SALAM PAPUA (TIMIKA) - Bagi sebagian orang yang bukan
merupakan orang asli Papua (OAP) mungkin saja bertanya -tanya ketika melihat
banyaknya Mama-mama Papua yang menjual daun gatal di pasar-pasar ataupun di
tempat lainnya di seluruh Papua termasuk di Kabupaten Mimika.
Daun dengan nama latin Laportea Aestuans ini terdiri dari
beberapa spesies dan bentuk yang berbeda -beda ini, mungkin saja banyak
juga ditemukan di daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Meski demikian, bagi orang Papua, daun gatal merupakan obat
alami sebagai pertolongan pertama sebelum ditangani tim medis di Rumah Sakit
ataupun fasilitas kesehatan lainnya.
"Orang Papua termasuk kami yang suku Amungme sudah
sejak nenek moyang akrab dengan daun gatal. Kalau badan mulai pegal-pegal
langsung cari daun gatal sebelum kami ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit. Tidak
bisa juga dibilang daun gatal itu tumbuhan yang hanya ada di Papua, pasti ada
juga di daerah lainnya, tapi mungkin di daerah lain tidak dimanfaatkan,"
ungkap warga Amungme, Anes Beanal saat ditemui salampapua.com di jalan Piet
Magal Timika, Jumat (29/3/2024).
Pria berusia 66 tahun ini mengaku tidak mengetahui asal-usul
daun berkhasiat itu dinamakan "daun gatal". Namun daun gatal memiliki
khasiat yang sangat luar biasa dengan cara digosok di bagian tubuh yang sakit, tapi
perlu kehati-hatian saat menggosoknya, karena juga dapat mengakibatkan efek
kesakitan dan perih.
"Kalau saat malaria pasti digosok daun gatal, saat
sakit kepala gosok daun gatal, betis pegal-pegal digosok daun gatal, pokoknya
bagi kami dalam kondisi sakit apapun pasti tetap digosok daun gatal. Kalau kami
yang sudah biasa pastinya rasa nyaman saja, tapi kalau orang yang baru pertama
kali akan merasa takut untuk bersentuhan dengan daun itu lagi," ujarnya.
Sementara itu, Mama Karolina yang juga merupakan warga asli
suku Amungme mengatakan bahwa daun gatal merupakan salah satu kekayaan alam
Papua yang bisa membantu perekonomian keluarga.
Daun gatal sama dengan pangan lainnya yang juga menjadi
kebutuhan masyarakat Mimika sehingga paling laris di pasar.
"Saya biasa jual daun gatal di Pasar Lama di
Koperapoka. Untuk satu ikat biasanya saya jual Rp 20.000, tapi bisa juga dijual
dengan harga Rp 10.000 sesuai banyaknya Daun," katanya.
Ibu tiga orang anak ini mengaku belum pernah mendengar
adanya ahli khusus yang meneliti tentang daun gatal ini, namun bagi orang Papua
daun gatal sama khasiatnya dengan Koyo (patch transdermal) yang ditempel pada
bagian tubuh yang sakit atau pegal.
"Itu obat tradisional kami orang Papua. Tidak tahu
kalau di daerah lain seperti apa," tutur perempuan 38 tahun ini.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy