SALAM PAPUA (EDITORIAL) – Saat ini belum tepat waktunya
atau belum pantas untuk membahas wacana tentang calon pengganti Presiden
Direktur (Presdir) PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas di tengah suasana
duka yang menyelimuti seluruh manajemen dan karyawan perusahaan berskala
internasional ini, pasca insiden yang dialami 7 karyawan privatisasi
(kontraktor) PTFI, tepatnya karyawan PT Redpath Mining Contractors and
Engineers, yang meninggal dunia akibat longsor material basah di tambang bawah
tanah Grasberg Block Cave (GBC) pada September 2025 lalu.
Pasalnya, akhir-akhir ini sejumlah oknum dan bahkan beberapa
media massa secara intens menyuguhkan wacana tentang calon pengganti Presdir
PTFI ke ruang publik melalui grup-grup dan akun media sosial.
Mungkin langkah ini sebagai upaya untuk menggaet simpati
publik atau sebatas memberikan informasi. Entahlah! Namun jika langkah ini
adalah untuk mendapat dukungan publik, pastinya menjadi langkah yang absurd dan
salah kaprah karena proses seleksi dan penentuan Presdir PTFI nantinya bukan
ditentukan oleh masyarakat pada umumnya, tapi oleh tim khusus yang ditunjuk
oleh pemerintah, dan pastinya akan memilih sosok orang nomor satu di PTFI
dengan karakteristik berpengalaman secara manajerial, bisnis, leadership, dan
memiliki softskill yang baik. Dalam hal ini, hindari propaganda yang
dapat memecah belah masyarakat.
Ini Bukan Hanya Soal Ekonomi, Tapi Soal Kemanusiaan
Terlepas dari wacana di atas, saat ini Freeport sedang
berduka atas meninggalnya 7 karyawan yang menjadi korban longsor di tambang
bawah tanah GBC, Tembagapura, Kabupaten Mimika. Duka Freeport ini justru yang
perlu menjadi perhatian khusus. Publik perlu memberikan support moriil, agar
seluruh manajemen dan karyawan Freeport, termasuk keluarga korban, diberi
kekuatan dan ketabahan untuk tetap survive.
Di samping itu, pasca peristiwa nahas di luar kendali
manusia tersebut, hingga saat ini, atau sekitar 50 hari, seluruh operasi
pertambangan Freeport diberhentikan sementara. Ini artinya, dalam waktu sekitar
2 bulan, Freeport tidak memperoleh pendapatan secara ekonomi. Belum diketahui
sampai kapan operasi pertambangan Freeport diaktifkan kembali.
Dengan kondisi seperti itu, pastinya Freeport saat ini
sedang melakukan penghematan besar-besaran yang bisa saja berdampak pada
perekonomian seluruh karyawan Freeport dan semua privatisasinya, bahkan dampaknya
akan sangat dirasakan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Mimika secara khusus.
Sebab, Freeport merupakan penyumbang terbesar bagi APBD
Kabupaten Mimika, sekitar 80 persen yang berasal dari royalty, dividen dan
pajak-pajak lainnya. Dari sisi dividen, Kabupaten Mimika memperoleh 2,5 persen
dari keuntungan bersih Freeport. Sementara dari sisi produk domestik regional
bruto (PDRB), kontribusi Freeport mencapai 91 persen untuk Kabupaten Mimika.
Tidak kaget jika pada tahun 2026 mendatang proyeksi APBD Mimika turun hingga Rp
1,5 Triliun lantaran potensi penurunan pendapatan dari sektor pertambangan.
Jelas hal ini sangat berpengaruh bagi perekonomian masyarakat Kabupaten Mimika.
Jadi, kondisi yang dialami Freeport saat ini bukan hanya
soal ekonomi tapi sudah menyentuh kepada persoalan kemanusiaan.
Mestinya, publik saat ini lebih fokus dan concern pada topik
pembahasan tentang potensi-potensi permasalahan kehidupan masyarakat sebagai
dampak dari kondisi yang dialami Freeport saat ini, bukan sibuk dengan
persoalan pencalonan Presdir Freeport.
Seperti misalnya, mendiskusikan apa yang harus dilakukan
masyarakat untuk tetap bertahan secara ekonomi jika operasi pertambangan
Freeport belum kunjung diaktifkan kembali? Bagaimana peran pemimpin daerah
dalam mengantisipasi berbagai potensi munculnyapermasalahan ekonomi dan sosial
masyarakat sebagai dampak dari kondisi yang dialami Freeport saat ini?
Mari kita lebih cenderung memikirkan berbagai alternatif
solusi atas potensi permasalahan orang banyak (masyarakat) daripada hanya
sekedar memikirkan kepentingan individu atau kelompok tertentu.
Semoga operasi pertambangan Freeport dapat sesegera mungkin
aktif kembali serta dapat berkolaborasi dengan Pemkab Mimika dan Pemprov Papua
Tengah secara khusus untuk menghidupkan kembali ekonomi masyarakat. Salam!
Penulis: Jiru

