SALAM PAPUA (TIMIKA) – Sebanyak 54 pencari kerja (Pencaker) Orang Asli Papua (OAP) asal Kabupaten Mimika mengaku ditelantarkan oleh PT Honai Ajikwa Lorentz (HAL), perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan tailing PT Freeport Indonesia menjadi semen dan keramik.
Salah satu pencaker, Hendrikus Maubak, menyampaikan kronologi penelantaran tersebut. Menurutnya, pada 24 Januari 2025, mereka diberangkatkan ke Surabaya untuk mengikuti pelatihan soft skill, K3, dan manajemen di sebuah hotel selama dua minggu.
Pada 22 Februari, mereka dipindahkan ke salah satu sekolah dasar di Surabaya sebagai tempat penampungan, lalu keesokan harinya dipindahkan lagi ke sebuah hotel untuk menginap satu malam.
Kemudian, pada 25 Februari 2025, mereka diberangkatkan ke Jakarta. Namun, sejak tiba di sana, tidak ada kegiatan pelatihan yang dilaksanakan. Pada 28 Februari, mereka kembali dipindahkan ke Bogor, tanpa kejelasan aktivitas. Tanggal 10 Maret, seluruh peserta dipindahkan lagi ke Jakarta dan menginap di sebuah hotel, namun pelatihan yang dijanjikan tetap tidak dilaksanakan.
"Sejak tanggal 19 Maret, kami dipindahkan ke Mes Halim Perdanakusuma dan tinggal di sana selama hampir tiga minggu. Tapi sejak itu, PT HAL mulai lepas tangan. Kami dibiarkan begitu saja tanpa makan dan minum yang cukup," ujar Hendrikus, didampingi rekan-rekannya.
Puncaknya, pada 6 April 2025, mereka diperintahkan meninggalkan mes dengan alasan masa kontrak sudah habis.
"Selama di mes itu kami ditelantarkan. Kami sangat kelaparan dan haus. Tiba-tiba disuruh keluar begitu saja," ungkapnya.
Beruntung, mereka kemudian bertemu dengan pelajar dan mahasiswa asal Mimika yang sedang menempuh studi di Jakarta, sehingga mereka bisa menumpang sementara di asrama.
Atas kejadian tersebut, Hendrikus dan puluhan pencaker lainnya memohon perhatian dari Pemerintah Kabupaten Mimika.
"Kami harap supaya Pemkab Mimika bisa bantu kami," tuturnya penuh harap.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi