SALAM PAPUA (TIMIKA) – Mencari nafkah di tengah hiruk pikuk dan kerasnya kehidupan di Kabupaten Mimika, tentunya setiap orang berlomba-lomba mencari pekerjaan dengan penghasilan (uang) untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Banyak tantangan dan hambatan yang sering dihadapi saat mengais rezeki, yang terpenting tetap berkomitmen dan berjuang menjalani kehidupan melalui cara-cara yang bermartabat dan dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Hal yang sama pun dilakoni Ibu Fati, perantau asal Lamongan, Provinsi Jawa Timur, yang mampu menjalani hidup di Timika dengan berjualan rujak buah keliling.

Saat ditemui salampapua.com di lapangan Pasar Lama Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Kamis (14/9/2023), Ibu dari tiga orang anak dan tujuh orang cucu ini mengaku sudah menjual rujak sejak 2006. Tidak banyak uang yang didapat dari hasil jualannya, tapi yang utama bagi dia adalah mendapat rezeki halal tanpa merugikan orang lain.

“Saya jualan sejak 2006. Tidak seberapa hasilnya, yang terpenting rezekinya halal. Tidak mencuri, merampok ataupun cara lainnya yang merugikan orang lain. Rujak ini harganya Rp 10.000 per bungkus, tapi bisa juga dibuatkan dengan harga Rp 5000,” ungkapnya.

Ibu Fati yang berdomisili di Jalur 2 kelurahan Koperapoka, Distrik Mimika Baru ini mengatakan, setiap hari dia mengayuh sepeda berkeliling kota Timika. Ia biasa mengantongi hasil penjualan hingga Rp 60.000, namun saat hujan deras dirinya hanya bisa mengusap dada dan ikhlas lantaran tidak banyak yang membeli rujak buatannya tersebut.

“Susahnya kalau saat hujan, biasanya tidak banyak orang yang beli. Kalau tidak hujan biasanya dapat Rp 60.000. Ya pas lah untuk bayar kontrakan tiap bulannya, karena suami saya juga jualan rujak buah keliling. Kami ngontrak bayar Rp 1.200.000 per bulan. Anak yang dua orang sudah berumah tangga dan yang paling bungsu merantau di Bali,” ujarnya.

Dia mengisahkan banyak suka-duka saat berjualan keliling. Dirinya kerap berjumpa dengan orang mabuk karena minuman keras (Miras) dan sengaja memesan rujaknya tapi tidak bayar. Ia juga pernah ditabrak pengendara sepeda motor saat melintas di Jalan Yos Sudarso Timika, tepatnya depan kantor Pos. Saat itu ia terjatuh dan semua rujaknya pun berhamburan di jalan.

“Sering ada anak-anak mabuk minta dibuatkan rujak seharga Rp 10 ribu tapi kemudian langsung pergi dan tidak bayar. Ya harus diikhlaskan saja. Saya pernah ditabrak dari belakang oleh pengendara sepeda motor di depan kantor Pos. Syukur ada ASN yang bantu antar saya sampai ke kontrakan. Orangnya baik, karena tulus mengganti rugi jualan saya,” tuturnya.

Wartawan : Acik

Editor : Jimmy