SALAM PAPUA (TIMIKA) - Dua atlet Pelatnas
desentralisasi atletik Mimika program hasil kerjasama antara Pengurus Besar
(PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) dengan PT Freeport Indonesia (PTFI)
berhasil mengharumkan nama Indonesia setelah berhasil memboyong mendali Perak
di Kejuaraan Internasional Philippine Athletics Championship 2023.
Dalam konferensi pers yang digelar di Caffee Amungme Gold di
Jalan Kesehatan Timika, Rabu malam (5/4/2023), Koordinator Program
Desentralisasi Muchtar mengatakan, kedua atlet desentralisasi Pelatnas asal Mimika
yang berprestasi tersebut adalah Agustinus Ngamar Mahuze pada nomor lempar
lembing putra dan Amathus Somaghai pada nomor lari 100 meter putra.
Dikatakan, atlet yang tampil mewakili Indonesia di
Philippines Athletics Championships 2023, selain Agustinus dan Amatus, ada pula
Krisdianto Makringgo (400 meter putra) Mergina Asyerem (400 meter putri), dan
Eventinus Gebze (lempar cakram putra). Mereka semua berasal dari Papua dan
berlatih di wadah yang sama.
"Atlet yang kami berangkatkan kemarin itu berjumlah
total lima orang dan semuanya ditargetkan bisa meraih medali dan lolos ke Sea
Games, karena ajang yang diikuti ini tingkat Asia," ujarnya.
Muchtar memaparkan Amathus Somaghai berhasil meraih mendali
perak pada nomor lari 100 meter putra yang berhasil mencatatkan waktu 10,92
detik. Kemudian untuk Agustinus Ngamar Mahuze berhasil meraih medali perak usai
membukukan jarak lemparan 61 meter.
"Mereka yang dikirim ke Filipina kemarin adalah
pengalaman pertama, tetapi mereka bisa mengalahkan atlet Filipina. Kami sangat
bangga sekali pada mereka yang sudah berjuang hingga mendapatkan mendali,"
tuturnya.
Ditanya soal hasil evaluasi setelah pertandingan, Muchtar
mengaku pihaknya sebenarnya menginginkan hasil yang lebih baik dan maksimal,
namun faktor jarak perjalanan dan pengalaman pertama menurutnya turut
mempengaruhi.
"Yah sebenarnya kita mau hasilnya lebih memuaskan tapi
sampai di sana kita tidak istirahat langsung ikut opening ceremony, paginya
kita langsung ikut lomba. Tadinya target nomor lari 400 meter (juga meraih
juara), karena masih oleng dan karena pengaruh perjalanan performanya menurun,
begitu juga lempar cakram," jelasnya.
Selain faktor kelelahan, Muchtar mengungkapkan minimnya
adaptasi terhadap cuaca dan stadion yang digunakan juga sangat berpengaruh
kepada atlet binaannya sehingga tampil tidak maksimal.
"Karena kepercayaan dari PB PASI untuk mewakili
Indonesia mengikuti ajang tersebut, informasi yang mendadak itu pun kami sampaikan
kepada pelatih dan atlet, akhirnya harus siap," ungkapnya.
Sementara itu, atlet peraih medali Perak nomor 100 meter
putra Amathus Somaghai mengaku bahwa ini pertama kalinya dia mengikuti
kejuaraan di tingkat Internasional.
Amathus menceritakan awalnya dia berlatih untuk pemusatan
latihan (TC) PON, lalu kemudian direkrut untuk masuk program desentralisasi Pelatnas
dari Mimika.
"Yah saya sangat berterima kasih kepada PTFI dan pasti
di sana itu saya sempat ragu (karena baru pertama kali), tapi yah percaya diri
aja karena ini juga membawa nama negara, apapun yang terjadi kita berikan yang
terbaik," ujarnya.
Senada dengan Amathus, peraih medali Perak untuk nomor lempar
lembing putra Agustinus Ngamar Mahuze juga mengaku ajang di Filipina tersebut
adalah pengalaman pertama kalinya mengikuti kejuaraan di tingkat Internasional.
"Di sana memang kita sempat ragu juga, tapi karena kita
lima orang ini satu-satunya utusan dari Indonesia jadi kita Fight (bertanding
dengan semangat) saja di lapangan," ungkapnya.
Agus mengaku sebelumnya dirinya hanya seorang pelajar yang
mengikuti kejuaraan lempar lembing U-20 di Jawa Tengah dengan membawa nama
Papua dan berhasil meraih emas, dan akhirnya direkrut masuk ke dalam program
desentralisasi Pelatnas Mimika.
Pada kesempatan itu, Manager External Affairs Corporate Communications
PTFI Kerry Yarangga yang hadir mewakili PTFI mengatakan, program Pelatnas
desentralisasi Mimika adalah hasil diskusi pihaknya dengan Ketua PB PASI Luhut
Binsar Panjaitan.
"Pak Luhut meminta PTFI untuk membina atletik di Papua
dan menjadi salah satu klaster program nasional Pelatnas. Akhirnya dibangunlah (wahana
olahraga atletik) Mimika Sport Complex dengan standar Internasional,"
ujarnya.
Kerry menyebutkan, dengan dibangunnya stadion dengan standar
Internasional tersebut diharapkan dapat melahirkan atlet-atlet Papua dan juga atlet-atlet
Indonesia yang tidak hanya berprestasi di tingkat nasional tetapi juga Internasional.
Menurut data, saat ini ada 19 atlet yang terbagi menjadi 6
atlet putri dan 13 atlet putra Provinsi Papua yang dibina dan tinggal di asrama
dalam program desentralisasi atlet Pelatnas Mimika yang terbagi dalam 7
kategori nomor lomba.
Wartawan: Evita
Editor: Jimmy