SALAM PAPUA (TIMIKA)- Sifilis pada wanita biasanya
menimbulkan sedikit gejala atau tidak bergejala sama sekali. Namun, seiring
berkembangnya infeksi, gejala yang muncul bisa makin parah. Untuk mencegah
komplikasi, termasuk kerusakan otak, mengenali gejala, pengobatan, dan pencegahan
sifilis penting dilakukan.
Sifilis pada wanita merupakan penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini umumnya
ditularkan melalui hubungan seksual dan ditandai dengan luka tanpa disertai
nyeri pada vagina, anus, atau mulut.
Infeksi ini juga bisa ditularkan melalui luka pada kulit
atau cairan tubuh orang yang terinfeksi. Selain itu, sifilis juga bisa
ditularkan dari ibu penderita sifilis yang tidak diobati kepada bayinya yang
baru lahir (sifilis kongenital).
Gejala Sifilis pada Wanita
Penyakit sifilis pada wanita berkembang secara bertahap
dengan gejala yang bervariasi pada setiap tahapannya. Namun, tidak semua
penderita sifilis menyadari kemunculan gejala sifilis, termasuk munculnya
gejala sifilis pada pria.
Berikut ini adalah gejala sifilis pada wanita dalam setiap
tahapannya:
1. Sifilis primer
Gejala sifilis primer berupa luka berbentuk bulat kecil yang
tidak nyeri tetapi sangat menular. Luka ini biasanya muncul sekitar 3 minggu
setelah infeksi terjadi walaupun bisa juga muncul dalam waktu 10–90 hari.
Luka bisa terjadi di bagian serviks, vagina, anus, rektum,
atau mulut dan menetap selama 2–6 minggu.
Banyak penderita sifilis yang tidak menyadari telah
mengalami gejala sifilis primer. Ini karena luka yang muncul umumnya tidak
disertai nyeri dan akan sembuh dengan sendirinya. Namun, jika tidak diobati,
gejala sifilis primer akan berkembang menjadi sifilis sekunder.
2. Sifilis sekunder
Gejala sifilis sekunder pada wanita dapat muncul 3–12 minggu
setelah gejala sifilis primer tidak terdeteksi dan tidak diobati dengan tepat.
Sifilis sekunder umumnya ditandai dengan ruam kulit yang
tidak gatal di mulut, vagina, atau anus, sehingga sering disalahartikan sebagai
gejala dari penyakit lain, seperti psoriasis atau lichen planus.
Pada sebagian penderitanya, sifilis sekunder juga bisa
ditandai dengan munculnya bercak berwarna abu-abu atau putih (kondiloma lata)
pada area tubuh yang hangat dan lembap, seperti mulut, selangkangan, atau
ketiak.
Selain ruam dan bercak pada kulit, berikut ini adalah gejala
lain sifilis sekunder: Demam, pembesaran kelenjar getah bening, kelelahan, penurunan
berat badan yang tidak direncanakan, rambut rontok, sakit kepala dan nyeri otot.
3. Sifilis laten
Jika sifilis sekunder tidak diobati, penderitanya dapat
mengalami tahap lebih lanjut dari penyakit sifilis, yaitu sifilis laten.
Tahap laten ini muncul pada 12 bulan pertama setelah
terjadinya infeksi. Di tahap ini, penderita sifilis tidak merasakan gejala apa
pun, tetapi bakteri Treponema pallidum masih berada di dalam tubuh. Sifilis
laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun sebelum berkembang menjadi sifilis
tersier.
4. Sifilis tersier
Tahap ini bisa terjadi sekitar 10–20 tahun setelah infeksi
sifilis awal. Sifilis tersier menyebabkan kerusakan serius pada sistem organ,
termasuk jantung, otak, mata, dan pembuluh darah, bahkan mengancam jiwa.
Sifilis pada wanita di tahap tersier bisa dialami jika
penderitanya tidak menjalani pengobatan sifilis sejak infeksi awal.
Penderita sifilis tersier dapat menunjukkan gejala berupa
kehilangan penglihatan secara bertahap, demensia, kehilangan pendengaran,
kelumpuhan, mati rasa, hingga infeksi pada otak atau sumsum tulang belakang
(neurosifilis).
Pengobatan Sifilis pada Wanita
Sifilis pada wanita yang terdiagnosis sejak tahap primer
atau sekunder relatif lebih mudah untuk diobati. Pengobatan dilakukan dengan
pemberian suntikan antibiotik penicillin.
Namun, jika penderita sifilis memiliki alergi penisilin,
pengobatan sifilis atau raja singa akan dilakukan dengan pemberian antibiotik
lain, seperti doxycycline atau ceftriaxone.
Apabila sifilis sudah memasuki tahap tersier hingga
menyebabkan neurosifilis, dokter akan memberikan penicillin dosis harian lewat
pembuluh darah dan merekomendasikan perawatan rawat inap di rumah sakit.
Perlu diperhatikan, pengobatan sifilis pada wanita ini dapat
menyebabkan efek samping jangka pendek yang muncul dalam 24 jam setelah
pengobatan sifilis dilakukan. Namun, efek samping ini akan membaik dalam
beberapa jam.
Beberapa efek samping pengobatan sifilis yang mungkin muncul
adalah: Demam, menggigil, ruam, mual dan muntah, sakit kepala, nyeri sendi atau
otot.
Pencegahan Sifilis pada Wanita
Siapa pun bisa menderita penyakit sifilis. Namun, penyakit
ini lebih berisiko dialami oleh orang yang bergonta-ganti pasangan dan tidak
menggunakan kondom saat berhubungan seksual, orang dengan HIV, dan orang yang
berhubungan seksual dengan penderita sifilis.
Oleh karena itu, menerapkan perilaku seksual yang aman
menjadi cara terbaik untuk mencegah penularan penyakit sifilis. Anda dianjurkan
untuk selalu menggunakan kondom setiap berhubungan seksual dan tidak berbagai
sex toys dengan orang lain.
Pencegah sifilis pada wanita juga bisa dengan melakukan tes
infeksi penyakit menular seksual oleh calon pengantin sebelum menikah.
Meskipun infeksi awal sifilis pada wanita sering kali tidak
bergejala, Anda tetap disarankan untuk berkonsultasi ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan, jika telah melakukan kontak seksual dengan penderita
sifilis atau berisiko tinggi terkena penyakit sifilis.
Pemeriksaan juga sangat dianjurkan bagi wanita hamil atau
yang sedang merencanakan kehamilan guna mencegah penularan infeksi sifilis ke
janin selama masa kehamilan. Pemeriksaan untuk memastikan infeksi sifilis
umumnya dilakukan dengan tes darah.
Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan agar pengobatan bisa
dilakukan sejak infeksi awal dan mencegah berkembangnya sifilis ke tahap yang
lebih parah. (Alodokter)
Editor: Sianturi