SALAM PAPUA (TIMIKA)- Jantung yang berdebar tak wajar
sering kali membuat tubuh tidak nyaman dan memicu rasa khawatir. Kondisi
seperti ini bisa terjadi kapan saja, baik saat kamu beristirahat maupun
beraktivitas.
Dalam istilah medis, kondisi jantung berdebar disebut
sebagai palpitasi jantung. Palpitasi adalah debaran jantung yang bisa dirasakan
terutama di area dada, tenggorokan, hingga leher. Kondisi ini kerap dianggap
sepele. Padahal faktanya, palpitasi bisa menjadi tanda adanya masalah serius
pada organ jantung.
Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang apa itu palpitasi
jantung, penyebabnya, dan cara mengatasinya!
Apa Itu Palpitasi Jantung?
Palpitasi adalah sensasi di mana jantung terasa berdebar
lebih cepat, tidak beraturan, atau bahkan terlalu kuat. Biasanya, kondisi ini
disadari saat seseorang sedang tenang atau beristirahat.
Ada beberapa gejala yang bisa dirasakan saat palpitasi
jantung terjadi, seperti: Detak jantung yang terasa lebih cepat atau berdebar. Perasaan
seperti ada denyutan di dada, leher, atau tenggorokan. Terkadang palpitasi
disertai pusing. Mengalami sesak napas.
Faktanya, setiap orang berisiko mengalami palpitasi jantung.
Namun, kondisi medis yang satu ini lebih sering terjadi pada:
Orang yang memiliki riwayat penyakit jantung, mereka yang
mengalami stres atau gangguan kecemasan, wanita hamil, perempuan yang sudah
memasuki masa menopause, orang yang terlalu banyak mengonsumsi kafein atau
alkohol.
Berbagai Penyebab Palpitasi Jantung
Berikut beberapa penyebab umum dari palpitasi jantung,
antara lain:
1. Stres yang tidak dikelola dengan baik
Ketika stres, tubuh melepaskan hormon adrenalin yang dapat
memengaruhi detak jantung. Kondisi ini sering menyebabkan jantung berdebar
lebih cepat.
Selain itu ada juga beberapa faktor psikologis lain yang
dapat memicu terjadinya palpitasi jantung. Contohnya kecemasan berlebih,
ketakutan, depresi, hingga serangan panik. Stres dan depresi bukanlah masalah
metal yang mudah diatasi seorang diri. Oleh karena itu, jangan ragu untuk
bertanya pada psikiater atau psikolog di Halodoc.
Komplikasi Palpitasi Jantung yang Perlu Diwaspadai
1. Aritmia serius yang dapat mengancam nyawa.
2. Stroke akibat pembentukan gumpalan darah.
3. Gagal jantung kronis karena melemahnya fungsi organ
jantung.
4. Pingsan akibat penurunan aliran darah ke otak.
5. Kematian mendadak akibat henti jantung.
2. Konsumsi kafein, alkohol, dan nikotin
Konsumsi berlebihan kafein, alkohol, atau nikotin dapat
merangsang jantung untuk berdetak lebih cepat. Efeknya palpitasi bisa langsung
terasa, terutama bagi orang yang sensitif. Di sisi lain, alkohol juga
berpotensi menyebabkan ketergantungan. Kondisi ini tentunya dapat mengganggu
kehidupan sehari-hari penggunanya.
Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi dengan bijak dan
memahami risikonya. Yuk, cari tahu selengkapnya Ini Jenis Minuman Beralkohol
dan Dampaknya bagi Kesehatan Tubuh.
3. Kondisi medis tertentu
Ada beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan terjadinya
palpitasi jantung. Contohnya mengidap penyakit seperti asma, gangguan irama
jantung (aritmia), hipertiroidisme, hipertensi, anemia, dan dehidrasi.
Selain itu, memiliki riwayat serangan jantung atau penyakit
jantung juga dapat memicu munculnya palpitasi jantung.
3. Penggunaan obat-obatan tertentu
Obat-obatan dapat memicu palpitasi jantung karena efek
stimulannya. Biasanya, ini kerap terjadi pada orang yang mengonsumsi obat
dengan kandungan dekongestan, seperti salah satunya pseudoephedrine.
Tak hanya itu, obat lain seperti antibiotik, antidepresan,
antihipertensi, dan pil diet juga berisiko menyebabkan palpitasi jantung.
Masalah perubahan hormon estrogen dan progesteron kerap
terjadi pada wanita. Misalnya saja saat mengalami menstruasi, hamil, menyusui,
hingga menopause. Nah, fase perubahan hormon tersebut dapat memicu terjadinya
palpitasi jantung.
5. Olahraga berat
Selain gaya hidup, mengonsumsi obat, dan perubahan hormon,
aktivitas fisik yang terlalu intens juga dapat menyebabkan jantung bekerja
lebih keras, sehingga memicu palpitasi.
Oleh karena itu, kamu disarankan untuk berolahraga atau
melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kapasitas tubuh. Pilihlah olahraga
dengan jenis dan intensitas yang ringan, untuk mengurangi risiko terjadinya
palpitasi jantung.
Apa Kata Riset tentang Palpitasi Jantung?
Sebuah studi berjudul Prevalence of palpitations, cardiac
arrhythmias and their associated risk factors in ambulant elderly yang
dipublikasikan di jurnal American Journal of Cardiology (1996) mengungkap,
bahwa sekitar 16 persen populasi dewasa pernah mengalami palpitasi jantung.
Studi ini menunjukkan bahwa, meski sebagian besar kasus
palpitasi bersifat ringan, sekitar 2-5 persen terkait dengan gangguan irama
jantung serius seperti fibrilasi atrium.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa faktor risiko utama
meliputi stres kronis, konsumsi alkohol berlebih, dan kurangnya aktivitas
fisik. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk melakukan pemeriksaan
medis untuk mengetahui penyebab palpitasi dan menghindari komplikasi lebih
lanjut.
Apakah Palpitasi Jantung Bisa Dicegah?
Palpitasi jantung merupakan satu kondisi yang bisa dicegah.
Caranya yakni dengan menghindari faktor pemicunya.
Berikut ini cara mencegah terjadinya palpitasi jantung,
antara lain: kurangi konsumsi kafein, alkohol, dan rokok, lakukan meditasi atau
yoga untuk menjaga kesehatan mental. Konsumsi makanan sehat kaya nutrisi.
Pastikan tubuh mendapat istirahat dan tidur yang cukup
setiap harinya, lakukan olahraga rutin, minimal 30 menit setiap harinya. Pilih
olahraga dengan jenis dan intensitas yang ringan, yang disesuaikan dengan
kondisi tubuh. Dan lakukan pemeriksaan
rutin untuk mendeteksi masalah sejak dini.
Palpitasi adalah kondisi jantung berdebar yang bisa menjadi
tanda adanya gangguan pada jantung. Dengan memahami penyebab dan cara
mengatasinya, kamu diharapkan dapat mengelola kondisi ini dengan lebih baik.
Jangan lupa, selalu jaga kesehatan tubuh dan lakukan
pemeriksaan rutin ke dokter untuk memastikan jantung tetap sehat. (Halodoc)
Editor: Sianturi