SALAM PAPUA (TIMIKA)- “Ngopi dulu, yuk! Ngantuk, nih”
Pastinya kamu sering mendengar ajakan ini kan? Tidak bisa dipungkiri kalau
sebagian orang minum kopi memang untuk mencegah atau mengatasi kantuk. Namun,
bagaimana fakta dari anggapan ini? Ketahui ulasan lengkapnya di artikel
berikut.
Kopi hitam, kopi susu, kopi instan, hingga kopi yang
dicampur aneka topping, tentunya sudah tidak asing bagi para penggemar minuman
satu ini. Beberapa orang bahkan merasa ada yang kurang jika belum menyeduh dan
mengonsumsi secangkir kopi di pagi hari.
Apakah Benar Minum Kopi Bisa Mencegah Kantuk?
Setelah minum kopi, sebagian orang akan merasa lebih segar,
ide-ide kreatif kembali muncul, dan energi seperti terisi kembali. Selain itu,
minum kopi juga sering dianggap sebagai minuman penglihang rasa kantuk
berlebihan.
Sebenarnya, kantuk adalah hal yang wajar apalagi jika kamu
sedang bosan, kurang tidur, atau sedang kelelahan dan minum kopi memang bisa
dilakukan untuk meredakan kantuk sementara. Pilihan minum kopi menjadi jurus
jitu yang cepat, karena kantuk yang datang tiba-tiba di kala beraktivitas
tentunya bisa mengganggu dan mengurangi produktivitasmu dalam bekerja.
Namun, kamu perlu tahu, nih fakta di balik meneguk secangkir
kopi. Rasa kantuk yang terasa menghilang dan badan terasa segar setelah minum
kopi terjadi akibat kafein yang ada di dalam minuman ini. Kafein merupakan zat
stimulan yang merangsang kerja dan aktivitas sistem saraf.
Efek segar dan hilangnya rasa kantuk biasanya akan mulai
dirasakan sekitar 30 menit setelah minum kopi dan pengaruhnya bisa bertahan
sekitar 5–6 jam. Namun, hal ini bisa bervariasi pada tiap orang, ya.
Satu lagi, nih yang perlu diketahui, kalau kadar kafein pada
tiap kopi juga bisa berbeda-beda. Hal ini tergantung jenis biji kopinya, cara
mengolahnya atau proses roasting, jenis hasil pengolahan kopinya, dan jumlah
takaran sajinya. Jika dijelaskan lebih lanjut perbedaan kadar tiap jenis kopi
adalah sebagai berikut:
Segelas kopi hitam murni yang diseduh (brewed coffee) 240 ml
mengandung sekitar 70–140 mg kafein. Segelas kopi espresso 30–50 ml mengandung
63 mg kafein. Segelas kopi espresso dengan campuran susu dengan beragam varian,
seperti latte, cappuccinos, atau macchiatos, berukuran kecil mengandung 63 mg
kafein dan yang berukuran besar mengandung 125 mg kafein. Segelas kopi instan
240 ml mengandung 30–90 mg kafein. Segelas kopi decaf 240 ml mengandung 0–7 mg
kafein.Untuk mendapatkan efek segar dan hilangnya kantuk, jangan lupa untuk
memperhatikan waktu konsumsinya. Mengonsumsi kopi di pertengahan pagi, sekitar
pukul 09.00–11.00 dianggap bisa meningkatkan kadar hormon kortisol yang
membuatmu terjaga dan merasa lebih segar.
Jadi minum kopi bisa meredakan kantuk memang benar, ya.
Namun, perlu diingat bahwa jika kantuk yang datang terjadi akibat kamu
kelelahan atau kurang tidur, maka minum kopi tidak menggantikan fungsi
istirahat atau tidur, ya.
Selain itu, minum kopi tidak boleh dilakukan berlebihan.
Batas wajar dari asupan kafein per hari adalah tidak boleh lebih dari 400 mg
atau sekitar maksimal 4 gelas ukuran 240 ml kopi hitam murni yang diseduh
(brewed coffee).
Efek Samping Minum Kopi
Ada banyak efek samping minum kopi yang bisa terjadi. Efek
ini bisa terjadi pada seseorang yang tidak terbiasa minum kopi atau jika
konsumsinya berlebihan. Beberapa efek samping tersebut adalah sebagai berikut:
Sakit kepala, sulit tidur (insomnia), jantung berdebar
kencang (palpitasi), tremor, gugup dan gelisah, sering buang air kecil dan mudah
marah.
Selain itu, kopi juga cenderung asam, sehingga bisa memicu
gejala asam lambung atau maag. Namun, ada beberapa jenis kopi yang aman untuk
lambung, sehingga bisa jadi alternatif kopi yang sehat bagi penderita GERD.
Jadi, tetap minum kopi dalam batas yang wajar, ya. Jangan
sampai karena mengejar efek tidak mengantuk, kamu justru mengalami efek samping
atau bahkan jadi kesulitan tidur yang pada akhirnya membuatmu justru semakin
mengantuk.
Kalau kebiasaan minum kopi justru membuatmu ketagihan atau
menimbulkan efek samping, periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan
penanganan. (Alodokter)
Editor: Sianturi