam penanganan bencana, sehingga kita lebih siap dan tangguh
dalam menghadapi situasi darurat. Mari kita manfaatkan kesempatan ini
sebaik-baiknya untuk belajar dan berbagi pengetahuan demi keselamatan bersama,”
harapnya.
Ia menambahkan, SLG ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1
Mimika dan SMP Negeri 2 Mimika dengan peserta sebanyak 270 orang terdiri dari
siswa siswi dan guru pengajar.
Penulis: Evita
Editor: Sianturi