SALAM PAPUA (TIMIKA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Disnakeswan) gelar Sosialisasi
Penanganan Pasca African Swine Fever (ASF) kepada kurang lebih 40 peternak
khusus babi di Kabupaten Mimika di Hotel Grand Tembaga, Jalan Yos Sudarso,
Selasa (3/9/2024)
Drh Yetty Herviyanti selaku pemateri mengatakan, bahwa
sosialisasi ini dihadiri oleh puluhan peternak babi yang terdampak virus ASF.
Para peternak diberitahukan tentang ilmu dasar terkait apa itu ASF, cara
penularan dan pencegahannya, serta mendorong semangat dalam upaya repopulasi
kembali.
"Hari ini kami kumpulkan kurang lebih 40 orang peternak,
untuk memberitahukan apa yang harus dilakukan pasca terjadinya ASF di
Mimika," kata Hetty usai memberi materi pada sosialisasi tersebut.
Disampaikan, bahwa ASF merupakan virus yang muncul secara
mendadak dan mematikan, sehingga semua peternak harus melakukan peningkatan biosecurity.
"Biosecurity dimaksud diantaranya membatasi orang dan barang
ke dalam kandang, karena sampai saat ini belum ditemukan vaksin khusus ASF. Kalaupun
ada obat, tapi hanya bersifat antibodi saja," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pembibitan Disnakeswan Mimika,
Yordan Ola menuturkan bahwa populasi babi pada tahun 2023 kurang lebih sebanyak
13.000 ekor. Akan tetapi sejak awal 2024,
tercatat sebanyak 12.000 ekor yang mati akibat virus ASF, sehingga populasi
babi berkurang menjadi 1.200 ekor.
Saat ini menurut Yordan, ASF masih terjadi, akan tetapi
tidak seheboh di awal tahun yang populasi babi masih banyak.
"Berarti populasi babi saat ini tersisa saat 1.200 ekor, makanya melalui
sosialisasi ini kami berikan semangat kepada para peternak, dan memberitahukan
bagaimana cara menghindari ASF," ujarnya.
Melalui sosialisasi ini, para peternak diarahkan untuk
membenahi pola pembangunan kandang, lahan dan fasilitas yang harus disiapkan.
Materi pembenahan ini berdasarkan hasil diskusi bersama peternak-peternak babi
di daerah lain yang sempat terdampak ASF, tapi saat ini mulai bangkit kembali
dengan baik.
"Saat ini di Timika masih ada babi yang mati karena
ASF. Ada juga peternak yang berani untuk memulai kembali usahanya dengan
pembibitan baru, tapi tetap memperhatikan hal-hal yang sifatnya mengantisipasi
ASF," tuturnya.
Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan para peserta bisa
menjadi corong untuk berbagi informasi kepada peternak lainnya, sehingga
populasi babi di Mimika kembali melimpah.
"Kita tahu ternak babi ini jadi salah satu komoditi unggulan dalam mendongkrak ekonomi, sosial dan budaya," tutupnya.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi