SALAM PAPUA (TIMIKA) – Umat Hindu di Kabupaten Mimika merayakan Dharma Santi perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1945/2023 masehi, yang diselenggarakan di Hall Room Hotel Cartenz Timika, Jumat (28/4/2023), dengan mengangkat tema "Melalui Dharma Agama dan Dharma Negara kita sukseskan pesta demokrasi Indonesia”.

Saat menghadiri kegiatan tersebut, Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob,S.Sos,M.M mengungkapkan bahwa perayaan Dharma Santi dilakukan sebelumnya pada tahun 2000. Itu artinya, sudah 20 tahun lebih belum pernah diselenggarakan dan tahun ini menjadi sejarah kembali bagi umat Hindu di Mimika.

“Toleransi itu penting bagi kita, lihat saja saat perayaan Natal banyak umat muslim ikut menjaga keamanan, begitu juga umat Hindu selalu ikut serta dalam menjaga keamanan di hari-hari besar, inilah yang harus kita jaga terus menerus,” ujarnya.

John berharap warga Mimika untuk saling mendukung, saling menghargai, dan menjunjung tinggi toleransi, mengingat begitu banyaknya perbedaan agama dan budaya.

“Pemerintah terus berusaha memberikan perhatian kepada enam agama yang terus kita jaga dan tetap selalu bersatu dalam membangun Kabupaten Mimika,” tuturnya.

Dia menambahkan bahwa sebelumnya Mimika pernah menggelar Pesparawi se-Tanah Papua dan ini menjadi barometer karena kegiatan tersebut melibatkan semua tokoh agama di Mimika, itulah bukti dari toleransi di Mimika.

“Saya berharap kegiatan agama lainnya bisa kita rayakan di Mimika dan mudah-mudahan ke depannya Pura di SP4 bisa dibenahi lagi agar merata. Saya berpesan kepada umat Hindu untuk membangun bersama demi Mimika yang sejahtera,” ungkapnya.

Turut hadir pada kesempatan tersebut, Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI, Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija,M.Si memberikan apresiasi kepada umat Hindu di Kabupaten Mimika, bahkan dirinya juga mengapresiasi Plt Bupati Mimika Johannes Rettob yang telah membina umat Hindu di Mimika.

“Apa yang perlu kita lakukan ketika merayakan Nyepi berkali-kali, sekian ribu kali kita sudah sembahyang, kira-kira apa yang yang diperoleh? Memang secara logika tidak dapat apa-apa, malah rugi sudah mengeluarkan anggaran yang besar untuk sembahyang, tapi kalau kita melihat bagaimana Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, maka di situlah kita merasa bersyukur,” jelasnya.

Dia juga sempat mengisahkan tentang seorang bapak yang berumur 75 tahun di Kalimantan Tengah, sebagai Hindu yang taat, yang mengatakan bahwa dirinya selalu rajin bersembayang namun hidupnya tidak ada perubahan.

“Dua hal yang penting adalah logika dan keyakinan yang dipegang dalam beragama. Sebagai manusia, nyawa kita dipegang oleh Tuhan Yang Mahakuasa sehingga kita wajib memujiNya, itulah mengapa setiap tahun kita merayakan Nyepi,” ujarnya.

Wartawan: Evita

Editor: Jimmy