SALAMPAPUA (TIMIKA)- Seperti provinsi daerah lain, pakaian
adat Papua juga menjadi kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Papua memiliki
keunikan tersendiri baik dari bahasa, kebiasaan, makanan hingga pakaian seperti salah satunya pakaian adat
Papua untuk menutupi kemaluan laki laki bernama koteka.
Ada beberapa pakaian adat Papua lain yang mungkin belum anda
ketahui. Berikut akan kami berikan informasi tentang beberapa pakaian adat
Papua dan juga pakaian adat Papua Barat selengkapnya untuk anda.
Pakaian Sali
Pakaian Sali merupakan baju adat Papua perempuan yang masih
lajang atau belum menikah. Bahan dasar dari pakaian sali ini juga tidak kalah
unik karena terbuat dari kulit pohon. Warna yang dihasilkan dari kulit pohon
yang akan digunakan untuk pakaian juga harus berwarna coklat untuk menghasilkan
pakaian adat yang sempurna.
Rok Rumbia Papua
Pakaian adat Papua selanjutnya adalah rok rumbia. Baju adat
Papua perempuan ini dibuat dari susunan daun sagu kering yang nantinya akan
digunakan untuk menutupi bagian tubuh tertentu seperti tubuh bagian bawah. Rok
rumbia ini tidak hanya digunakan oleh wanita saja namun juga bisa digunakan
oleh pria.
Ketika pria memakai koteka dan wanita memakai rok rumbai,
maka mereka sama sama tidak menggunakan baju atasan. Masyarakat Papua hanya
menyamarkan tubuh bagian atas mereka dengan lukisan atau tato yang terbuat dari
tinta alami. Untuk motif tatonya sendiri juga sangat bervariasi namun hanya
seputar bentuk flora dan fauna khas dari Papua.
Pakaian Holim
Pakaian holim merupakan
pakaian untuk para pria yang berasal dari suku Dani di Papua. Pakaian ini biasanya digunakan untuk sehari
hari. Pakaian holim biasanya lebih dikenal dengan nama koteka yang terbuat dari
bahan dasar kulit labu air. Suku suku di Papua sendiri juga memiliki beberapa
bentuk koteka yang berbeda beda. Sebagai contoh, orang dari suku Tiom memakai
dua buah labu air secara sekaligus berbeda dengan suku lain yang hanya memakai
satu labu air saja.
Beberapa suku di Papua juga menyebut pakaian holim ini dengan beberapa nama
seperti bobbe, harim atau hilon. Pakaian
holim biasanya dipakai sehari hari dan juga ketika melakukan upacara adat
dengan cara diikat ke pinggang menggunakan tali sehingga bagian bagian ujung
koteka ini akan mengacung ke arah atas. Sementara untuk acara adat, pakaian tradisional Papua yang digunakan
lebih panjang lengkap dengan ukiran etnik dan untuk aktivitas sehari hari
ukurannya lebih pendek.
dari beberapa jenis pakaian adat Papua lain, pakaian holim
ini lebih terkenal bahkan turis dari mancanegara yang datang ke Papua juga
biasanya akan membeli pakaian holim ini sebagai oleh oleh khas Papua. Namun
seiring berjalannya waktu, pakaian adat Papua ini sudah mulai jarang digunakan
bahkan koteka sendiri juga dilarang digunakan di tempat umum seperti sekolah
atau kendaraan umum sehingga hanya diperjualbelikan sebagai cinderamata saja.
Sejak sekitar tahun 1950, para misionaris mulai mengkampanyekan pemakaian
celana pendek untuk menggantikan pakaian holim atau koteka.
Namun hal tersebut tidaklah dilakukan dengan mudah sebab
suku Dani di Lembah Baliem pada kala itu terkadang memang memakai celana namun
tetap ingin mempertahankan pemakaian koteka tersebut. Pemerintah RI pada tahun
1960 juga berusaha untuk mengurangi penggunaan koteka dengan kampanye
antikoteka pada tahun 1964 yang digelar oleh Gubernur Frans Kaisiepo.
Yokal
Yokal adalah baju adat Papua perempuan khususnya Papua Barat
dan daerah sekitarnya. Pakaian adat
Papua ini hanya boleh dikenakan oleh perempuan yang sudah berkeluarga. Pakaian ini biasanya bisa dengan mudah anda
lihat di daerah pedalaman Papua.
