SALAMPAPUA (TIMIKA)- Papua merupakan wilayah paling
Timur dari Indonesia yang terkenal dengan kecantikan alam. Namun, kali ini kita
tidak akan membahas tentang keindahan Raja Ampat atau lautan birunya, tapi
tentang keunikan rumah adat Papua.
Papua memiliki beragam suku adat, yang membuat daerah ini
punya berbagai macam bentuk rumah adat. Tidak hanya rumah adat Honai, masih ada
beberapa rumah adat lainnya, yang tidak kalah unik di Papua. Penasaran seperti
apa rumah adat provinsi Papua dan Papua Barat yang unik? Mari kita simak
rangkumannya berikut ini.
1. Rumah Honai
Rumah adat Papua yang paling sering muncul di buku pelajaran
adalah rumah Honai, yang dihuni suku Dani. Dinding bangunan ini membentuk
lingkaran, yang terbuat dari kayu-kayu kuat dan tersusun sejajar. Biasanya,
rumah Honai hanya dilengkapi oleh satu pintu tanpa jendela dengan ketinggian
2,5 meter dan lebar 5 meter.
Atap rumah Honai terbuat dari tumpukan daun sagu, jerami,
dan ilalang yang uniknya membentuk kerucut tumpul. Hal ini bertujuan untuk
membuat rumah tetap hangat, serta mencegah air hujan langsung turun masuk ke
rumah.
Sesuai namanya, Honai memiliki arti khusus. ‘Hun’ berarti
laki-laki, serta ‘ai’ berarti rumah. Maka tidak heran bahwa rumah ini khusus
untuk laki-laki, terutama yang sudah dewasa. Rumah ini kosong tanpa perabotan.
Jadi, saat tamu datang mereka akan duduk di lantai jerami bersama tuan rumah.
Ini merupakan salah satu bentuk kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Papua.
Selain itu, rumah kecil ini bisa memuat 5-6 orang di
dalamnya. Biasanya, rumah ini berada di pegunungan Papua yang berhawa dingin.
Semakin sempit dan semakin banyak penghuni di dalam rumah, maka akan semakin
baik dalam menangkal hawa dingin. Untuk semakin menambah kehangatan, setiap
rumah juga terdapat tempat pembakaran api unggun.
2. Rumah Kariwari
Kariwari merupakan rumah adat Papua yang didiami oleh suku
Tobati-Enggros. Rumah adat ini memiliki bentuk atap segi delapan, yang
bertingkat tiga dan dipercaya mampu menjaga rumah dari cuaca dingin, terutama
saat angin kencang.
Lantai pertama berfungsi sebagai tempat untuk melatih parah
remaja laki-laki agar siap menjadi laki-laki dewasa, yang bertanggung jawab,
terampil, dan kuat. Lantai kedua berfungsi sebagai tempat pertemuan para kepala
adat untuk membicarakan hal penting. Sedangkan lantai ketiga, khusus menjadi
tempat sembahyang kepada Tuhan dan leluhur.
Selain itu, bentuk atap rumah Kariwari juga melambangkan
kedekatan dengan sang pencipta atau dengan leluhur yang sudah mendahului
mereka. Tidak heran bila rumah Kariwari sering menjadi tempat pendidikan dan
ibadah.
3. Rumah Jew
Suku Asmat terkenal memiliki banyak anggota suku. Tidak
heran bila rumah adat suku Asmat atau yang dikenal dengan sebutan Jew, memiliki
bentuk yang besar dengan ukuran panjang 15 meter dan lebar 10 meter. Biasanya,
rumah adat ini memanfaatkan akar-akar rotan pilihan untuk menyatukan kayu
pondasi rumah.
Rumah adat Jew juga sering disebut sebagai rumah bujang
karena hanya boleh ditinggali laki-laki yang belum menikah. Anak laki-laki yang
belum berumur 10 tahun dan wanita tidak boleh masuk ke dalamnya.
Nah, rumah adat Jew akan menjadi tempat bagi para bujang
untuk belajar dari para senior atau lelaki yang sudah menikah. Mereka biasanya
berlatih mengenai keterampilan dan Pendidikan, seperti menari, menari, dan
memainkan musik.
Tidak hanya itu, rumah adat ini juga menjadi tempat
musyawarah tentang kehidupan warga suku, upacara adat, perselisihan, dan masih
banyak lagi.
4. Rumah Ebei
Rumah adat Ebei merupakan kebalikan dari rumah Honai karena
dibuat khusus untuk wanita suku Dani. Anak laki-laki kecil boleh tinggal di
sini, hanya sampai mereka beranjak menjadi laki-laki dewasa, yang siap pindah
ke rumah Honai. Ebei berartikan tubuh perempuan, yang memiliki filosofi sebagai
tubuh kehidupan bagi semua orang sebelum lahir ke dunia.
