SALAM PAPUA (TIMIKA)- Kanker neuroendokrin adalah kanker yang berasal dari sel neuroendokrin, yaitu sel khusus yang berfungsi memproduksi hormon untuk mengatur berbagai aktivitas tubuh. Meski tergolong langka, penyakit ini bisa membahayakan kesehatan jika tidak segera ditangani.

Kanker neuroendokrin terjadi ketika sel-sel neuroendokrin di dalam tubuh mengalami pertumbuhan tidak terkendali dan membentuk tumor ganas. Sel-sel ini bertugas memproduksi hormon yang membantu mengatur berbagai fungsi tubuh, seperti proses pencernaan dan pernapasan.

Kanker neuroendokrin bisa dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun. Karena letak tumornya bisa sangat beragam, gejalanya pun kerap berbeda-beda dan mudah disalahartikan sebagai penyakit lain.

Kanker Neuroendokrin dan Gejalanya

Gejala kanker neuroendokrin cukup bervariasi, tergantung pada lokasi tumor serta hormon yang dihasilkan. Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk mengenali berbagai tanda yang mungkin muncul sebagai langkah antisipasi.

Berikut ini adalah beberapa gejala kanker neuroendokrin yang perlu Anda perhatikan: Gangguan sistem pencernaan, seperti sakit perut, diare berkepanjangan, kembung, mual, muntah, hingga perubahan kebiasaan buang air besar.

Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, kemerahan pada kulit, terutama di wajah atau leher, sensasi panas pada kulit, keringat berlebihan, detak jantung tidak teratur, batuk kronis atau napas tersengal, kelelahan yang tidak membaik.

Kanker Neuroendokrin dan Penyebabnya

Hingga saat ini, penyebab utama terjadinya kanker neuroendokrin belum diketahui secara pasti. Kanker ini umumnya terjadi akibat kerusakan genetik pada sel neuroendokrin, yang biasanya berlangsung secara spontan tanpa penyebab yang jelas.

Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker neuroendokrin, seperti: Berusia lebih dari 50 tahun, memiliki riwayat keluarga kanker neuroendokrin, kelainan genetik bawaan, seperti neurofibromatosis, von Hippel-Lindau, dan tuberous sclerosis, penyakit kronis tertentu, seperti diabetes, penyakit asam lambung (GERD), atau pankreatitis kronis dan kebiasaan merokok.

Perlu diingat, kanker neuroendokrin tetap dapat terjadi tanpa faktor risiko yang jelas, sehingga Anda tetap perlu waspada meski tidak memiliki salah satu faktor di atas.

 Kanker Neuroendokrin dan Penanganannya

Untuk memastikan diagnosis kanker neuroendokrin, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menelusuri riwayat kesehatan secara menyeluruh. Dokter biasanya akan menyarankan pemeriksaan penunjang, seperti tes pencitraan (USG, MRI, atau CT scan) untuk mengetahui ukuran, lokasi, dan penyebaran kanker.

Agar diagnosis lebih akurat, dokter perlu melakukan biopsi, yaitu mengambil sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium. Hasil biopsi sangat penting untuk memastikan apakah tumor tersebut ganas atau jinak, sehingga penanganan bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Setelah tingkat keparahan neuroendokrin ditentukan, langkah penanganan akan diberikan sesuai stadium dan kondisi penderitanya. Penanganan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker ini meliputi:

1. Operasi

Operasi menjadi pilihan utama jika tumor masih terlokalisasi dan dapat diangkat seluruhnya. Prosedur ini bertujuan menghilangkan kanker dari tubuh secepat mungkin.

Setelah operasi, dokter biasanya akan memantau kondisi Anda untuk mencegah kekambuhan dan memastikan pemulihan berjalan deengan baik.

2. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat khusus melalui infus atau obat minum, dengan tujuan membunuh sel kanker yang tumbuh dan berkembang.

Pengobatan ini sering diberikan pada kanker neuroendokrin yang sudah menyebar atau tidak bisa dioperasi.

Kemoterapi dapat memberikan beberapa efek samping pada tubuh, seperti rambut rontok, mual dan muntah, serta perubahan warna kuku menjadi cokelat atau kuning.

3. Radioterapi

Radioterapi adalah prosedur medis yang menggunakan sinar berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker secara spesifik di area tertentu. Terapi ini biasanya diberikan jika operasi tidak memungkinkan atau sebagai prosedur tambahan setelah operasi.

Terapi radiasi dapat membantu mengecilkan tumor dan mengurangi gejala yang mengganggu, seperti nyeri atau sesak.

4. Terapi dengan obat-obatan

Beberapa obat, seperti terapi target atau obat hormonal, digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker neuroendokrin dan mengendalikan hormon yang dihasilkan tumor.

Obat-obatan ini sering diberikan pada kanker stadium lanjut atau jika terapi lain kurang efektif. Jenis dan dosis obat akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.

Kanker neuroendokrin merupakan salah satu jenis kanker yang jarang terjadi, tetapi cukup berbahaya. Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala kanker neuroendokrin seperti yang telah disebutkan di atas, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter.

Konsultasi dapat dilakukan secara cepat, praktis, dan tanpa keluar rumah melalui Chat Bersama Dokter. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan saran dan informasi mengenai penanganan yang perlu dilakukan. (Alodokter)

Editor: Sianturi