SALAM PAPUA (TIMIKA) – Ketua Honai Adat Pengusaha Amungme
Kamoro (HAPAK), Tenius Kum, menegaskan agar pemerintah daerah serius membina
dan memberdayakan para pengusaha Orang Asli Papua (OAP), khususnya Suku Amungme
dan Kamoro, dalam pengerjaan proyek di Kabupaten Mimika. Hal itu disampaikannya
dalam forum yang digelar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Mimika,
di salah satu gedung pertemuan di Timika, Jumat (28/11/2025).
Tenius menyampaikan bahwa kegiatan pembinaan pengusaha
seperti yang dilakukan PUPR merupakan langkah baik untuk penataan OAP. Namun ia
menyesalkan minimnya keterlibatan pengusaha Amungme dan Kamoro sebagai pemilik
hak ulayat di Mimika.
“Kegiatan ini ditujukan untuk Orang Asli Papua, tapi di mana
Amungme-Kamoro? Kabupaten ini khusus untuk AK. Teman-teman dari suku lain itu
hanya kerabat dan pendatang. Tapi AK tidak dilibatkan sehingga mereka tidak
tahu sistem,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa HAPAK bukan organisasi keluarga seperti
yang disebutkan sebagian pihak, melainkan lembaga adat resmi yang hadir untuk
mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat Amungme-Kamoro.
“HAPAK itu Honai Adat Amungme-Kamoro, pemerintah harus tahu
itu baik-baik. HAPAK ada supaya memberdayakan AK. Ketika HAPAK hadir, kami
membantu AK memahami sistem dan masuk dalam pekerjaan proyek pemerintah,”
ujarnya.
Tenius juga meminta agar pemerintah tidak memandang remeh
keberadaan HAPAK dan memastikan anak-anak Amungme-Kamoro dilibatkan secara
serius dalam setiap pelatihan, seminar, maupun proses perencanaan proyek.
“Kalau sistem seperti ini, harus libatkan anak-anak AK lebih
banyak lagi. Undang mereka supaya datang belajar sistem, kuasai proyek, dan
tidak hanya jadi objek. Selama ini mana ada AK menikmati kehadiran pemerintah?”
katanya.
Ia menyoroti adanya anggapan bias bahwa HAPAK adalah
‘organisasi keluarga’, padahal menurutnya organisasi itu merupakan representasi
pemilik negeri di atas tanah Amungsa, dan harus dihormati serta diakomodir
dalam pembangunan.
Tenius juga mengingatkan agar distribusi proyek tidak hanya
diberikan kepada segelintir pengusaha tertentu.
“Jangan sampai satu orang kerjakan lima proyek. Harus
dibatasi dan dipilah dengan baik. Kami juga bayar pajak, jadi kami harus
diberdayakan supaya berkembang. Jangan satu orang saja sejahtera, sementara
yang lain melarat,” tegasnya.
“Dengan hadirnya sistem ini, saya berterima kasih kepada
Kabid yang sudah menghadirkan forum ini. HAPAK bersuara bahwa di sini ada
pemilik negeri. Selama ini AK tidak tahu main proyek, hanya hidup dari
Freeport. Sekarang anak-anak muda hadir memperjuangkan hak mereka,” ujarnya.
Tenius menambahkan bahwa pihaknya akan terus membina
pengusaha Amungme-Kamoro untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan agar
dapat bersaing dalam pengelolaan proyek di daerah.
“Pemerintah jangan geli dengan organisasi yang maju untuk
memberdayakan AK. Kami tidak main-main. Kami tetap membina pengusaha untuk
meningkatkan skill mereka,” pungkasnya.
Penulis/Editor: Sianturi


