SALAM PAPUA (TIMIKA)- Penting untuk selalu memantau
perkembangan berat badan bayi sejak dalam kandungan, sebab peningkatan berat
bayi yang stabil menjadi salah satu tanda kehamilan sehat. Selain itu, bahaya
berat badan bayi tidak normal saat lahir pun bisa dicegah.
Normalnya, bayi yang lahir pada usia kehamilan 37–40 minggu
memiliki berat badan antara 3–3,6 kg untuk bayi laki-laki dan 2,9–3,4 kg untuk
bayi perempuan. Bila bayi memiliki berat di bawah atau justru di atas dari
berat normal menjelang persalinan, risiko komplikasi atau masalah serius saat
maupun setelah persalinan pun dapat meningkat.
Risiko Berat Badan Bayi di Bawah Batas Normal Saat Lahir
Bayi umumnya dianggap memiliki berat badan di bawah batas
normal, jika ia terlahir dengan berat kurang dari 2,5 kg. Rendahnya berat badan
pada bayi baru lahir ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
Gangguan kesehatan pada ibu hamil, seperti hipertensi,
diabetes, atau kurang gizi, terlahir dari ibu yang memiliki kebiasaan merokok
dan mengonsumsi minuman beralkohol atau bahkan menggunakan narkoba selama hamil,
bayi kembar, terlahir premature, gangguan kesehatan pada bayi, misalnya cacat
bawaan lahir atau infeksi yang dialami saat dalam kandungan.
Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah batas normal
memang berisiko mengalami sejumlah gangguan kesehatan. Namun, semua itu
tergantung pada banyak faktor, mulai dari seberapa rendah berat badan bayi,
faktor penyebabnya, bayi terlahir prematur atau tidak, penambahan berat badan
setelah lahir, dan asupan nutrisi.
Artinya, tidak semua bayi yang lahir dengan kekurangan berat
badan akan mengalami masalah kesehatan. Jika dirawat dan ditangani dengan baik,
bayi tersebut bisa tetap sehat serta tumbuh dan berkembang dengan normal.
Meski demikian, berat badan lahir bayi yang tidak normal
atau terlalu rendah juga bisa meningkatkan risiko bayi mengalami beberapa
masalah kesehatan berikut ini:
Masalah pernapasan, misalnya pneumonia, asma, dan
respiratory distress syndrome (RDS), gula darah rendah atau hipoglikemia, sulit
menjaga suhu tubuh tetap hangat atau hipotermia. Kelebihan darah merah atau
polisitemia vera yang berpotensi menimbulkan masalah pembuluh darah dan jantung,
sulit menelan dan menyusui, sehingga berisiko mengalami kekurangan gizi dan
dehidrasi.
Risiko Berat Badan Bayi di Atas Batas Normal Saat Lahir
Tidak hanya masalah berat badan kurang, berat badan lahir
bayi yang jauh di atas normal (makrosomia) juga bisa menimbulkan berbagai
masalah kesehatan pada bayi. Seorang bayi dapat dikatakan terlahir dengan berat
badan berlebih, jika berat badan lahirnya di atas 4–4,5 kilogram.
Makrosomia biasanya lebih sering terjadi pada bayi yang
terlahir dari ibu yang berusia di atas 35 tahun atau ibu dengan kondisi
diabetes, kelebihan berat badan saat hamil, atau riwayat melahirkan bayi dengan
berat badan berlebihan.
Kondisi bayi atau janin yang berukuran besar atau memiliki
berat badan berlebih bisa berpotensi menimbulkan berbagai masalah, misalnya
robekan perineum yang parah saat persalinan, persalinan lama, dan perdarahan
pascapersalinan.
Meski jarang terjadi, bayi yang berukuran besar juga dapat
mengalami distosia atau bagian pundak bayi tersangkut di tulang kemaluan saat
persalinan, sehingga dapat menyebabkan tulang belikat bayi patah atau
terjepitnya saraf di leher saat bayi lahir.
Bayi yang lahir
dengan berat di atas batas normal saat lahir juga berisiko tinggi mengalami
beberapa gangguan kesehatan, seperti: gula darah rendah, obesitas dan sindrom
metabolik pada masa anak-anak dan gangguan pernapasan.
Guna mencegah berat badan bayi tidak normal saat lahir,
penting bagi setiap ibu hamil untuk memantau kesehatan janin dengan rutin
memeriksakan kandungan ke dokter. Kondisi kesehatan dan berat badan bayi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kelancaran proses
persalinan dan tumbuh kembang bayi. (Alodokter)
Editor: Sianturi