Makanya, rumah Ebei menjadi tempat belajar menjadi istri dan
ibu yang baik bagi perempuan yang beranjak dewasa dan siap menikah. Di rumah
ini, mereka belajar menjahit, memasak, membuat kerajinan tangan, dan lainnya.
Rumah Honai dan Ebei memiliki bentuk yang serupa, yaitu
membentuk lingkaran. Makna dari kedua rumah ini adalah satu kesatuan dan sehati
dalam pemikiran yang sama. Rumah adat ini juga menjadi simbol harkat dan
martabat bagi suku Dani.
5. Rumah Hunila
Rumah adat suku Dani lainnya adalah rumah Hunila. Bangunan
rumah ini memiliki bentuk panjang dan lebih luas dari rumah adat lainnya. Rumah
adat ini banyak digunakna untuk menyimpan berbagai peralatan masak dan bahan
makanan.
Biasanya, rumah Hunila menjadi dapur umum bersama antara
beberapa rumah Honai dan Ebei, untuk melakukan produksi makanan untuk seluruh
rumah. Bahan makanan yang sering mereka olah adalah sagu dan ubi. Setelah
matang, mereka akan mengantarkannya kepada keluarga masing-masing dan Pilamo
(laki-laki dewasa).
6. Rumah Wamai
Suku Dani memang merupakan pembahasan yang tidak ada
habisnya. Selain rumah khusus laki-laki dan perempuan, kali ini mereka memiliki
rumah khusus hewan ternak bernama rumah
Wamai. Di dalam rumah ini, biasanya berisi hewan ternak, seperti, ayam,
kambing, babi, dan anjing.
Namun, tidak seperti rumah tinggal lain yang selalu
berbentuk lingkaran. Rumah Wamai berbentuk lebih fleksibel, mulai dari
lingkaran atau persegi panjang. Hal ini menyesuaikan dengan jumlah hewan yang
akan masuk ke dalamnya.
7. Rumah Rumsram
Rumah adat Rumsram merupakan rumah adat yang berlokasi di
wilayah pantai utara Papua milik suku Biak Numfor. Sama seperti rumah Kariwari,
rumah ini tidak bukan tempat tinggal melainkan tempat belajar khusus baik para
laki-laki.
Bangunan ini berbentuk persegi panjang dengan atap membentuk
perahu terbalik. Hal ini untuk melambangkan mata pencaharian masyarakat
setempat, yang mayoritas merupakan seorang pelaut. Rumah dengan tinggi hingga
6-8 meter ini terbuat dari bambu air, pelepah sagu, kulit kayu dan daun pohon
sagu.
8. Rumah Pohon
Berbeda dari suku adat lainnya, suku pedalaman asli Papua,
suku Korowai, memilih membuat rumah adat di atas sebuah pohon, yang lebih akrab
disebut rumah pohon. Terletak di ketinggian 15-50 meter, rumah ini bertujuan
menghindari hewan buas dan gangguan roh jahat yang disebut ”Laleo”. Laleo
merupakan makhluk jahat atau iblis kejam, yang menyerupai mayat yang berjalan
di malam hari.
9. Rumah kaki seribu
Rumah kaki seribu atau juga dikenal sebagai Mod Aki Aksa
merupakan rumah adat milik suku Arfak yang berada di Papua Barat. Bangunan ini
memiliki tiang pondasi yang sangat banyak sehingga terlihat mirip dengan hewan
kaki seribu. Sekilas terlihat seperti rumah panggung, tetapi rumah adat ini
tidak memiliki ruang memadai di bagian bawahnya.
Rumah adat Kaki Seribu terbuat dari kayu, yang saling
menyilang secara vertikal. Sedangkan secara horizontal, kayu tersebut akan
saling mengikat. Atap bangunan terbuat dari rumput ilalang dan lantai rumah
terbuat dari anyaman rotan.
Nah, itu tadi macam-macam rumah adat Papua, beserta
keunikannya untuk menambah pengetahuan kamu akan daerah yang kaya akan
kecantikkan alamnya ini. Bagi kamu yang mungkin suka dengan desain rumah yang
unik, seperti rumah adat provinsi yang ada di Indonesia, kamu bisa membuatnya
secara modern. Lengkapi dengan berbagai perabot dan dekorasi yang menarik agar
terlihat semakin menawan. (Ruparupa.com)
Editor: Sianturi