SALAM PAPUA (WAMENA)- Sejak tahun 1980-an Wamena
telah menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan asing maupun domestik yang
menyukai panorama alam, wisata pegunungan, trekking, wisata budaya dan etnik.
Akses paling popular untuk ke Wamena dapat dicapai menggunakan transportasi
udara dari Bandar Udara Sentani di Jayapura.
Salah satu pesona budaya yang dapat dijadikan sebagai
alternatif kunjungan ke Lembah Baliem adalah saat Festival Budaya Lembah Baliem
yang setiap tahun rutin dilaksanakan dibulan Agustus. Seperti kota lain, Wamena
juga mempunyai tempat-tempat wisata yang unik dan menarik untuk dikunjungi.
Beberapa tempat wisata yang dapat dikunjungi jika ke Wamena,
berdasarkan buku yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Jayawijaya tahun 2016, menyebutkan, ada beberapa tempat wisata yang
dapat dikunjungi di Wamena Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua Pegunungan
seperti "Wisata Sejarah Mumi"
Lembah Baliem dengan keunikannya masih dapat disaksikan
melalui pelestarian kemahsyuran budayanya. Seperti nilai budaya penghormatan
kepada nenek moyang leluhurnya berupa bukti sejarah memumifikasikan jenazah
orang yang berjasa, dengan menggunakan bahan ramuan alami dan tersimpan dari
generasi ke generasi.
Disebutkan, beberapa mumi masih disimpan kerahasiaannya,
setidaknya sebanyak 4 dari 7 mumi yang ada dapat dikunjungi oleh wisatawan yang
berkunjung ke Wamena. Mumi Aloka Hubi di Kampung Bauntagima Desa Araboda.
Lokasi wisata ini juga siap menampilkan atraksi tarian tradisional dan bakar
batu, cara masak-memasak secara tradisional masyarakat Lembah Baliem.
Mumi Aikima di Desa Aikima Distrik Pisugi. Di sini bisa
dijumpai mumifikasi jasad asli Kepala Suku Perang Weropak Elosak yang merupakan
kerabat dari Mumi Agatmamente Mabel (Humomumi Wo’ogi). Umur mumi Aikima
tersebut diperkirakan sekitar 250 tahun. Karena kondisinya mengalami kerusakan
akibat tidak dirawat, pada tahun 2012 dilakukan konservasi dan perbaikan. Saat
ini, tubuh mumi Weropak Elosak telah di tempatkan dalam kaca aquarium
pengawetan.
Wisata sejarah mumi selanjutnya yaitu Mumi Wim Motok Mabel
‘Jiwika’ yang memiliki cerita sejarah mumifikasi dan kepahlawanan yang berbeda
dari mumi lainnya. Dalam Bahasa daerah, “Wim” berarti perang dan “Motok” bagus
atau hebat. Wim Motok Mabel merupakan seorang kepala suku perang yang hebat. Usia
mumi ini belum dapat dipastikan.
Namun diperkirakan berumur kira-kira 350 tahun. Setiap lima
tahun sekali, pihak keluarga akan melakukan upacara adat sekaligus pemasangan
kalung yang terbuat dari tali “noken” yang menandakan pembalseman guna menjaga
kondisi tubuh mumi agar tetap awet. (RRI)
Editor: Sianturi