Pakaian pakaian
tradisional papua ini memiliki warna coklat agak kemerahan yang bukan untuk
dijual atau dibeli namun menjadi simbol masyarakat Papua yang menggambarkan
kedekatan dengan alam.
Hiasan Rumbai Kepala
Sebagai pelengkap
pakaian daerah, bagian kepala masyarakat Papua juga akan ditambahkan
dengan hiasan rumbai rumbai yang berbentuk seperti sebuah mahkota. Hiasan
rumbai kepala ini terbuat dari bahan bulu burung kasuari dan juga bulu berwarna
putih yang diambil dari bulu kelinci.
Rok Rumbai Pria
Rok rumbai memang menjadi baju adat Papua perempuan dan juga
digunakan oleh laki laki. Rok rumbai untuk pria ini terbuat dari daun sagu yang
digunakan untuk menutupi kemaluan pria saja. Sementara pada bagian kepala juga
dilengkapi dengan hiasan dari bulu burung dan daun sagu yang dibentuk dengan
rapi. Pakaian adat Papua untuk pria juga
dilengkapi dengan beberapa hiasan seperti daun sagu dan juga taring babi.
Beberapa aksesoris tersebut menjadi simbol kejantanan dari para lelaki Papua.
Selain itu, pria papua juga menggunakan aksesoris lain yang tidak kalah unik
yakni gelang dan kalung yang terbuat dari gigi anjing dan juga bulu
cendrawasih.
Baju Kurung
Baju kurung merupakan
pakaian khas Papua dan juga Papua Barat yang digunakan sebagai atasan
dari rok rumbai. Baju kurung tersebut terbuat dari kain beludru yang dilengkapi
juga dengan beberapa hiasan rumbai bulu pada bagian tepi leher, lengan atau
pada bagian pinggang.
Baju atasan wanita Papua dan Papua Barat ini sebetulnya
mendapat pengaruh dari kebudayaan luar sehingga bisa disebut dengan baju adat
Papua modern yang biasanya hanya digunakan oleh masyarakat Papua dan Papua
Barat yang tinggal di sekitar kota Manokwari. Busana adat Papua juga akan
dipercantik dengan penggunaan gelang dan kalung yang terbuat dari biji bijian
keras lalu dirangkai dengan benang. Sementara untuk penutup kepalanya
menggunakan bulu burung kasuari.
Baju Kani Rumput
Baju kani rumput adalah
pakaian adat suku Papua modern, lebih tepatnya dari Sorong Selatan yang
bisa digunakan oleh pria atau wanita. Baju kani rumput ini terbuat dari daun
sagu yang sudah dikeringkan. Daun sagu yang digunakan juga harus daun yang
masih pucuk dan diambil ketika sedang pasang air laut. Sesudah melewati proses
pengeringan dan juga perendaman dalam cara membuat pakaian adat Papua ini, baju kani rumput
kemudian akan dipintal secara manual atau lebih sering disebut dengan dianyam.
Dalam proses menganyam, masyarakat Papua hanya memakai kayu
sepanjang 1 meter yang digunakan untuk mengaitkan ujung ujung tali. Rumput
kering lebih dulu akan dipilin menjadi satu yang nantinya akan digunakan
sebagai karet pada bagian pinggang atau disebut dengan tali. Masyarakat Papua
memberikan variasi jumlah dari tali tersebut minimal sebanyak 2 tali. Untuk
satu pakaian ini akan dihargai sebesar Rp
500 ribu sebagai rok.
Namun jika ingin satu pasang baju, maka harga yang harus
dibayar juga dua kali lipat yakni Rp 1 juta. Masyarakat Sorong Selatan biasanya
akan memakai pakaian ini pada acara adat seperti pesta antar mas kawin. Jika
anda ingin mendapatkan pakaian adat Papua ini, anda tidak perlu jauh jauh
datang ke Sorong Selatan, sebab di Pantai WTC Raja Ampat sering diadakan bazar
Sidang Sinode GKI dimana anda bisa melihat masyarakat yang sedang membuat baju
adat ini atau untuk membelinya. (budayapapua)
Editor: Sianturi