SALAM
PAPUA (TIMIKA) - 67 Siswa kelas VII SMP Yayasan
Pendidikan Jayawijaya (YPJ) Kuala Kencana mengunjungi dan melihat langsung
keseharian hidup masyarakat suku Kamoro yang berdomisili di Kampung Naena
Muktipura, SP6, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Kamis
(18/4/2024).
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan SMP YPJ
Kuala Kencana, Ani Waromi mengungkapkan bahwa kegiatan ini dinamakan 'Outing
Class' dan merupakan program yang dilaksanakan setiap tahun bagi siswa kelas
VII YPJ Kuala Kencana atas dukungan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe selaku
yayasan yang bekerja dalam bidang pengembangan budaya suku Kamoro.
Melalui program ini diharapkan agar anak-anak
yang sekolah di atas bumi Amungsa bisa mengenal budaya lokal dan bagaimana
masyarakat lokal memanfaatkan sumber daya alamnya.
"Saat ini ada 67 siswa kelas VII yang
melakukan kunjungan didampingi oleh wali/orang tua dan pendamping dari
YPJ. Kunjungan kami ke masyarakat suku Kamoro ini untuk ke sekian kalinya dan
disupport oleh Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe. Saya sangat mengapresiasi dan
bersyukur atas dukungan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe. Kami disambut dengan
tarian oleh masyarakat Kamoro," ungkap Ani di Kampung Naena Muktipura,
SP6, Kamis (18/4/2024).
Melalui kegiatan ini dapat menjadi kenangan
berharga yang akan selalu diingat oleh setiap siswa, karena teori yang diterima
di sekolah tentunya berbeda dengan ketika berhadapan langsung dengan masyarakat
di lapangan. Melalui kunjungan ini, semua siswa bisa melihat secara langsung
cara menganyam tas atau noken khas suku Kamoro, melihat cara memahat atau
mengukir kayu menjadi patung, pangkur sagu hingga proses menjadi tepung sagu,
mengolah sagu menjadi makanan, memanggang ikan, karaka dan pangan lainnya yang
dilakukan oleh Mama-mama Kamoro.
Menurut Ani, kegiatan ini merupakan salah satu
program yang paling ditunggu-tunggu oleh
siswa kelas VII sehingga semuanya sangat antusias dan aktif bertanya kepada
masyarakat, bahkan langsung praktik menganyam, pangkur sagu dan ikut berbaur
bersama masyarakat Kamoro memanggang ikan, karaka, ulat sagu dan mengolah sagu.
"Semua siswa sangat antusias, karena kami
selaku guru sudah ajarkan bahwa mengenal budaya sendiri itu sangat penting
supaya mengetahui jati diri serta memperkenalkannya juga kepada orang
lain," kata Ani.
Untuk menjalankan program ‘Outing Class',
selain mengunjungi masyarakat Kamoro, kelas VII SMP YPJ Kuala Kencana juga
belajar secara online ataupun mengundang narasumber untuk mengenal adat budaya
suku Amungme dan suku lainnya di Papua.
"Kami sering undang narasumber dari
beberapa suku Papua lainnya ke sekolah," ujarnya.
Diharapkan beberapa dari sekian
banyak siswa kelas VII dapat menjadi pemerhati yang akan terus mengangkat
budaya suku Kamoro sehingga lebih dikenal hingga kancah internasional.
Sementara
itu, Pendiri Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk Intarti mengatakan
bahwa program kerja Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe bukan sekedar melestarikan
tetapi juga mempromosikan budaya melalui unit edukasi.
Promosi dilakukan dengan berbagai cara dan
salah satunya melalui edukasi kepada anak sekolah agar ketika anak-anak
nantinya melanjutkan sekolah ke kota studinya masing -masing, bisa menjadi duta
budaya memperkenalkan suku Kamoro.
"Kita tahu bahwa sering terjadi
anak-anak tidak tahu hal apa yang menarik dari daerahnya sendiri ketika
nantinya melanjutkan sekolah atau kuliah ke daerah lain dan ke luar
negeri. Padahal di Timika sangat banyak sekali kearifan lokal dengan sekian
banyak suku dan budaya yang berbeda. Kalau tidak diperkenalkan sejak dini, maka
kearifan lokal atau budaya yang ada tidak akan sampai ke dunia luar, makanya
sekolah-sekolah itu menjadi salah satu sarana untuk kami mempromosikan budaya
Kamoro," katanya.
Dengan kunjungan ini, diharapkan bisa
menggugah keinginan anak-anak untuk menggali lebih dalam lagi tentang budaya
suku Kamoro. Sejauh ini, banyak anak-anak YPJ Kuala Kencana yang melanjutkan
kuliah di luar Papua kembali mengambil topik budaya dalam menyelesaikan tugas
belajarnya.
"Kita tahu dengan adanya PT Freeport Indonesia,
maka orang dari luar dengan latar belakang budayanya masing-masing yang datang
ke Timika bisa mengetahui budaya lokal. Demikian juga untuk anak-anak yang
orang tuanya merupakan orang Kamoro bisa menggali lebih dalam lagi tentang
budaya orang tuanya itu supaya tidak terputus, karena tradisi adalah warisan
turun-temurun. Kalau bukan anak-anak ini yang meneruskan, lalu siapa lagi?"
ujarnya.
Luluk mengaku upaya promosi ini sudah
dilakukan selama belasan tahun, baik bersama YPJ Kuala Kencana, juga melayani
permintaan dari sekolah luar Timika,
yaitu Jakarta Internasional School (JJS).
"Tujuannya agar siswa dapat belajar
tentang keseharian hidup masyarakat Kamoro dan berinteraksi langsung dengan
pelaku budaya. Diharapkan dengan mengenal budaya yang ada di sekitar tempat
tinggal, siswa dapat menghargai, mencintai dan menjelaskan kepada publik,
terutama ketika mereka melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi di kota
lain. Kegiatan ini juga memicu siswa untuk mencintai budaya tradisional,
menggugah minat mereka terhadap budaya Indonesia," katanya.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy